Selain 1917, Ini Deretan Film dengan Teknik One-Shot

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 January 2020 19:20
Film 1917 jadi jagoan jawara Oscar tahun ini, salah satunya karena gunakan teknik one-shot. Ini deretan film yang gunakan teknik One-Shot
Foto: Kantor Kotak Film 1917. (François Duhamel/Universal Pictures via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah memenangkan nominasi Film Drama Terbaik Golden Globe (Golden Globe Award for Best Motion Picture - Drama), film drama perang 1917 besutan Sam Mendes kini masuk nominasi Piala Oscar, bersama film drama balap Ford v Ferrari dan dan film thriller sosial asal Korea Selatan, Parasite.

Film 1917 berlatar belakang Perang Dunia I, menceritakan tentang dua orang prajurit muda dari Inggris, Schofield (George MacKay) dan Blake (Charles Chapman), yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan untuk mencegah lebih banyak tentara gugur.

Melawan waktu, keduanya harus melintasi wilayah musuh dan menyampaikan pesan untuk menghentikan serangan yang dapat merenggut ratusan tentara Inggris, yang mana terdapat saudara kandung Blake di antara mereka.

Film 1917 makin unik ketika diambil dengan teknik one-shot, yakni film yang salah satu adegan atau mungkin keseluruhan adegannya menggunakan satu kali pengambilan gambar atau satu kali take.

[Gambas:Video CNBC]





Namun, film yang menggunakan teknik one-shot tidak hanya 1917. Berikut film-film selama dua dekade terakhir yang menerapkan teknik ini dalam produksinya, dikutip dari CNN Indonesia.



Timecode (2000)

Film Timecode yang berdurasi 93 menit ini difilmkan secara bersamaan oleh empat juru kamera. Sutradara Mike Figgis tak puas dengan hanya pengambilan gambar one-shot, maka ia membuat layar dibagi menjadi empat bagian yang menampilkan sudut pandang para pemain secara bersamaan.

Film ini menggambarkan beberapa kelompok orang di Los Angeles ketika mereka berinteraksi dan berkonflik, sambil mempersiapkan pengambilan gambar sebuah film di kantor produksi. Bahkan dialog yang muncul sebagian besar improvisasi.



Russian Ark (2002)

Film Russian Ark berkisah mengenai seorang bangsawan Perancis abad ke-19 yang terkenal karena memoarnya yang pedas tentang kehidupan di Rusia. Ia melakukan perjalanan melalui Museum State Hermitage Rusia dan bertemu tokoh-tokoh sejarah lebih dari 200 tahun terakhir.

Dengan 2.000 aktor dan tiga orkestra, Russian Ark membanjiri puluhan ruangan di Winter Palace, St. Petersburg, untuk proses pengambilan gambar selama 96 menit. Proses tersebut kian menantang karena kamera sutradara Russian Ark, Alexander Sokurov, hanya bisa bertahan untuk empat kali percobaan.



Silent House (2012)


Terinspirasi dari film horor Uruguay, La Casa Muda, karya Gustavo Hernandez, Silent House menyuguhkan ketegangan tanpa henti selama 90 menit dengan pengambilan murni hanya satu kali dari awal hingga akhir.

Silent House berkisah mengenai Sarah (Elizabeth Olsen), ayahnya (Adam Trese) dan pamannya (Eric Sheffer Stevens) yang sedang merenovasi rumah keluarga tua untuk dijual. Tanpa listrik, dan hanya bergantung pada lentera, Sarah terpisah dari kerabatnya. Ia terjebak di dalam kabin tanpa kontak dengan dunia luar. Peristiwa itu makin horor ketika muncul teror yang tak terduga.



Birdman (2014)

Birdman memang tidak diambil dengan teknik one-shot yang sesungguhnya. Namun, tim bekerja sedemikian rupa sehingga film itu terlihat seperti diambil dengan satu kamera. Alejandro González Iñárritu harus gigih mengambil 15-20 rekaman untuk tiap adegan panjang di Birdman. Namun, kerja keras itu terbayar lunas dengan trofi film terbaik Oscar.

Birdman berkisah mengenai Riggan Thomson (Michael Keaton) yang berencana untuk membangkitkan kembali kariernya yang mulai memudar dengan memproduksi teater Broadway. Namun, saat latihan, lawan mainnya cedera memaksanya untuk menyewa aktor baru.



One Cut of the Dead (2017)

Film One Cut of the Dead ini memiliki sinopsis yang sederhana, berkisah mengenai sutradara dan kru film yang sedang syuting film zombie anggaran rendah di fasilitas bekas Perang Dunia II, malah diserang oleh zombie betulan.

The New York Times menggambarkan film meta-thriller bujet rendah dari sineas Jepang ini bagai film Noise Off dipadukan dengan Night of the Living Dead. Dengan sudut pandang satu kamera, film ini membawa penonton bertualang, mencoba melarikan diri dari kejaran zombie sungguhan.


(gus) Next Article Film 1917 Raup Cuan Rp 500 M dalam Sepekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular