Kasus Omicron BA.4 & BA.5 Bermunculan, Gejalanya Mirip Delta?
Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia kembali melampaui angka 1.000 kasus per hari. Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 disebut sebagai biang kerok terjadinya penambahan kasus baru di dalam negeri.
Seperti apa karakteristik Omicron BA.4 dan BA.5? Apakah gejalanya lebih parah dibanding varian sebelumnya?
Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengacu pada data di negara lain seperti Portugal, pasien COVID-19 dengan infeksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang belum divaksinasi COVID-19 dosis lengkap mengalami gejala yang hampir mirip dengan varian Delta. Salah satunya, kehilangan kemampuan mencium bau atau anosmia.
"Ada kehilangan penciuman, rasa lelah. Pada kasus yang berat bisa seperti Delta mengalami harus ke rumah sakit," ujarnya.
Kemiripan gejala tersebut terjadi karena subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 mengadopsi kombinasi gejala varian Delta dan varian Omicron. Di samping itu, BA.4 dan BA.5 juga diyakini bisa mereinfeksi orang-orang yang sebelumnya sudah pernah terpapar Omicron subvarian lainnya yakni BA.1, BA.2, dan BA.3.
"BA.4 dan BA.5 ini dia memiliki karakter yang kombinasi antara kecepatan menginfeksi yang diwarisi dari Omicron, [yaitu] cepat dan mudah menginfeksi baik yang belum atau sudah divaksinasi, bahkan jauh lebih efektif sekarang," terangnya.
Kedua subvarian itu juga diduga cenderung mudah masuk sel tubuh manusia untuk menginfeksi dan bereplikasi di paru.
Sementara itu, ahli penyakit dalam dr. Adria Rusli dari RSPI Sulianti Saroso menjelaskan bahwa masa inkubasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 lebih cepat daripada Omicron asli (BA.1) dan Delta. Seseorang yang terinfeksi subvarian ini bisa mengalami gejala berupa batuk hingga sakit menelan dalam waktu dua sampai tiga hari. Tidak seperti Omicron dan Delta yang biasanya membutuhkan waktu sampai lima atau tujuh hari.
(hsy/hsy)