Jakarta, CNBC Indonesia - Musisi sekaligus YouTuber Eka Gustiwana Putra membeberkan pandangannya mengenai banyaknya konten kreator yang mencari pendapatan lewat situs berbagi video tersebut.
"Menurut gue sah saja. Kan dia tidak mencuri, sederhananya gitu. Dia enggak nyolong duit orang, dia mengerjakan sesuatu yang halal, kenapa harus dipermasalahkan?," kata Eka ketika ditemui di Soehanna Hall, The Energy Building, SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (30/8).
"Terus di masa depan nanti akan ada lapangan pekerjaan yang sangat banyak. Dulu waktu gue kecil, lapangan pekerjaan itu cuma dokter, pilot, akuntan, dan PNS. Enggak ada lapangan pekerjaan seperti yang sekarang. Digital-digital ini enggak ada. Nah kan ke depannya banyak, salah satunya YouTuber, atau usahawan digital," lanjut Eka.
Menurutnya, jika banyak orang yang mempermasalahkan hal tersebut, Indonesia seperti mundur selangkah dan seperti apatis dalam zaman Revolusi Industri 4.0.
"Terima saja kalau memang YouTuber mendapatkan penghasilan dan punya kemampuan di sana," imbuhnya.
Eka sendiri mengaku tidak begitu mengambil pendapatan dari Google AdSense yang ia pasang di akun YouTube-nya, sebab ia sendiri tidak begitu rajin mengunggah video.
"Akun YouTube gue itu pendapatannya paling kecil. Gue enggak akan bilang angkanya berapa, tapi jauh lebih kecil dari YouTuber lain. Gue kadang-kadang tidak menyalakan AdSense, kadang gue tidak mau orang nonton iklan. Kadang gue nyalain tapi tidak titik-titik seperti banyak YouTuber," akunya.
Berbeda dengan YouTuber kebanyakan, Eka memiliki motivasi lain di YouTube. Dibandingkan AdSense, ia lebih memilih exposure, mencari banyak orang yang nonton agar banyak orang yang tersampaikan dengan pesan dari karyanya.
Lagipula, menurut Eka, AdSense tidak bisa hanya ditentukan oleh subscriber. Itu hanya bisa ditentukan oleh panjangnya video. Eka memberi contoh kasus dengan Atta Halilintar.
"Gini deh, Atta Halilintar nge-vlog setiap hari, 365 video dengan panjang video biasanya 20 menit. Berarti 20 menit kali 365 video. Eka Gustiwana upload video cuma 2 kali dalam sebulan, 1 video cuma 3 menit. Nah itu dihitung aja perbandingannya," ujarnya sambil tertawa.
"Kalaupun dapat iklan, itu bonus. Nah itu yang selama ini menjadi motivasi gue dalam berkarya. Jadi memang penghasilan gue kecil di YouTube. Dibanding Atta Halilintar mungkin se per sekian lah kalau mau dibandingkan," lanjutnya.
LANJUT HALAMAN 2: Konten Kreator dengan Karya Negatif, Apa Dampaknya?
Namun terlepas dengan maraknya konten kreator, tapi pria kelahiran 1 Agustus 1989 tersebut juga menggarisbawahi mengenai YouTuber yang hanya menebar sensasi yang lebih condong ke arah negatif.
"Kalau orang mau viral dengan segala cara, akhirnya gue ngerti sih karena image yang dibangun itu: banyak yang nonton, berarti gue bisa terkenal dan karya gue bagus. Berarti itu equivalent dengan karya bagus sama dengan jumlah penonton. Padahal kan enggak gitu," ungkap Eka.
Salah satu personil Weird Genius ini sangat menyayangkan masih banyak masyarakat yang masih salah konsep mengenai jika banyak yang menonton, artinya konten yang ditayangkan adalah karya bagus. Padahal tidak sesederhana itu.
"Itu yang tadi gue bilang, kalau misalnya dia bikin sesuatu yang jelek, tapi banyak yang nonton, menurut dia itu sudah berhasil. Padahal pemikiran kayak gitu sangat menurunkan nilai seni," ungkapnya lagi.
Eka sangat berharap, orang-orang yang baru mulai atau sudah lama berada di YouTube, bisa memulai atau mengubahnya dengan hal dan inovasi baru yang memberikan energi positif.
"Jangan memulai dengan hal-hal yang sensasional. Jangan yang negatif. Karena gini, generasi-generasi yang nonton YouTube ini kan generasi anak kecil yang bisa ngikutin kan. Jadilah teladan yang baik untuk anak-anak Indonesia saat ini," sarannya.
Memang jika membuat konten positif, akan ada saja beban yang muncul. Sebagai pemain lama di sana, Eka juga merasakan beban berat karena konten positif yang ia unggah kurang diminati daripada konten-konten negatif.
"Tapi balik lagi, orang berhak memilih apa yang ditonton. Tapi untuk para penonton, bijaklah memilih apa yang ditonton. Karena apa yang kamu tonton, itu mempengaruhi masa depanmu. Yang harus diperkaya kita sendiri. Kita didik untuk jangan nonton yang negatif, tontonlah yang positif yang bisa memberikan dampak baik untuk diri sendiri," tukasnya.
Eka Gustiwana sendiri sudah lama aktif di YouTube, dimulai sekitar tahun 2013. Ia aktif membuat konten musik dan komposisi musik dari ucapan seseorang. Dahulu Eka aktif membuat konten musik, namun kini ia menggunakan YouTube hanya untuk ajang menunjukkan keseniannya.
"Gue kemarin keliling pulau Jawa selama 20 hari hanya untuk bikin lagu. Awal-awal emang motivasi bikin video karena banyak yang nonton, ternyata salah. Yang kayak gitu malah bikin capek. Selama 3 tahun bikin pitch composition. Lucu memang, sampai akhirnya karena terlalu sering kualitasnya jadi menurun. Jadi sekarang dikurangi," tutupnya.
Kini akun Eka di YouTube memiiki subscriber hingga 1.689.603 pengguna dan sudah membuat 205 video, sementara di Instagram pengikut Eka baru 840.000 hingga 1 September 2019 ini.
Ini deretan YouTuber terkaya di dunia.
[Gambas:Video CNBC]