Fakta, Gejala Hingga Masa Inkubasi Covid Varian BA.4 dan BA.5
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus positif COVID-19 di Indonesia kembali mengalami kenaikan. Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 disebut sebagai biang kerok terjadinya penambahan kasus baru di dalam negeri.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut ada 8 kasus Omicron BA.4 dan BA.5 yang sudah terdeteksi. Dari 8 pasien tersebut, 5 adalah kasus transmisi lokal dan 3 kasus adalah impor yang berasal dari Mauritania, Amerika, dan Brasil.
"Sudah ada 8 kasus di Indonesia, 3 di antaranya adalah imported case kedatangan luar negeri dari Mauritius, Amerika, dan Brasil saat acara Global Platform for Disaster Risk di Bali. Sisanya 5 adalah kasus transmisi lokal," terangnya dalam siaran langsung 'Keterangan Pers Menteri Terkait Rapat Terbatas Evaluasi PPKM', belum lama ini.
Berikut fakta-fakta subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang perlu diketahui.
Masa Inkubasi Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
Dalam kesempatan yang berbeda, dr Adria Rusli, SpPK dari RSPI Sulianti Saroso menjelaskan bahwa masa inkubasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 lebih cepat daripada Omicron asli (BA.1) dan Delta.
Seseorang yang terinfeksi subvarian ini bisa mengalami gejala berupa batuk hingga sakit menelan dalam waktu dua sampai tiga hari. Tidak seperti Omicron dan Delta yang biasanya membutuhkan waktu sampai lima atau tujuh hari. "BA.4 sama BA. 5 ini lebih cepat gejalanya. Jadi, setelah dia terinfeksi, dua-tiga hari dia bergejala," tuturnya dalam acara podcast Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), Senin (13/6/2022).
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan menambahkan bahwa berdasarkan laporan di sejumlah negara di Eropa, Omicron BA.4 dan BA.5 lebih cepat menular dibanding varian sebelumnya, namun demikian masa pemulihan dua subvarian ini disebut lebih cepat.
Gejala Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
Gejala subvarian Omicron BA.4 atau BA.5 umumnya mirip dengan Omicron BA.1 atau strain aslinya, sehingga gejala seperti batuk, hidung tersumbar, sakit tenggorokan, dan mudah lelah.
Berikut gejala subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang paling sering dilaporkan:
- Batuk: 89 persen
- Fatigue atau kelelahan: 65 persen
Gejala subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 lainnya, yaitu:
- Hidung tersumbat atau rinore: 59 persen
- Demam: 38 persen
- Mual atau muntah: 22 persen
- Sesak napas: 16 persen
- Diare: 11 persen
- Anosmia atau ageusia: 8 persen
Siapa yang Bisa Terkena Reinfeksi?
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 disebut-sebut dapat memicu reinfeksi pada orang-orang yang sebelumnya pernah terinfeksi COVID-19. Ketua Umum Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof Dr dr Iris Rengganis, SpPD, K-AI, menyebut risiko reinfeksi terbilang lebih tinggi pada kondisi imunitas yang menurun karena faktor usia. Kondisi ini dikenal juga sebagai immunosenescence.
"Reinfeksi biasanya terjadi pada orang yang memang memang punya komorbid, lansia, karena sistem imunnya sudah lebih menurun," jelasnya dalam diskusi virtual, Senin (13/6/2022).
Pada lansia, imunitas tidak seratus persen memberikan perlindungan sebagaimana saat masih lebih muda. Bahkan ketika sudah mendapatkan vaksin booster, lansia tetap menghadapi risiko reinfeksi.
Karenanya, Prof Iris menyarankan para lansia untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat meski sudah booster. Sebisa mungkin tidak bepergian keluar kota jika tidak benar-benar ada kebutuhan yang penting dan mendesak.
(hsy/hsy)