
Internasional
Dolar AS Kembali Catatkan Pelemahan
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
17 February 2018 13:51

New York, CNBC Indonesia - Hingga hari Jumat (16/2/2018) lalu, dolar Amerika Serikat (AS) masih berusaha bangkit dari level terendahnya dalam tiga tahun terakhir terhadap beberapa mata uang kuat dunia. Dolar telah mencatatkan pelemahan mingguan kelima dalam tujuh minggu terakhir tahun ini, dilansir dari Reuters.
Lemahnya mata uang tersebut mendorong euro naik ke level tertingginya sejak Desember 2014. Mata uang negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) ini sempat naik ke level tertingginya di angka US$1.256 per dolar sebelum akhirnya turun ke $1.241.
Beberapa faktor masih membebani greenback saat ini, di antaranya menyempitnya selisih imbal hasil akibat negara-negara lain mulai mengetatkan kebijakan moneternya.
Sementara itu, keyakinan pialang terhadap dolar juga telah berkurang karena kekhawatiran terhadap tingginya defisit neraca transaksi berjalan dan anggaran AS, yang diproyeksikan mencapai $1 triliun (Rp 13,5 kuadriliun) pada 2019. Tingginya angka defisit anggaran itu diakibatkan besarnya pengeluaran pemerintah pada saat pajak korporasi diturunkan secara signifikan.
“Pasar sedang mencermati kebijakan yang diberlakukan pada tahun lalu, khususnya pemotongan pajak, dan bagaimana dampak dari kebijakan tersebut terhadap defisit fiskal AS”, ujar Sireen Harajli, seorang currency strategist di Mizuho, New York.
Pelemahan Dollar AS juga terjadi karena imbal hasil US Treasury (surat utang negara AS) menyentuh level tertingginya dalam empat tahun terakhir.
Selain itu, inflasi AS yang menguat lebih dari perkiraan membuat banyak investor mulai memperkirakan bank sentral AS, Federal Reserves, dapat menaikkan suku bunganya sebanyak empat kali pada 2018 dari sebelumnya hanya tiga kali.
“Pasar tampaknya bingung dengan apa yang ada saat ini yang tampak seperti perubahan hubungan antarpasar. Minggu lalu, pasar saham jatuh karena kenaikan imbal hasil [US Treasury] sedangkan minggu ini yield naik dan pasar saham juga mengalami reli,” ujar Marc Chandler, chief global currency strategist pada Brown Brothers Harriman & Co.
Terhadap yen, mata uang AS diperdagangkan sedikit menguat pada hari Jumat di angka 106,30 yen, setelah sebelumnya jatuh ke level terendah dalam 15 bulan di 105,52 yen.
Poundsterling melemah ke level $1,40 terhadap dolar atau turun dari posisi mingguan tertingginya di $1,41.
(prm) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Lemahnya mata uang tersebut mendorong euro naik ke level tertingginya sejak Desember 2014. Mata uang negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) ini sempat naik ke level tertingginya di angka US$1.256 per dolar sebelum akhirnya turun ke $1.241.
Beberapa faktor masih membebani greenback saat ini, di antaranya menyempitnya selisih imbal hasil akibat negara-negara lain mulai mengetatkan kebijakan moneternya.
“Pasar sedang mencermati kebijakan yang diberlakukan pada tahun lalu, khususnya pemotongan pajak, dan bagaimana dampak dari kebijakan tersebut terhadap defisit fiskal AS”, ujar Sireen Harajli, seorang currency strategist di Mizuho, New York.
Pelemahan Dollar AS juga terjadi karena imbal hasil US Treasury (surat utang negara AS) menyentuh level tertingginya dalam empat tahun terakhir.
Selain itu, inflasi AS yang menguat lebih dari perkiraan membuat banyak investor mulai memperkirakan bank sentral AS, Federal Reserves, dapat menaikkan suku bunganya sebanyak empat kali pada 2018 dari sebelumnya hanya tiga kali.
“Pasar tampaknya bingung dengan apa yang ada saat ini yang tampak seperti perubahan hubungan antarpasar. Minggu lalu, pasar saham jatuh karena kenaikan imbal hasil [US Treasury] sedangkan minggu ini yield naik dan pasar saham juga mengalami reli,” ujar Marc Chandler, chief global currency strategist pada Brown Brothers Harriman & Co.
Terhadap yen, mata uang AS diperdagangkan sedikit menguat pada hari Jumat di angka 106,30 yen, setelah sebelumnya jatuh ke level terendah dalam 15 bulan di 105,52 yen.
Poundsterling melemah ke level $1,40 terhadap dolar atau turun dari posisi mingguan tertingginya di $1,41.
(prm) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Most Popular