Ini Kesalahan Fatal saat Isolasi Mandiri Kata IDI
Jakarta, CNBC Indonesia - Melonjak kasus Covid-19 membuat tingkat keterisian rumah sakit penuh. Sebagian pasien yang merasa tidak bergejala atau mengalami gejala ringan disarankan untuk melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Namun, ada beberapa kesalahan saat isolasi mandiri yang bisa memicu meluasnya penularan virus corona.Ikatan Dokter Indonesia (IDI) membeberkan salah satu kesalahan yang dilakukan pasien Covid-19 saat menjalani isolasi mandiri yang berakibat fatal.
Berikut adalah beberapa kesalahan para pasien isolasi mandiri menurut Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IDI dokter Daeng M. Faqih.
Tidak ada pengawasan dari tenaga medis
Daeng mengatakan kesalahan terbesar dari para pasien isolasi mandiri karena tidak adanya pemantauan dan pengawasan dari tenaga medis. Seringnya pasien isolasi mandiri baru mencari pertolongan dokter atau tenaga medis ketika kondisi benar- benar sudah memburuk dan terlambat untuk ditangani.
Daeng menyarankan pasien Covid-19 isoman untuk setiap hari saat berkonsultasi pada nakes. Pengawasan dari tenaga medis dan dokter memang dibutuhkan agar angka kesembuhan Covid-19 pada pasien bisa semakin tinggi dan peluangnya semakin besar.
Melakukan olahraga berlebihan
Selama isolasi mandiri pasien Covid-19 tidak boleh melakukan kegiatan yang menyebabkan kelelahan pada fisik dan mental. Pasien boleh berolahraga, namun dalam jumlah yang normal dan tidak mengganggu kadar oksigen di dalam tubuh.
Selama isolasi mandiri, pasien Covid-19 pun tidak perlu merasa panic. Sebisa mungkin selalu berpikiran positif dengan berbagai cara misalnya dengan menghubungi kerabat secara virtual.
Tidak mengenali ciri- ciri pemburukan gejala
Pada saat isolasi mandiri, pasien juga harus mampu mengenali ciri- ciri pemburukan gejala. Selain memantau kadar oksigen dan suhu tubuh pasien bisa mengenali gejala pemburukan dengan mengecek jumlah hembusan nafas.
Jika respitatory rate sudah melebihi 24 kali dalam waktu satu menit artinya pasien sudah mengalami durasi nafas yang lebih pendek.
Tetap berinteraksi dengan anggota keluarga
Isolasi mandiri dilakukan dengan memisahkan si sakit agar dia tidak menjadi sumber penularan. Selama isolasi mandiri, pasien perlu berada di dalam rumah atau ruangan selama 14 hari.
Namun pada kenyataannya, pasien masih keliru mengenai hal ini, salah satunya tidak berdiam di rumah atau ruangan selama 14 hari. Dia tetap berinteraksi sosial secara langsung dengan anggota keluarga lain sehingga dia menjadi sumber penularan bagi keluarganya atau tetangga.
(sef/sef)