
Wew, Karena Bebas Akses Kontrasepsi Perempuan Bisa Naik Gaji
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
29 September 2019 12:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat kebebasan untuk dapat mengakses alat kontrasepsi pada wanita usia muda dapat mempengaruhi berapa banyak uang yang mereka hasilkan di usia 30-an dan 40-an.
Pernyataan itu merupakan hasil laporan baru dari Institute for Women's Policy Research. Laporan tersebut meneliti hubungan antara akses ke alat kontrasepsi di Amerika Serikat (AS) dan sejumlah pencapaian, termasuk pendidikan, pekerjaan, keberhasilan karier dan pendapatan.
Penelitian itu juga melihat dampak ekonomi dari akses kontrasepsi, yang sudah dilakukan selama beberapa dekade.
Wanita yang memiliki akses ke alat kontrasepsi legal sejak usia 18 hingga 21 tahun menghasilkan pendapatan 5% lebih banyak per jam dan 11% lebih banyak pendapatan per tahun bagi mereka yang berusia 40 tahun, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki akses ke alat kontrasepsi legal.
Demikian menurut laporan tersebut, yang dikutip dari CNBC Make It. Itu berarti, gaji mereka sekitar 63 sen lebih tinggi per jam dan US$ 2.200 lebih tinggi per tahun.
Alasannya? Memiliki akses ke alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, seperti pil, memungkinkan perempuan untuk menunda waktu memiliki anak.
Hal ini berarti mereka dapat menempuh pendidikan tinggi dan bekerja, kata penulis penelitian itu, Anna Bernstein dan Kelly M. Jones.
Data tersebut berasal dari wawancara yang dilakukan antara tahun 1968 hingga 2003 dan diterbitkan dalam studi tahun 2012.
Semua angka dikonversikan berdasarkan nilai dolar pada tahun 2000, kata Jones kepada CNBC Make It. Ini berarti, perhitungan 63 sen per jam dan US$ 2.200 per tahun itu mengacu pada nilai dolar di era tahun 2000.
Tentu saja, ada banyak faktor yang dapat memengaruhi penghasilan perempuan di masa depan yang tidak secara langsung terkait dengan pengendalian kelahiran, kata para peneliti.
Namun, mereka mengatakan tidak mungkin melakukan studi untuk semua faktor itu, yang termasuk kekayaan keluarga, sifat kepribadian, soft skill, bakat, dan aspirasi.
Untuk penelitian ini, Bernstein dan Jones mengambil pandangan bersejarah tentang langkah pengendalian kehamilan dan menemukan bahwa saat akses ke alat kontrasepsi meningkat selama beberapa dekade, kemampuan wanita untuk melanjutkan pendidikan mereka, tetap berkecimpung di dunia kerja dan mendapatkan lebih banyak gaji juga meningkat.
Temuan mereka cocok dengan penelitian lain tentang efek yang meluas dari alat pengendali kehamilan. Yaitu bahwa akses ke alat kontrasepsi telah terbukti meningkatkan jumlah wanita yang menempuh perguruan tinggi sebesar 12% hingga 20%.
Hal ini juga meningkatkan jumlah angkatan kerja perempuan dari tahun 1970 hingga 1990 sebesar 15%, menurut Bernstein dan Jones.
Di sisi lain, kelahiran dini terbukti mengganggu atau menunda kemampuan perempuan untuk melanjutkan sekolah menengah dan dapat memiliki efek signifikan pada potensi penghasilan mereka.
Sebagai contoh, sebuah penelitian pada tahun 2011 menemukan bahwa wanita yang memiliki anak pertama mereka pada saat baru lulus dari sekolah menengah, akan memiliki 30 poin lebih rendah kesempatan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi daripada mereka yang memiliki anak setelah tujuh tahun atau lebih dari masa lulus sekolah menengah.
Setiap kelahiran anak berikutnya dapat menambah jumlah poin tersebut, terutama untuk rumah tangga berpenghasilan rendah, menurut laporan.
Sebuah penelitian lainnya yang diterbitkan pada tahun 2018 juga menemukan bahwa memiliki anak dapat menurunkan penghasilan wanita di Denmark dari waktu ke waktu.
Tetapi, ini tidak berlaku untuk pria. Ketika pria memiliki anak, pendapatan mereka masih tetap setara dengan teman sebayanya yang tidak memiliki anak.
Bernstein dan Jones mengatakan penelitian ini penting karena "pengetahuan bahwa (seorang wanita) akan memiliki kemampuan di masa depan untuk mengontrol apakah perlu dan kapan untuk memiliki anak, dapat membentuk aspirasi dan rencana hidup seorang wanita muda."
Kontrasepsi memberi perempuan kebebasan untuk berinvestasi dalam sumber daya manusia mereka, dan mengembangkan ekonomi, tambah mereka.
