56% Orang Indonesia Punya Masalah Gigi, Apa Sebabnya?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
10 October 2019 20:59
56% Orang Indonesia Punya Masalah Gigi, Apa Sebabnya?
Foto: KPPIKG 2019 (CNBC Indonesia/Thea)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 56% penduduk Indonesia bermasalah dengan kesehatan gigi, dan kebanyakan masih menganggap kesehatan gigi tidak lebih penting dari kesehatan lainnya.

Padahal kesehatan gigi merupakan jalan bagi kesehatan umum. Tanpa mengunyah makanan dengan baik, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh akan terganggu dan berpengaruh pada kesehatan seluruh tubuh.

Menurut Dekan Fakultas Kesehatan Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI) Maria Francisca Lindawati Soetanto, banyak sekali riset-riset yang dilakukan FKG yang menunjukkan bahwa beberapa penyakit sistemis itu terkait dengan gigi.

"Jadi berdampak pada kondisi mulut. Misalnya kesehatan gusi itu juga berkaitan dengan terjadinya penyakit jantung dan pembulu darah," ujar Maria kepada CNBC Indonesia.

Selain itu, menurut riset-riset lainnya, masyarakat yang memiliki masalah gigi biasanya enggan mencari pertolongan ke dokter gigi. Alasannya: biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.

"Selain biaya yang tidak sedikit, menurut data kedokteran Indonesia, dokter gigi mungkin banyak di Indonesia, tapi penyebarannya tidak merata dan lebih banyak di kota-kota besar" ungkap Maria.

Namun menurutnya, perawatan gigi menjadi mahal saat masyarakat sudah merasakan sakit gigi atau kelainan gigi dan tidak pernah merawatnya. Jika giginya baik-baik saja, biaya yang dikeluarkan tidak mahal.

"Jadi yang sedang kita upayakan disini adalah tindakan pencegahan preventif sehingga mereka belum sampai menderita kelainan gigi atau gusi, yang mana pembiayaannya akan lebih murah, dibandingkan harus mengobati atau melakukan penambalan gigi yang memang lebih mahal," lanjut Maria.

Mengingat kalimat 'mencegah lebih baik dari pada mengobati', Maria mengatakan masyarakat untuk selalu periksa ke dokter gigi sebanyak 2 kali dalam setahun.

"Karena kesehatan gigi dapat menentukan kesehatan tubuh kita. Selain itu, masyarakat harus menjaga kesehatan mulut dengan sikat gigi 2 kali dalam sehari, pagi dan malam," tukasnya.



Perawatan gigi dan gusi rupanya dapat meningkatkan kepercayaan diri. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh ketua acara Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran Gigi (KPPIKG) ke-18 sekaligus dokter gigi Eva Fauziah.

Namun menurutnya, hal-hal yang menyangkut tren mengenai perawatan kesehatan gigi tidak hanya menyoal estetika, tetapi juga kegunaan dan manfaat dari praktik kesehatan gigi tersebut.

"Ada korelasi antara perawatan gigi dengan penampilan estetik yang meningkatkan kepercayaan diri. Tapi lihat juga fungsinya. Kalau gigi berantakan, mengunyah makan juga tidak enak. Sebaliknya kalau bagus, kunyahan dan estetikanya juga jadi bagus," ujar Eva kepada CNBC Indonesia.

Lebih lanjut, menurut Eva, perawatan kawat gigi, selain untuk meratakan gigi, juga berfungsi membantu gigitan pada makanan lebih baik. "Ini akan berpengaruh kemana-mana karena nutrisi dari makanan diproses dari mulut dengan gigi," imbuh Eva.

"Orang melakukan itu karena kebutuhan estetik. Orang ingin giginya rapih. Jadi misalnya kawat, dia ingin susunannya rapih agar pada saat smiling dia bagus. Kalau veneer itu agar gigi putih bersih biar terlihat bagus," lanjutnya.

Tetapi yang utama dari tren perawatan gigi tersebut adalah mulai melakukan perawatan gigi sendiri. "Yang paling bagus sebetulnya adalah gigi bersih dan plak atau karang gigi 6 bulan sekali diperiksa atau dibersihkan atau scaling agar tidak berlubang," ungkapnya.

Untuk harga tren perawatan gigi seperti memasang behel atau veneer gigi, Eva enggan memberitahu.

"Kalau harga, macam-macam. Tergantung kliniknya. Saya tidak bisa ngomong juga. Untuk veneer ataupun bracket itu macam-macam harganya. Yang rumah sakit swasta dan negeri juga macem-macem harganya," tutup Eva.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular