Internasional

Singapura Gempar, Banyak Warganya Menggigil Diserang Hewan Kecil Ini

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
10 August 2025 15:59
Penonton bersorak saat helikopter Chinook Angkatan Udara Singapura dikawal oleh helikopter Apache berparade dengan bendera Singapura untuk menandai Hari Nasional ke-57 negara itu, di Singapura, Selasa (9/8/2022). (Photo by ROSLAN RAHMAN/AFP via Getty Images)
Foto: Penonton bersorak saat helikopter Chinook Angkatan Udara Singapura dikawal oleh helikopter Apache berparade dengan bendera Singapura untuk menandai Hari Nasional ke-57 negara itu, di Singapura, Selasa (9/8/2022). (Photo by ROSLAN RAHMAN/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Penyakit Menular Singapura (Communicable Diseases Agency/CDA) memperingatkan negara itu berada dalam risiko penularan penyakit chikungunya di tengah lonjakan kasus. Penyebabnya adalah gigitan nyamuk Aedes yang membawa virus tersebut, ditambah masuknya pelancong yang terinfeksi.

Melansir Channel News Asia, CDA mencatat ada 17 kasus chikungunya sejak awal tahun hingga 2 Agustus 2025, lebih dari dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu (8 kasus) dan melampaui total kasus sepanjang 2024 yang berjumlah 15. Dari 16 kasus yang dilaporkan hingga akhir Juli, 13 diantaranya merupakan kasus impor dari wilayah terdampak di luar negeri, sementara tiga lainnya adalah kasus lokal yang sporadis.

Meski angkanya masih jauh lebih rendah dibanding wabah besar pada 2008 (718 kasus) dan 2013 (1.059 kasus), CDA menegaskan kewaspadaan harus ditingkatkan. Lembaga itu siap meninjau perlunya langkah kesehatan masyarakat tambahan jika risiko meningkat.

Badan Lingkungan Nasional (NEA) mengatakan akan meningkatkan pengendalian vektor setiap kali CDA melaporkan kasus chikungunya. Upaya ini mencakup inspeksi sarang nyamuk di sekitar rumah dan tempat kerja pasien. Saat ini ada sekitar 72.000 Gravitrap dipasang di kawasan pemukiman untuk memantau populasi nyamuk Aedes.

Virus chikungunya menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi. Gejalanya mirip demam berdarah seperti demam tinggi, nyeri sendi, ruam, dan sakit kepala. Namun nyeri sendi akibat chikungunya bisa bertahan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

"Meskipun tidak seberbahaya dengue, chikungunya dapat sangat melemahkan," kata Profesor Ooi Eng Eong dari Duke-NUS Medical School.

Lonjakan kasus di Singapura ini diduga terkait wabah yang tengah berlangsung di wilayah Samudra Hindia, terutama Sri Lanka serta di China yang melaporkan lebih dari 7.000 kasus hingga pekan lalu. AS bahkan telah mengeluarkan peringatan perjalanan untuk provinsi Guangdong, kota Dongguan, dan sejumlah pusat bisnis lain di China.

FILE - In this Jan. 27, 2016, file photo, an Aedes aegypti mosquito known to carry the Zika virus and the Dengue fever, is photographed through a microscope at the Fiocruz institute in Recife, Pernambuco state, Brazil. In a statement on Friday, Oct. 14, 2022, the European Medicines Agency is recommending that a dengue vaccine made by the Japanese pharmaceutical Takeda be authorized, in a move that could provide a new tool for millions worldwide against the potentially fatal disease. (AP Photo/Felipe Dana, File)Foto: AP/Felipe Dana
FILE - In this Jan. 27, 2016, file photo, an Aedes aegypti mosquito known to carry the Zika virus and the Dengue fever, is photographed through a microscope at the Fiocruz institute in Recife, Pernambuco state, Brazil. In a statement on Friday, Oct. 14, 2022, the European Medicines Agency is recommending that a dengue vaccine made by the Japanese pharmaceutical Takeda be authorized, in a move that could provide a new tool for millions worldwide against the potentially fatal disease. (AP Photo/Felipe Dana, File)

CDA mencatat wabah chikungunya tahun ini meningkat di Amerika, Asia, dan Eropa, sementara perubahan iklim membuat negara-negara beriklim sedang yang sebelumnya bebas penyakit ini kini berisiko lebih tinggi.

Belum ada vaksin chikungunya yang tersedia di Singapura, meskipun vaksin telah mendapat izin di beberapa negara lain. Menurut pakar, pemerintah kemungkinan menunggu data keamanan lebih lanjut mengingat risiko penularan saat ini relatif rendah.

Selama vaksin belum tersedia luas, pencegahan terbaik adalah menghindari gigitan nyamuk Aedes. CDA dan pakar kesehatan menyarankan penggunaan losion anti-nyamuk terutama pada pagi dan sore hari, mengenakan pakaian tertutup, dan memastikan rumah serta tempat kerja bebas dari sarang nyamuk.

Bagi pelancong yang akan ke daerah terdampak, CDA menganjurkan untuk tetap melindungi diri dengan repelan, menginap di tempat yang memiliki pelindung serangga, dan segera mencari pertolongan medis jika merasa sakit. Pasien yang terinfeksi diminta memberi tahu riwayat perjalanan kepada dokter dan tetap menggunakan repelan untuk mencegah penularan ke nyamuk lain.

Seperti dengue, belum ada obat antivirus yang bisa mempercepat penyembuhan chikungunya. Penanganan hanya meredakan gejala, misalnya dengan analgesik untuk nyeri sendi.

"Pasien juga perlu memastikan bahwa mereka tidak terinfeksi dengue bersamaan dengan chikungunya," kata Dr Paul Tambyah, mantan Presiden International Society for Infectious Diseases.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes: TBC Sebabkan 2 Kematian Setiap 5 Menit, Kenali Gejalanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular