Internasional

Dolar Melemah Walau Inflasi AS Tercatat Tinggi

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
15 February 2018 07:24
Indeks dolar sempat menguat ketika data inflasi AS diumumkan namun kemudian turun kembali
Foto: Freepik
New York, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada hari Rabu (14/2/2018) walaupun inflasi dilaporkan lebih tinggi dari konsensus dan kenaikan suku bunga bank sentral diperkirakan akan lebih cepat. Pelemahan tersebut membuat pasar mengira-ngira bahwa dolar sedang ada dalam fase penurunannya.

“Kita sekarang sedang berada dalam keadaan di mana dolar melemah tanpa mempedulikan pergerakan suku bunga,” kata Alessio de Longis, seorang manajer portofolio di OppenheimerFunds, dilansir dari Reuters.


Indeks harga konsumen AS yang tercatat 2,1% secara tahunan, lebih tinggi dari konsensus sebesar 1,9%, pada bulan Januari makin menguatkan proyeksi bahwa tekanan kenaikan harga akan terus terjadi. Hal itu akan mendorong bank sentral AS, Federal Reserve, untuk menaikkan suku bunganya lebih cepat dari perkiraan.

Kemungkinan The Fed menahan laju inflasi lewat kenaikan suku bunga awalnya mendorong penguatan indeks dolar pada hari Rabu hingga berada di kisaran 90. Namun, greenback kemudian turun ke 88,94, level terendahnya dalam perdagangan hari itu, walaupun pialang telah memasukkan faktor kenaikan suku bunga setelah inflasi diumumkan.

Indeks dolar akhirnya ditutup di level 89,03.

Indeks dolar membandingkan nilai dolar dengan beberapa mata uang utama dunia.


Para analis tidak satu suara mengenai penyebab pelemahan dolar. De Longis berpendapat dolar sedang berada dalam siklus pelemahan karena naiknya suplai dolar di pasar global dan posisi investor asing yang overweight terhadap instrumen pendapatan tetap AS.

John Doyle, wakil presiden Tempus Inc, tidak meyakini adanya fase penurunan itu. Dolar adalah penerima manfaat dari melebarnya selisih suku bunga global sementara The Fed adalah satu-satunya bank sentral besar yang menaikkan suku bunganya daam waktu dekat.

“Namun, walaupun The Fed mendahului bank sentral lainnya, mereka bukanlah satu-satunya yang nantinya akan mengetatkan kebijakan moneternya,” ujar Doyle.
(prm) Next Article Komoditas Emas Ditinggal Saat Inflasi Tinggi, Ini Sebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular