Saham Properti Lippo Turun, Penjualan Meikarta Dipertanyakan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 February 2018 18:41
Sampai dengan penutupan transaksi kemarin (21/2/2018), mayoritas saham-saham tersebut memberikan imbal hasil negatif.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham perusahaan-perusahaan yang berada dalam naungan Grup Lippo terus berada dalam tekanan dalam setahun terakhir. Sampai dengan penutupan transaksi Rabu (21/2/2018), mayoritas saham-saham tersebut memberikan imbal hasil negatif.

Tercatat, harga saham dua perusahaan properti andalan grup Lippo yaitu PT Lippo Karawaci Tbk (LKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) harganya terkoreksi dalam dalam setahun terakhir. Saham dengan kode saham LPKR turun 34,62% dan saham berkode LPCK turun 31,68% dalam kurun waktu setahun terakhir (21 Februari 2017-21 Februari 2018).

Kejatuhan harga saham LPKR dan LPCK lantas menimbulkan spekulasi dan pertanyaan, tidak laku kah megaproyek Meikarta? Megaproyek yang diluncurkan pada awal Mei 2017 memang di promosikan secara gila-gilaan.

Megaproyek Meikarta merupakan milik PT Mahkota Sentosa Utama yang merupakan anak usaha dari LPCK. Kepemilikan LPCK atas PT Mahkota Sentosa Utama mencapai 100%. LPKR sendiri memiliki saham LPCK sebanyak 54%.

Bahkan, Lembaga riset Nielsen dalam kajiannya baru-baru ini mengungkapkan bahwa belanja iklan untuk pemasaran Meikarta sepanjang tahun lalu mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun. Nielsen lantas mengakui bahwa belanja iklan sektor properti seperti yang dilakukan Meikarta belum pernah mereka lihat sebelumnya.

"Untuk sektor properti, belanja iklan dari Meikarta ini memang belum pernah kita lihat sebelumnya" terang Hellen Katherina, Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia pada awal bulan ini.

Marketing Sales Rp 4,9 triliun
Terlepas dari lesunya bisnis properti secara umum pada tahun lalu, pendapatan penjualan (marketing sales) dari Meikarta tercatat mencapai Rp 4,9 triliun selama sembilan bulan pertama tahun 2017. Nilai ini terbilang fantastis, mengingat kontribusinya mencapai 91% dari total marketing sales LPKR selaku perusahaan induk yang sebesar Rp 5,4 triliun. Capaian tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah operasional LPKR.

Walaupun sudah membukukan marketing sales yang begitu besar, laporan keuangan perusahaan (LPKR dan LPCK) tidak serta merta bisa terdongkrak. Pasalnya, marketing sales tersebut belum dicatatkan pada laporan keuangan perusahaan. Kemungkinan, konstruksi proyek yang masih minim menjadi penyebabnya.

Sampai dengan kuartal 3 tahun lalu, pendapatan LPKR dan LPCK hanya naik masing-masing sebesar 1,57% YoY dan 1,67% YoY, sementara laba bersih justru anjlok sebesar 12,01% YoY dan 9,54% YoY.

Saham Properti Lippo Turun, Penjualan Meikarta DipertanyakanFoto: CNBC Indonesia


Saham Properti Lippo Turun, Penjualan Meikarta DipertanyakanFoto: CNBC Indonesia

(hps) Next Article Bisnis Properti Gelap, Rugi Lippo Karawaci Terbang 187,7%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular