
Tekanan Jual Juga Terjadi di Pasar Obligasi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 February 2018 15:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara tercatat mengalami kenaikan. Sentimen kenaikan negatif kenaikan suku bunga global tampaknya juga sudah merembet ke pasar obligasi domestik.
Secara historikal, sejak akhir 2017 hingga penghujung Januari 2018, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebenarnya bergerak turun. Bahkan yield obligasi seri ini nyaris menembus level di bawah 5%.
Namun memasuki Februari, pasar dilanda kepanikan. Investor khawatir kenaikan suku bunga terjadi lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan. Pasalnya, ekonomi negara-negara maju sudah semakin pulih sehingga kenaikan suku bunga tinggal menunggu waktu.
Pasar obligasi sangat sensitif terhadap suku bunga. Ketika suku bunga berpotensi naik, maka obligasi biasanya merespons lebih dulu.
Selama sebulan terakhir, yield SBN 10 tahun sudah naik 4,94%. Saat ini yield berada di posisi 6,37% dan posisi terendahnya pernah menyentuh 6,06%.
Kenaikan yield akan berbanding terbalik dengan harga. Ketika yield naik, maka harga obligasi akan turun.
Dalam sebulan terakhir, harga SBN tenor 10 tahun terkoreksi hingga 2,24%. Saat ini harga SBN 10 tahun tercatat 98,17% dan posisi terendahnya sempat mencapai 98,15%.
Dengan harga yang turun dan yield meningkat, tentunya sangat menguntungkan bagi investor. Itu sebabnya investor asing masih masuk ke pasar obligasi negara.
Sementara investor domestik secara umum juga masih menambah kepemilikannya di SBN. Namun ada beberapa pihak yang cenderung melepas yaitu institusi negara (dalam hal ini Bank Indonesia/BI), bank syariah, dan investor individu.
Pada 1 Januari 2018, kepemilikan BI atas obligasi negara yang dapat diperdagangkan adalah Rp 111,23 triliun. Kemudian pada 5 Februari, nilainya turun menjadi Rp 38,73 triliun atau berkurang 65,18%.
Sedangkan posisi kepemilikan bank syariah pada awal 2018 adalah Rp 37,49 triliun, dan pada 5 Februari turun menjadi Rp 34,04 triliun. Ada perubahan sebesar 9,2%.
Kemudian pada 2 Januari 2018, kepemilikan investor individu di SBN masih Rp 59,8 triliun. Namun pada 5 Februari 2018 turun 5,25% menjadi Rp 56,66 triliun.
(hps/hps) Next Article Ada Jokowi Effect, Obligasi RI Menguat Signifikan
Secara historikal, sejak akhir 2017 hingga penghujung Januari 2018, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebenarnya bergerak turun. Bahkan yield obligasi seri ini nyaris menembus level di bawah 5%.
Namun memasuki Februari, pasar dilanda kepanikan. Investor khawatir kenaikan suku bunga terjadi lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan. Pasalnya, ekonomi negara-negara maju sudah semakin pulih sehingga kenaikan suku bunga tinggal menunggu waktu.
![]() |
Selama sebulan terakhir, yield SBN 10 tahun sudah naik 4,94%. Saat ini yield berada di posisi 6,37% dan posisi terendahnya pernah menyentuh 6,06%.
Kenaikan yield akan berbanding terbalik dengan harga. Ketika yield naik, maka harga obligasi akan turun.
Dalam sebulan terakhir, harga SBN tenor 10 tahun terkoreksi hingga 2,24%. Saat ini harga SBN 10 tahun tercatat 98,17% dan posisi terendahnya sempat mencapai 98,15%.
Dengan harga yang turun dan yield meningkat, tentunya sangat menguntungkan bagi investor. Itu sebabnya investor asing masih masuk ke pasar obligasi negara.
![]() |
Sementara investor domestik secara umum juga masih menambah kepemilikannya di SBN. Namun ada beberapa pihak yang cenderung melepas yaitu institusi negara (dalam hal ini Bank Indonesia/BI), bank syariah, dan investor individu.
Pada 1 Januari 2018, kepemilikan BI atas obligasi negara yang dapat diperdagangkan adalah Rp 111,23 triliun. Kemudian pada 5 Februari, nilainya turun menjadi Rp 38,73 triliun atau berkurang 65,18%.
Sedangkan posisi kepemilikan bank syariah pada awal 2018 adalah Rp 37,49 triliun, dan pada 5 Februari turun menjadi Rp 34,04 triliun. Ada perubahan sebesar 9,2%.
Kemudian pada 2 Januari 2018, kepemilikan investor individu di SBN masih Rp 59,8 triliun. Namun pada 5 Februari 2018 turun 5,25% menjadi Rp 56,66 triliun.
(hps/hps) Next Article Ada Jokowi Effect, Obligasi RI Menguat Signifikan
Most Popular