(sef/sef) Next Article Wow! Viral Kondom Rasa Durian, Cendol & Santan
Pernyataan itu merupakan hasil laporan baru dari Institute for Women's Policy Research. Laporan tersebut meneliti hubungan antara akses ke alat kontrasepsi di Amerika Serikat (AS) dan sejumlah pencapaian, termasuk pendidikan, pekerjaan, keberhasilan karier dan pendapatan.
Penelitian itu juga melihat dampak ekonomi dari akses kontrasepsi, yang sudah dilakukan selama beberapa dekade.
Wanita yang memiliki akses ke alat kontrasepsi legal sejak usia 18 hingga 21 tahun menghasilkan pendapatan 5% lebih banyak per jam dan 11% lebih banyak pendapatan per tahun bagi mereka yang berusia 40 tahun, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki akses ke alat kontrasepsi legal.
Demikian menurut laporan tersebut, yang dikutip dari CNBC Make It. Itu berarti, gaji mereka sekitar 63 sen lebih tinggi per jam dan US$ 2.200 lebih tinggi per tahun.
Alasannya? Memiliki akses ke alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, seperti pil, memungkinkan perempuan untuk menunda waktu memiliki anak.
Hal ini berarti mereka dapat menempuh pendidikan tinggi dan bekerja, kata penulis penelitian itu, Anna Bernstein dan Kelly M. Jones.
Data tersebut berasal dari wawancara yang dilakukan antara tahun 1968 hingga 2003 dan diterbitkan dalam studi tahun 2012.
Semua angka dikonversikan berdasarkan nilai dolar pada tahun 2000, kata Jones kepada CNBC Make It. Ini berarti, perhitungan 63 sen per jam dan US$ 2.200 per tahun itu mengacu pada nilai dolar di era tahun 2000.
Tentu saja, ada banyak faktor yang dapat memengaruhi penghasilan perempuan di masa depan yang tidak secara langsung terkait dengan pengendalian kelahiran, kata para peneliti.
Namun, mereka mengatakan tidak mungkin melakukan studi untuk semua faktor itu, yang termasuk kekayaan keluarga, sifat kepribadian, soft skill, bakat, dan aspirasi.
Untuk penelitian ini, Bernstein dan Jones mengambil pandangan bersejarah tentang langkah pengendalian kehamilan dan menemukan bahwa saat akses ke alat kontrasepsi meningkat selama beberapa dekade, kemampuan wanita untuk melanjutkan pendidikan mereka, tetap berkecimpung di dunia kerja dan mendapatkan lebih banyak gaji juga meningkat.
Temuan mereka cocok dengan penelitian lain tentang efek yang meluas dari alat pengendali kehamilan. Yaitu bahwa akses ke alat kontrasepsi telah terbukti meningkatkan jumlah wanita yang menempuh perguruan tinggi sebesar 12% hingga 20%.
Hal ini juga meningkatkan jumlah angkatan kerja perempuan dari tahun 1970 hingga 1990 sebesar 15%, menurut Bernstein dan Jones.
Di sisi lain, kelahiran dini terbukti mengganggu atau menunda kemampuan perempuan untuk melanjutkan sekolah menengah dan dapat memiliki efek signifikan pada potensi penghasilan mereka.
Sebagai contoh, sebuah penelitian pada tahun 2011 menemukan bahwa wanita yang memiliki anak pertama mereka pada saat baru lulus dari sekolah menengah, akan memiliki 30 poin lebih rendah kesempatan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi daripada mereka yang memiliki anak setelah tujuh tahun atau lebih dari masa lulus sekolah menengah.
Setiap kelahiran anak berikutnya dapat menambah jumlah poin tersebut, terutama untuk rumah tangga berpenghasilan rendah, menurut laporan.
Sebuah penelitian lainnya yang diterbitkan pada tahun 2018 juga menemukan bahwa memiliki anak dapat menurunkan penghasilan wanita di Denmark dari waktu ke waktu.
Tetapi, ini tidak berlaku untuk pria. Ketika pria memiliki anak, pendapatan mereka masih tetap setara dengan teman sebayanya yang tidak memiliki anak.
Bernstein dan Jones mengatakan penelitian ini penting karena "pengetahuan bahwa (seorang wanita) akan memiliki kemampuan di masa depan untuk mengontrol apakah perlu dan kapan untuk memiliki anak, dapat membentuk aspirasi dan rencana hidup seorang wanita muda."
Kontrasepsi memberi perempuan kebebasan untuk berinvestasi dalam sumber daya manusia mereka, dan mengembangkan ekonomi, tambah mereka.
(sef/sef) Next Article Wow! Viral Kondom Rasa Durian, Cendol & Santan
Most Popular