Bulutangkis Bikin Bangga Indonesia, Kapan Giliran Sepakbola?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 August 2021 12:09
Tokyo Olympics Badminton
Foto: AP/Markus Schreiber

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarin, dua kabar gembira datang dari Tokyo. Kontingen Indonesia berhasil meraih medali di Olimpiade yang dihelat di ibu kota Negeri Matahari Terbit.

Medali pertama adalah emas, yang paling bergengsi. Sang logam mulia datang dari cabang olahraga bulutangkis di nomor ganda putri.

Pasangan ganda putri Apriyani Rahayu-Greysia Polli menggondol medali emas setelah mengandaskan perlawanan tim China yang diwakili Chen Qing Chen-Jia Yi Fan. Ini adalah medali emas olimpiade pertama buat Indonesia di nomor ganda putri bulutangkis.

Berselang beberapa jam kemudian, giliran Anthony Sinisuka Ginting yang mempersembahkan medali perunggu. Masih dari cabang bulutangkis, kali ini di nomor tunggal putra. Ginting menyudahi perlawanan pebulu tangkis penuh kejutan asal Guatemala, Kevin Cordon.

Sumbangsih di Tokyo memperpanjang tradisi medali Indonesia dari bulutangkis. Sejak cabang ini mulai dipertandingkan di Barcelona 1992, hanya sekali Indonesia gagal memperoleh medali yaitu London 2012. Di Negeri Big Ben, seluruh medali Indonesia datang dari cabang olahraga angkat besi.

Tepok bulu adalah salah satu olahraga paling populer di Indonesia. Sejak era Rudi Hartono, Liem Swie King, Susi Susanti, Harianto Arbi, Taufik Hidayat, bulutangkis adalah permainan yang digemari oleh rakyat Tanah Air. Bermain atau hanya menonton pertandingan bulutangkis memang menyenangkan dan menegangkan.

Tidak hanya menjadi permainan wong cilik, bulu tangkis juga membuat Indonesia bangga karena mendatangkan banyak prestasi. Baik perseorangan maupun beregu, gelar demi gelar diraih atlet bulutangkis nasional.

Halaman Selanjutnya --> Sepakbola Indonesia 'Tenggelam'

Ada cabang olahraga lain yang sebenarnya sangat diminati, bahkan mungkin lebih digemari oleh rakyat Ibu Pertiwi ketimbang bulu tangkis. Olahraga itu adalah sepakbola.

Namun sayang, prestasi Indonesia dari bal-balan tidak segemerlap bulutangkis. Gelar terakhir yang diperoleh Tim Garuda adalah medali emas SEA Games 1991 di Manila. Kala itu, Roby Darwis dan kolega mengalahkan Thailand di babak final melalui adu penalti.

Selepas di Manila, tim nasional sepakbola Indonesia kering prestasi. Kalau runner-up sih lumayan sering lah, seperti di SEA Games atau Piala AFF (dulu Piala Tiger). Namun predikat juara belum lagi didapat oleh Indonesia.

Akibatnya, nama Indonesia di jagat persepakbolaan dunia semakin tenggelam. Di peringkat FIFA terbaru per 27 Mei 2021, Indonesia menempati rangking 173. Di antara negara-negara ASEAN-6, Indonesia adalah yang paling nelangsa.

sepakbola

Well, bicara sepakbola nasional memang tidak akan selesai tujuh hari tujuh malam. Namun sayangnya, pembicaraan tujuh hari tujuh malam itu akan didominasi oleh masalah, bukan solusi.

'Penyakit' persepakbolaan nasional sudah akut bin kronis. Kalau ada yang mau membenahi, mungkin akan bingung mau mulai dari mana karena masalahnya sudah begitu sistemik.

Halaman Selanjutnya --> Kompetisi Sepakbola Tidak Pernah Jelas

Namun salah satu isu utama di persepakbolaan nasional adalah kompetisi. Indonesia tidak pernah punya kompetisi atawa liga yang ajeg, yang stabil, yang berkelanjutan. Setiap tahun perdebatan soal kapan liga bakal digelar adalah sebuah rutinitas, seolah memang dibiarkan dan tidak pernah diselesaikan.

Achsanul Qosasi, Anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang juga pemilik klub Madura United, tidak jarang berkeluh kesah soal ketidakpastian jadwal kompetisi yang sudah menjadi kepastian setiap tahunnya. Misalnya pada awal 2008, eks Anggota Komisi XI DPR itu mencuit soal ketidakjelasan jadwal kompetisi,

Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) juga membawa dampak bagi jagat sepakbola. Atas nama protokol kesehatan, pertandingan sepakbola bisa digelar tetapi dengan aturan yang ketat. Di beberapa negara, laga digelar tertutup tanda penonton.

Namun tidak di Indonesia. Sejak pandemi virus corona melanda Ibu Pertiwi, liga sepakbola libur panjang.

Sempat ada rencana kompetisi akan digulirkan pada 2 Juli 2021. Namun apa daya, pemerintah kemudian menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 3 Juli 2021. Pertandingan olahraga adalah salah satu yang belum bisa dilakukan, termasuk sepakbola.

Untuk mengisi kekosongan, sempat ada turnamen Piala Menpora. Namun ini hanya turnamen jangka pendek, bukan liga.

Kini liga Indonesia dijadwalkan bergulir pada 20 Agustus 2021, kalau tidak ada perubahan lagi. Artinya, sudah nyaris 1,5 tahun Indonesia tidak menjalankan kompetisi sepakbola. Sementara negara-negara tetangga sudah bisa menjalankannya sejak tahun lalu, meski masih tanpa penonton.

Seperti kata pepatah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Namun seperti kata pepatah juga; sekali adalah kebetulan, dua kali kecelakaan, tetapi tiga kali itu namanya pola.

Berapa kali Indonesia tidak punya jadwal kompetisi yang jelas? Kalau cuma tiga kali rasanya lebih. Jadi ini memang sudah menjadi pola.

Semoga ini menjadi yang terakhir. Semoga ke depan Indonesia bisa lebih matang dan dewasa dalam merencakan kompetisi sepakbola nasional.

Ketika kompetisi sudah matang dan mapan, sepertinya prestasi bakal datang dengan sendirinya. Jangan sampai tahun depan lirik Lagunya Lagu Bola yang dipopulerkan P-Project pada 1998 masih relevan..

Rencananya Indonesia
'Kan menuju pentas dunia
Bagaimana itu bisa
Liga saja tidak ada...

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular