Menakar Efek Rupiah Anjlok pada Segelas Kopi?

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
24 June 2024 08:50
Pekerja mengemas kopi usai melalui proses penggilingan di Toko Kopi Sari Murni, Jakarta, Senin (20/11/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Pekerja mengemas kopi usai melalui proses penggilingan di Toko Kopi Sari Murni, Jakarta, Senin (20/11/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah yang sampai menyentuh Rp 16.400 kerap dianggap sebagai isu kaum elit dan tidak akan berdampak oleh sebagian orang, terutama masyarakat menengah bawah. Namun, depresiasi rupiah ini sebenarnya akan mempengaruhi banyak aspek perekonomian, termasuk untuk kopi yang kita minum.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty mengatakan pelemahan rupiah akan berdampak pada harga-harga bahan baku untuk membuat segelas kopi. Terutama untuk bahan baku yang masih impor seperti gula.

"Gulanya bisa jadi harus dikurangi, untuk kopi kita juga masih ada yang impor, walau sebenarnya kita eksportir juga, tapi si kopinya harus berkurang karena harganya naik bahan bakunya, jadi akan mempengaruhi kuantitas," kata dia dikutip Senin, (23/6/2024).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor kopi yang masuk dalam kategori HS0901 mencapai US$ 32,07 juta pada Maret 2024. Nilai tersebut naik 18,04% secara month-to-month (mtm).

Telisa mengatakan apabila kedai kopi tak ingin mengurangi isi produknya, maka mereka terpaksa menaikkan harga karena bahan baku yang semakin mahal. Kalau sudah demikian, kata dia, maka daya beli masyarakat yang akan tertekan.

"Dengan bahan baku yang naik, para produsen pasti akan menaikkan harga, masyarakat nantinya akan mengurangi konsumsi kopi tersebut karena harganya naik," kata dia.

"Mungkin kita jadi shifting ke bahan pokok lain, karena kopi lebih bersifat additional," katanya melanjutkan.

Kondisi yang dijelaskan oleh Telisa sebenarnya biasa dikenal dengan istilah imported inflation. Berdasarkan definisi dari Bank Indonesia imported inflation adalah inflasi atau kenaikan harga akibat naiknya harga barang impor dan depresiasi mata uang.

Depresiasi mata uang dan naiknya harga barang impor itu membuat para importir arus mengeluarkan biaya atau ongkos lebih banyak saat mengimpor suatu produk. Termasuk produk-produk bahan baku/penolong di industri dalam negeri.

Pemerintah dan Bank Indonesia berkali-kali telah menyampaikan ancaman dari imported inflation ini terhadap inflasi dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) pernah menyatakan cepat atau lambat menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah akan mempengaruhi inflasi di Indonesia.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi AS Sesuai Ekspektasi, Rupiah Melemah ke Rp15.715/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular