
Moratorium Infrastruktur
Tidak akan Berdampak Pada Kinerja Keuangan Emiten Konstruksi
Monica Wareza, CNBC Indonesia
22 February 2018 10:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku pasar menilai bahwa dampak dari penghentian sementara (moratorium) proyek infrastruktur layang terhadap kinerja keuangan emiten konstruksi tidak signifikan. Penghentian moratorium ini tidak berlangsung lama dan tidak mempengaruhi kinerja keuangan dalam jangka panjang.
Hal ini diungkapkan oleh Reita Farianti, Direktur Utama BNI Asset Management. “Kami memperkirakan dampak dari moratorium ini akan minimal karena perkiraan lama moratorium tidak akan memakan waktu lama yaitu hanya diperkirakan mencapai 3 minggu serta proyek-proyek tersebut juga memiliki tenggat waktu yang harus diselesaikan seperti proyek LRT Jakarta yang ditargetkan selesai di tahun 2018”, jelas Reita ketika dihubungi CNBC Indonesia kemarin (21/2/2018).
Reita menambahkan moratorium hanya akan berdampak pada laporan keuangan emiten secara kuartalan dan bukan tahunan. “Moratorium tersebut tidak akan terlalu berpengaruh banyak kepada laporan keuangan emiten konstruksi di tahun 2018 secara full year, walaupun di satu sisi secara kuartalan dampak penundaan tersebut akan terefleksi”, tambah Reita.
Senada dengan Reita, analis OCBC Sekuritas Indonesia Liga Maradona mengungkapkan bahwa dampak dari moratorium tidak besar. Justru, ia menganggap keputusan pemerintah tersebut sangat baik guna memastikan hal serupa tidak terulang kembali.
“Moratorium ini sentimen negative jangka pendek. Secara keseluruhan ga berpengaruh banyak karena moratorium ini 3 minggu dan sangat wajar dan baik sekali karena harus dicek lagi sebelum lanjut karena kalau tidak dicek akan parah lagi”, papanya kepada CNBC Indonesia.
Subsektor Pilihan
Keduanya memperkirakan pada 2018 saham dari kedua subsektor konstruksi masih jadi pilihan investor. Terlebih, saham-saham di sektor ini sudah terkoreksi tahun lalu dan kekhawatiran atas ketatnya cash flow sudah mulai mereda.
“Kami memprediksi saham emiten konstruksi diperkirakan dapat menjadi sektor favorit tahun ini melihat valuasi yang masih menarik pasca koreksi tahun lalu serta kekhawatiran ketatnya cash flow mulai mereda. Selain itu, diperkirakan emiten konstruksi akan diuntungkan dengan proyek infrastruktur strategis nasional yang mencapai 245 proyek (37 proyek prioritas) dengan nilai konstruksi Rp 4.197 triliun”, ujar Reita.
“Sampai akhir tahun saya lihat cukup baik dan optimis buat konstruksi terutama karya (WSKT, WIKA, dan ADHI) karena Asian Games dari proyek kemarin kan ada Asian Games kemudian tahun 2019 banyak proyek harus jadi dan kebetulan dikerjakan oleh BUMN karya dan sudah dimulai” tambah Liga.
Sampai dengan penutupan kemarin, saham-saham BUMN karya masih berada dalam tekanan: PT Waskita Karya Tbk (WSKT) selaku kontraktor tol Becakayu turun 3,61%, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) terkoreksi 2,03%, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) melemah 2,44%.
(hps) Next Article Wijaya Karya Peroleh Kontrak dari Filipina Rp 9,5 Triliun
Hal ini diungkapkan oleh Reita Farianti, Direktur Utama BNI Asset Management. “Kami memperkirakan dampak dari moratorium ini akan minimal karena perkiraan lama moratorium tidak akan memakan waktu lama yaitu hanya diperkirakan mencapai 3 minggu serta proyek-proyek tersebut juga memiliki tenggat waktu yang harus diselesaikan seperti proyek LRT Jakarta yang ditargetkan selesai di tahun 2018”, jelas Reita ketika dihubungi CNBC Indonesia kemarin (21/2/2018).
Reita menambahkan moratorium hanya akan berdampak pada laporan keuangan emiten secara kuartalan dan bukan tahunan. “Moratorium tersebut tidak akan terlalu berpengaruh banyak kepada laporan keuangan emiten konstruksi di tahun 2018 secara full year, walaupun di satu sisi secara kuartalan dampak penundaan tersebut akan terefleksi”, tambah Reita.
“Moratorium ini sentimen negative jangka pendek. Secara keseluruhan ga berpengaruh banyak karena moratorium ini 3 minggu dan sangat wajar dan baik sekali karena harus dicek lagi sebelum lanjut karena kalau tidak dicek akan parah lagi”, papanya kepada CNBC Indonesia.
Subsektor Pilihan
Keduanya memperkirakan pada 2018 saham dari kedua subsektor konstruksi masih jadi pilihan investor. Terlebih, saham-saham di sektor ini sudah terkoreksi tahun lalu dan kekhawatiran atas ketatnya cash flow sudah mulai mereda.
“Kami memprediksi saham emiten konstruksi diperkirakan dapat menjadi sektor favorit tahun ini melihat valuasi yang masih menarik pasca koreksi tahun lalu serta kekhawatiran ketatnya cash flow mulai mereda. Selain itu, diperkirakan emiten konstruksi akan diuntungkan dengan proyek infrastruktur strategis nasional yang mencapai 245 proyek (37 proyek prioritas) dengan nilai konstruksi Rp 4.197 triliun”, ujar Reita.
“Sampai akhir tahun saya lihat cukup baik dan optimis buat konstruksi terutama karya (WSKT, WIKA, dan ADHI) karena Asian Games dari proyek kemarin kan ada Asian Games kemudian tahun 2019 banyak proyek harus jadi dan kebetulan dikerjakan oleh BUMN karya dan sudah dimulai” tambah Liga.
Sampai dengan penutupan kemarin, saham-saham BUMN karya masih berada dalam tekanan: PT Waskita Karya Tbk (WSKT) selaku kontraktor tol Becakayu turun 3,61%, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) terkoreksi 2,03%, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) melemah 2,44%.
(hps) Next Article Wijaya Karya Peroleh Kontrak dari Filipina Rp 9,5 Triliun
Most Popular