Gawat! Makin Banyak Orang Korea Ogah Punya Anak

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
12 May 2022 12:50
Kim Mi-sung checks her daughter's homework before leaving for school, at their home in Seoul, South Korea, December 19, 2018. Picture taken December 19, 2018.   REUTERS/Kim Hong-Ji
Foto: Angka Kelahiran bayi di Korea Selatan (REUTERS/Kim Hong-Ji)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari separuh wanita lajang berusia 20-an di Korea Selatan enggan punya bayi setelah menikah. Hal itu terungkap lewat sebuah survei yang dilaporkan dalam jurnal ekonomi bulanan oleh Korea Development Institute yang dikelola negara. 

Survei itu mengungkap bahwa 52,4 persen orang Korea yang belum menikah di usia 20-an berpikir tidak apa-apa untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Persentase ini naik tajam dari 23,3 persen dalam survei yang sama lima tahun lalu.

Sebaliknya, 28,3 persen dari yang disurvei mengatakan mereka berencana untuk memiliki anak setelah menikah, naik hanya 7 poin dari lima tahun lalu.

Faktor utama yang membuat banyak orang Korea ogah punya bayi adalah kekhawatiran akan biaya membesarkan anak yang tinggi di negara itu. Menurut sebuah laporan bank investasi AS Jefferies Financial Group, rasio biaya membesarkan anak per kapita di Korea Selatan termasuk yang tertinggi di dunia.

Temuan ini secara luas dilihat sebagai perubahan dalam persepsi anak muda Korea bahwa memiliki anak setelah menikah bukanlah suatu keharusan, tetapi sebuah pilihan. 

Pilihan hidup tersebut membuat Korea krisis populasi. Tak cuma ogah punya anak, jumlah warga Korea yang menikah juga terus turun. 

Korea juga dihadapkan pada tantangan tingkat kelahiran yang rendah di tengah perlambatan ekonomi yang berkepanjangan dan meroketnya harga perumahan. Tingkat kesuburan total Korea mencapai rekor terendah tahun lalu, yakni menyentuh angka di bawah 1 persen. 

Kondisi tersebut dikhawatirkan akan mempercepat penurunan populasi penduduk usia kerja, sebuah fenomena yang dikenal sebagai jurang demografis. Penurunan populasi pekerja berarti penurunan pasokan tenaga kerja, yang berpotensi merusak pertumbuhan ekonomi.

Untuk mengatasi situasi ini, Seoul berencana untuk meningkatkan tunjangan pajak dan insentif lain untuk pernikahan dan melahirkan bagi kaum muda, dan mengajukan langkah-langkah untuk mendorong lebih banyak pasangan untuk menggunakan cuti orang tua dan memperkuat layanan penitipan anak.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aigoo! Ribuan Sekolah di Korea Jadi Rumah Hantu, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular