Ilmuwan Uji Coba Vaksin BCG & Polio untuk Lawan Corona
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
16 April 2020 07:36

Jakarta, CNBC Indonesia- Pandemi corona telah menginfeksi lebih dari 2 juta penduduk bumi. Para ilmuwan di penjuru dunia tengah berlomba-lomba untuk menciptakan vaksin dan melawan virus yang menyerang organ pernafasan ini.
Melansir SCMP, setidaknya kini ada 115 kandidat vaksin baru yang tengah diracik dan terus diuji coba di berbagai negara oleh berbagai perusahaan farmasi maupun laboratorium.
Tapi, selain kandidat vaksin baru tersebut, sebagian ilmuwan juga ada yang tengah meneliti efektivitas vaksin yang sudah eksis seperti vaksin BCG untuk pasien tuberkulosis (TB) bahkan sampai vaksin polio.
BCG, kependekan dari Bacillus Calmete-Guerin sebenarnya sudah 'dijajal' di beberapa negara untuk sejumlah kasus corona dan laporannya mengindikasikan adanya penurunan kasus dan juga jumlah kematian.
WHO sendiri dan sejumlah pakar mengatakan perlu bukti-bukti yang lebih kuat untuk mendukung penggunaan BCG sebagai vaksin melawan corona. Vaksin BCG ini antara lain digunakan dan diuji oleh tim medis di Irlandia dan Amerika Serikat.
Dr Paul Hegarty, salah satu ilmuwan yang terlibat, mengatakan uji coba ini bermula dari vaksin BCG sebelumnya digunakan juga untuk penderita kanker kandung kemih dan terbukti bisa menunda penyebaran penyakit. Dari sini, tim pun ingin mengetahui apakah vaksin ini cukup efektif membasmi Sars-CoV-2 atau virus corona saat ini.
Negara lain yang juga merekomendasikan vaksin ini adalah Kanada dan Amerika Serikat.
Penelitian lalu dilanjutkan lebih dalam dengan melihat data penyebaran corona ke 153 negara. Peneliti kemudian membagi dua kelompok negara; negara yang melakukan vaksin BCG dan negara yang tidak melakukan vaksin BCG.
Hasilnya mengejutkan, negara dengan vaksin BCG mendapatkan kasus corona 0,8 per juta per hari. Sementara yang tanpa vaksin 34,8 per juta per hari. Begitu juga dengan rasio kematian, negara yang memiliki program wajib vaksin BCG rasionya 4,1% sementara yang tidak adalah 5,1%.
"Kami sangat terkejut ketika membaca data ini dan memutuskan untuk meliihat data per negara," ujar Hegarty, konsultan medis untuk Rumah Sakit Mater Private di Dublin. "Tiap negara yang punya program vaksin BCG hasilnya lebih baik."
Analisis dari seorang peneliti di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health juga menyebut tingkat kematian di negara yang punya program vaksin BCG 5,8 kali lebih rendah ketimbang yang tidak ada kampanye ini.
Nah, selain vaksin BCG yang sedang diujicoba, vaksin lain yang dilirik ilmuwan untuk melawan corona adalah vaksin polio.
Virologist Dr Robert Gallo yang juga membantu menemukan virus HIV yang menyebabkan Aids, mengatakan saat ini sedang memimpin penelitian untuk penggunaan vaksin polio oral sebagai pengobatan jangka pendek penyembuhan pasien corona.
Alasannya, vaksin ini mengaktifkan imunitas sementara di tubuh manusia untuk melindungi dari serangan virus RNA seperti influenza. Harapannya, imunitas sementara ini juga bisa lahir saat vaksin disuntikkan ke tubuh manusia untuk melawan virus corona.
"Kalau mau bertaruh, saya sangat yakin bahwa ini akan bisa membantu, jadi saya mau gerak cepat," kata Gallo.
(gus) Next Article Usai Vaksin Covid-19 Jangan Langsung Pulang Ya! Ini Alasannya
Melansir SCMP, setidaknya kini ada 115 kandidat vaksin baru yang tengah diracik dan terus diuji coba di berbagai negara oleh berbagai perusahaan farmasi maupun laboratorium.
Tapi, selain kandidat vaksin baru tersebut, sebagian ilmuwan juga ada yang tengah meneliti efektivitas vaksin yang sudah eksis seperti vaksin BCG untuk pasien tuberkulosis (TB) bahkan sampai vaksin polio.
WHO sendiri dan sejumlah pakar mengatakan perlu bukti-bukti yang lebih kuat untuk mendukung penggunaan BCG sebagai vaksin melawan corona. Vaksin BCG ini antara lain digunakan dan diuji oleh tim medis di Irlandia dan Amerika Serikat.
Dr Paul Hegarty, salah satu ilmuwan yang terlibat, mengatakan uji coba ini bermula dari vaksin BCG sebelumnya digunakan juga untuk penderita kanker kandung kemih dan terbukti bisa menunda penyebaran penyakit. Dari sini, tim pun ingin mengetahui apakah vaksin ini cukup efektif membasmi Sars-CoV-2 atau virus corona saat ini.
Negara lain yang juga merekomendasikan vaksin ini adalah Kanada dan Amerika Serikat.
Penelitian lalu dilanjutkan lebih dalam dengan melihat data penyebaran corona ke 153 negara. Peneliti kemudian membagi dua kelompok negara; negara yang melakukan vaksin BCG dan negara yang tidak melakukan vaksin BCG.
Hasilnya mengejutkan, negara dengan vaksin BCG mendapatkan kasus corona 0,8 per juta per hari. Sementara yang tanpa vaksin 34,8 per juta per hari. Begitu juga dengan rasio kematian, negara yang memiliki program wajib vaksin BCG rasionya 4,1% sementara yang tidak adalah 5,1%.
"Kami sangat terkejut ketika membaca data ini dan memutuskan untuk meliihat data per negara," ujar Hegarty, konsultan medis untuk Rumah Sakit Mater Private di Dublin. "Tiap negara yang punya program vaksin BCG hasilnya lebih baik."
Analisis dari seorang peneliti di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health juga menyebut tingkat kematian di negara yang punya program vaksin BCG 5,8 kali lebih rendah ketimbang yang tidak ada kampanye ini.
Nah, selain vaksin BCG yang sedang diujicoba, vaksin lain yang dilirik ilmuwan untuk melawan corona adalah vaksin polio.
Virologist Dr Robert Gallo yang juga membantu menemukan virus HIV yang menyebabkan Aids, mengatakan saat ini sedang memimpin penelitian untuk penggunaan vaksin polio oral sebagai pengobatan jangka pendek penyembuhan pasien corona.
Alasannya, vaksin ini mengaktifkan imunitas sementara di tubuh manusia untuk melindungi dari serangan virus RNA seperti influenza. Harapannya, imunitas sementara ini juga bisa lahir saat vaksin disuntikkan ke tubuh manusia untuk melawan virus corona.
"Kalau mau bertaruh, saya sangat yakin bahwa ini akan bisa membantu, jadi saya mau gerak cepat," kata Gallo.
![]() |
(gus) Next Article Usai Vaksin Covid-19 Jangan Langsung Pulang Ya! Ini Alasannya
Most Popular