Waspada! Reinfeksi Omicron BA.4-BA.5 Bisa Terjadi Secepat Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 tengah mendominasi kasus baru Covid-19 di Indonesia. Diketahui, subvarian ini memiliki penularan yang cepat dibandingkan strain aslinya BA.1 dan Delta.
Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa seseorang yang terinfeksi Omicron BA.4 dan BA.5. berpotensi mengalami reinfeksi. Itu artinya, orang yang telah terinfeksi COVID-19 bisa kembali tertular oleh subvarian ini.
Andrew Roberston, kepala petugas kesehatan Australia Barat memperingatkan soal potensi reinfeksi dari subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Bahkan ia memperkirakan infeksi ulang yang disebabkan subvarian Omicron bisa terjadi 4 minggu setelah infeksi sebelumnya pulih.
"Apa yang kami lihat adalah peningkatan jumlah orang yang telah terinfeksi BA.2 dan kemudian terinfeksi (Omicron BA.4-BA.5) setelah empat minggu," ucapnya dilansir dari Independent, Senin (25/7/2022).
"Jadi mungkin enam hingga delapan minggu mereka bisa mengalami infeksi kedua, dan itu hampir pasti BA.4 atau BA.5," sambungnya.
Komite Utama Perlindungan Kesehatan Australia (AHPPC) juga telah mengumumkan bahwa periode infeksi ulang untuk COVID-19 berkurang dari 12 minggu menjadi hanya 4 minggu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan sub-varian BA.4 dan BA.5 Omicron yang mampu menerobos kekebalan.
Ini berarti subvarian baru Omicron telah bermutasi sehingga dapat mengitari antibodi yang Anda hasilkan ketika sudah pulih dari virus.
Sebuah studi yang diterbitkan di Science minggu lalu telah mengkonfirmasi fakta bahwa banyak orang mungkin telah mengalami beberapa infeksi ulang secara berturut-turut. Dua subvarian baru ini menghindari perlindungan dari infeksi dan vaksin sebelumnya.
Profesor imunologi Danny Altmann, salah satu penulis studi tersebut, menyatakan bahkan orang yang divaksin tiga dosis masih memiliki peluang terinfeksi Omicron.
"Kebanyakan orang, bahkan ketika divaksinasi tiga kali, memiliki respons antibodi yang menetralisir 20 kali lebih sedikit terhadap Omicron daripada terhadap strain 'Wuhan' awal," sebut Prof Altmann.
"Ini adalah semacam virus siluman yang masuk di bawah radar," sambungnya.
(hsy/hsy)