Kelalaian Kontraktor Langsung Mempengaruhi Harga Saham

Monica Wareza & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 January 2018 06:50
Tiang beton yang rubuh berlokasi di di Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks saham sektor konstruksi terkoreksi 1,69% pada perdagangan kemarin, Senin (22/01/2018), dipicu oleh sentimen negatif yang datang dari rubuhnya tiang beton proyek Light Rapid Transit (LRT) Jakarta rute Kelapa Gading-Velodrome. Tiang beton yang rubuh berlokasi di di Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Hingga kini, investigasi terkait penyebabnya masih dilakukan, dimana lima orang tercatat jadi korban.

Ini merupakan kejadian kedua dalam sebulan terakhir, setelah sebelumnya awal 2018 balok grider di proyek tol Depok-Antasari Ambruk. Proyek LRT Jakarta merupakan proyek milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diusahakan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo (Jakpro). PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) lantas ditunjuk sebagai kontraktor utama dalam proyek ini.

Sampai dengan akhir perdagangan kemarin, saham WIKA diperdagangkan melemah sebesar 1,78% di angka Rp 1.935/saham. Transaksi berlangsung ramai, yakni lebih dari 40 juta saham (di atas rata-rata sebesar 30,5 juta saham) dengan nilai mencapai Rp 77,79 miliar.

Sementara itu, saham anak usaha WIKA yang ikut mengerjakan proyek LRT Jakarta rute Kelapa Gading-Velodrome yakni PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) ditutup pada harga Rp 570 per saham, sama dengan angka penutupan hari Jumat lalu. Pada awal perdagangan, saham WTON sempat anjlok hingga 2,63% ke level Rp 555 per saham. Nilai transaksi WTON tercatat sebesar Rp 10,76 miliar.

Tak Langsung
Melansir siaran pers perusahaan dari WTON, lokasi tiang beton yang rubuh merupakan section milik VSL Indonesia yang berlokasi di spam P28-P29 dan berada dekat dengan Velodrome. Adpaun VSL Indonesia mengerjakan section 1-2 dengan rute Velodrome Rawamangun-Simpang 4 Pulomas.

Sementara itu, perusahaan mengejakan section 3-4 dengan rute Simpang 4 Pulomas-La Piazza. Pengerjaan rute ini disebutkan telah diselesaikan oleh perusahaan pada minggu lalu tanpa ada kekurangan.

Sedangkan section 5 merupakan bagian proyek yang digarap oleh induk usaha perusahaan yaitu WIKA. Section ini memiliki rute La Piazza-Depo LRT.

Runtuhnya bangunan Light Rapid Transit (LRT) yang sedang dalam pengerjaan oleh dua emiten karya, yakni PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan anak usahanya PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) menyebabkan turunnya harga saham dari kedua emiten ini.

Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi mengatakan penurunan harga ini tidak berpengaruh besar pada pergerakan saham dalam jangka panjang, hanya menjadi sentimen yang  bersifat sementara kepada kedua emiten ini. Namun wajar jika terjadi koreksi saat ini.

"Sebenarnya dari sisi pengaruh lebih kepada sentimen dan minim. Koreksi wajar saja, kebetulan ada insiden kan di LRT Velodrome," kata Wafi kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (22/1).

Wafi menyampaikan sektor konstruksi secara year to date sudah mengalami kenaikan sebesar 3,65% sehingga wajar saja jika terjadi koreksi pada sektor ini untuk sementara. "(Sektor konstruksi) kurang lebih sama, sudah lama rally juga jadi perlu koreksi," lanjut dia.

"Koreksi teknikal saja karena dari awal tahun sudah mulai rally, jadi butuh koreksi sebelum melanjutkan rally," imbuh dia.

Berdasarkan laporan keuangan interim yang diterbitkan perusahaan, sepanjang sembilan bulan pertama 2017 WIKA mencatatkan laba kotor sebesar Rp 1,65 triliun, naik 47,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 1,12 triliun. Laba bersih setelah pajak tercatat naik 46,1% menjadi Rp 762,93 miliar dari yang sebelumnya Rp 522,26 miliar. Total asset tercatat senilai Rp 40,05 triliun, sementara total utang sebesar Rp 26,88 triliun.

Sementara itu, laba kotor WTON naik 41,7% secara year-on-year pada sembilan bulan pertama 2017 menjadi Rp 433,33 miliar, dari yang sebelumnya Rp 305,72 miliar. Laba bersih setelah pajak tercatat sebesar Rp 223,35 miliar, tumbuh 29,8% dari yang sebelumnya Rp 172,04 miliar. Total asset tercatat senilai Rp 6,63 triliun, sementara total utang sebesar Rp 4 triliun.
(hps/hps) Next Article Wijaya Karya Beton Sebut Konstruksi LRT yang Rubuh Milik VSL

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular