
Love Distancing: Cinta & Keluarga yang Terpisah Akibat Corona
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
26 March 2020 14:20

Hal serupa terjadi Mega, bukan nama sebenarnya. Istri seorang dokter di Purwokerto, berhari-hari cemas bukan main sejak pandemi melanda. Suaminya termasuk orang yang berada di garis depan.
"Saya tahu suami saya lelah bukan main, juga khawatir. Tapi bahkan saya tidak bisa memeluknya untuk menenangkan dia," curhat Mega.
Begitu juga dengan kedua anaknya, sudah berhari-hari tidak bisa memeluk dan mencium sang ayah. Tidur, makan, kamar, kini semuanya harus terpisah.
"Saya membuat akses agar suami bisa lewat pintu lain dan langsung masuk kamar mandi, jadi tidak perlu kontak dengan siapapun di rumah. Semuanya dipisahkan, rasanya satu rumah tapi bahkan tidak bisa menyemangati suami sendiri."
Mega mengaku tak berhenti berdoa sepanjang hari, apalagi kondisi di sana untuk tenaga medis sangat memprihatinkan. Alat Perlindungan Diri atau APD sangat minim, sehingga risiko untuk terpapar sangat tinggi. Namun sang suami tak bisa berhenti kerja. "Siapa lagi? Setiap hari rasanya deg-degan luar biasa," tumpah Mega.
Terjebak Lockdown
Kisah keluarga yang tengah berjuang juga dialami oleh Gigih, yang saat ini terjebak lockdown di Manila, Filipina.
Gigih memang sedang tugas di negeri tersebut sejak beberapa bulan terakhir, ia tak pernah menyangka akan adanya pandemi corona yang membuat ia tidak bisa berkutik. "Istri saya di Tangerang, dia dokter dan sempat terpapar pasien suspect covid-19," ceritanya.
Kini istrinya berstatus ODP (Orang Dalam Pemantauan). Sementara, istrinya tinggal bersama dengan dua anaknya. "Gak tahulah mau seperti apa, kami cuma bisa berdoa saat ini. Tapi tenaga medis juga terbatas, jadi dia masih dibutuhkan," ujarnya pasrah.
Ia mengaku istrinya akan segera tes swab untuk mengecek kondisinya. Kondisi di Tangerang, kata Gigih, agak mengkhawatirkan karena banyak suspect covid-19 yang masih berkeliaran dan langsung menjumpai para tenaga medis yang tengah minim perlindungan diri.
"Tidak tahu sampai kapan begini, perlu lebih tegas soal social distancing karena berisiko juga buat para tenaga medis. Harus ada alur yang jelas untuk orang dengan gejala covid-19."
Cerita Leoni, Mega, dan Gigih hanya sebagian dari kisah orang-orang yang terpaksa terpisah karena covid-19.
Tapi satu kesamaan yang bisa ditarik, para tenaga medis ini bisa meminimalisir risiko mereka dan bisa bertemu dengan keluarga mereka sewajarnya andai saja dilindungi dengan peralatan yang memadai.
Juga, social distancing yang perlu digalakkan dan ditegaskan oleh pemerintah. "Tetap di rumah, penyebaran virus ini sangat cepat. Tenaga medis terbatas, bantu kami agar kami bisa juga pulang ke rumah," pesan Noni. (gus/gus)
"Saya tahu suami saya lelah bukan main, juga khawatir. Tapi bahkan saya tidak bisa memeluknya untuk menenangkan dia," curhat Mega.
Begitu juga dengan kedua anaknya, sudah berhari-hari tidak bisa memeluk dan mencium sang ayah. Tidur, makan, kamar, kini semuanya harus terpisah.
Mega mengaku tak berhenti berdoa sepanjang hari, apalagi kondisi di sana untuk tenaga medis sangat memprihatinkan. Alat Perlindungan Diri atau APD sangat minim, sehingga risiko untuk terpapar sangat tinggi. Namun sang suami tak bisa berhenti kerja. "Siapa lagi? Setiap hari rasanya deg-degan luar biasa," tumpah Mega.
Terjebak Lockdown
Kisah keluarga yang tengah berjuang juga dialami oleh Gigih, yang saat ini terjebak lockdown di Manila, Filipina.
Gigih memang sedang tugas di negeri tersebut sejak beberapa bulan terakhir, ia tak pernah menyangka akan adanya pandemi corona yang membuat ia tidak bisa berkutik. "Istri saya di Tangerang, dia dokter dan sempat terpapar pasien suspect covid-19," ceritanya.
Kini istrinya berstatus ODP (Orang Dalam Pemantauan). Sementara, istrinya tinggal bersama dengan dua anaknya. "Gak tahulah mau seperti apa, kami cuma bisa berdoa saat ini. Tapi tenaga medis juga terbatas, jadi dia masih dibutuhkan," ujarnya pasrah.
Ia mengaku istrinya akan segera tes swab untuk mengecek kondisinya. Kondisi di Tangerang, kata Gigih, agak mengkhawatirkan karena banyak suspect covid-19 yang masih berkeliaran dan langsung menjumpai para tenaga medis yang tengah minim perlindungan diri.
"Tidak tahu sampai kapan begini, perlu lebih tegas soal social distancing karena berisiko juga buat para tenaga medis. Harus ada alur yang jelas untuk orang dengan gejala covid-19."
Cerita Leoni, Mega, dan Gigih hanya sebagian dari kisah orang-orang yang terpaksa terpisah karena covid-19.
Tapi satu kesamaan yang bisa ditarik, para tenaga medis ini bisa meminimalisir risiko mereka dan bisa bertemu dengan keluarga mereka sewajarnya andai saja dilindungi dengan peralatan yang memadai.
Juga, social distancing yang perlu digalakkan dan ditegaskan oleh pemerintah. "Tetap di rumah, penyebaran virus ini sangat cepat. Tenaga medis terbatas, bantu kami agar kami bisa juga pulang ke rumah," pesan Noni. (gus/gus)
Pages
Most Popular