
Ini Posisi dan Potensi Batik RI di Pasar Internasional
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
02 October 2019 19:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak begitu terdengar gaungnya, bukan berarti hilang. Hal ini berlaku untuk industri batik di Indonesia. Agus Purwanto dari Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) bidang Diklat dan Pengembangan sekaligus pemilik merek Batik Tiga Putri membenarkan hal tersebut. Menurutnya, batik malah memiliki potensi besar di pasar lokal dan internasional.
"Pasar batik di Indonesia masih besar. Internasional juga. Pasar batik art banyak terserap di Jepang, pasar fashion batik di Amerika dan Eropa. Ada juga di Afrika," ujar Agus dalam acara Profit CNBC Indonesia, Rabu (2/10).
Namun hal ini memang tidak tercatat di data export impor, sebab menurut Agus, banyak dari mereka yang datang langsung ke Indonesia untuk membeli batik yang mereka sukai.
"Tapi perlu diingat, untuk daya saing untuk tujuan negara tertentu harus lebih jeli dengan kualitas yang bagus. Di Jepang, batik art bisa terjual lebih dari Rp 5-10 juta masih bisa diserap, kalau yang lain belum tentu," ungkapnya.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan apa permintaan pasar internasional dari batik khas Indonesia. Menurutnya, kini banyak yang lebih menyukai batik fashion yang dapat digunakan untuk berbagai acara dan keseharian.
"Yang jelas Eropa dan Amerika lebih simpel karena fashion. Seperti selendang untuk pakaian kasual," imbuhnya.
Selain itu, kini juga pasar internasional juga senang menggunakan batik sebagai pemanis dalam bidang desain interior. Sebut saja kain batik untuk hiasan dinding interior, sarung bantal, kap lampu, dan lainnya.
"Ini merupakan pasar baru untuk bidang interior yang mulai berkembang, karena belum ada terlalu banyak di pasar batik untuk interior. Sayangnya ini masih belum banyak dilirik karena banyak masih pada fokus ke arah fashion dan art," tukas Agus.
(gus) Next Article Selamat Hari Batik, Ini Sejarah Pesona Kain Batik RI
"Pasar batik di Indonesia masih besar. Internasional juga. Pasar batik art banyak terserap di Jepang, pasar fashion batik di Amerika dan Eropa. Ada juga di Afrika," ujar Agus dalam acara Profit CNBC Indonesia, Rabu (2/10).
"Tapi perlu diingat, untuk daya saing untuk tujuan negara tertentu harus lebih jeli dengan kualitas yang bagus. Di Jepang, batik art bisa terjual lebih dari Rp 5-10 juta masih bisa diserap, kalau yang lain belum tentu," ungkapnya.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan apa permintaan pasar internasional dari batik khas Indonesia. Menurutnya, kini banyak yang lebih menyukai batik fashion yang dapat digunakan untuk berbagai acara dan keseharian.
"Yang jelas Eropa dan Amerika lebih simpel karena fashion. Seperti selendang untuk pakaian kasual," imbuhnya.
Selain itu, kini juga pasar internasional juga senang menggunakan batik sebagai pemanis dalam bidang desain interior. Sebut saja kain batik untuk hiasan dinding interior, sarung bantal, kap lampu, dan lainnya.
"Ini merupakan pasar baru untuk bidang interior yang mulai berkembang, karena belum ada terlalu banyak di pasar batik untuk interior. Sayangnya ini masih belum banyak dilirik karena banyak masih pada fokus ke arah fashion dan art," tukas Agus.
(gus) Next Article Selamat Hari Batik, Ini Sejarah Pesona Kain Batik RI
Most Popular