
Masai Ujiri, Sosok 'Gila' di Balik Gelar Juara NBA Raptors
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 June 2019 15:22

Tak sampai di situ ‘kegilaan’ yang ditunjukkan Ujiri. Sudah dalam beberapa tahun terakhir Raptors mengandalkan Demar DeRozan sebagai mesik pencetak skornya. Dalam 5 musim terakhirnya bersama Raptors, tak kurang 20 poin ia sumbangkan di setiap laga yang dimainkan.
Namun, selepas memecat sang Head Coach, Ujiri justru mentransfer DeRozan ke Spurs untuk ditukarkan dengan Kawhi Leonard dan Danny Green.
Transfer ini awalnya banyak diprotes sendiri oleh pendukung Raptors. Memang, sewaktu bermain di Spurs, seperti sudah disebutkan di atas, Leonard berhasil membawanya memenangkan titel pada tahun 2013-2014 sekaligus menjadi Finals MVP.
Namun, di musim 2017-2018 atau tepat sebelum direkrut oleh Ujiri ke Raptors, Leonard hanya bermain di sembilan laga lantaran menderita cedera quadriceps. Di sembilan laga tersebut, rata-rata poin per game dari Leonard ambruk menjadi 16,2. Ini artinya, walaupun bisa kembali sehat, belum tentu Leonard bisa kembali ke performa terbaiknya dan membawa Raptors juara.
Masalah yang lebih ribet lagi, ketika didatangkan dari Spurs, kontrak Leonard tinggal tersisa satu tahun. Pada musim depan, Leonard akan menjadi seorang free agent yang bisa bergabung dengan tim manapun yang ia inginkan di NBA.
Hal ini berarti satu hal bagi Ujiri: Raptors harus juara tahun ini! Ya, kalau tidak, besar kemungkinan Leonard akan memilih hijrah ke tim lain dan meninggalkan Raptors tanpa seorang mega bintang.
Ketika musim reguler 2018-2019 dimulai dan Leonard sudah pulih, Ujiri dan tim medis dari Raptors mengambil langkah yang lagi-lagi mencengangkan, dirinya tak memberikan jatah bermain banyak-banyak bagi sang mega bintang.
Alih-alih menggeber Leonard guna membantunya menemukan ritme permainan terbaik, Ujiri justru menyiapkan Leonard untuk ‘meledak’ di babak playoffs. Hal ini dilakukan dengan melarang Leonard bermain dalam dua hari berturut-turut.
Kalau masalah jadwal, NBA memang dikenal ‘kejam’. Malam ini bermain, besok malam sudah bisa ada lagi pertandingan yang harus dijalani, di kota yang berbeda pula. Jadwal macam ini dikenal dengan istilah back-to-back. Bahkan, setiap tim NBA akan merasakan yang namanya bermain selama 3 hari beruntun.
Alhasil, di musim reguler tahun 2018-2019, Leonard hanya bermain sebanyak 60 kali. Jika musim reguler tahun 2017-2018 kala dirinya hanya bermain sebanyak 9 kali dikecualikan, maka 60 laga yang dimainkan Leonard di Raptors menjadi yang paling sedikit sejak musim reguler tahun 2012-2013 (bersama Spurs, 58 laga).
Tapi, pertaruhan ini kembali berbuah manis. Leonard benar-benar meledak di babak playoffs dan menjadi go-to player dari Raptors. Kapanpun Raptors perlu poin, Leonard akan memberikan jawaban.
Jadi, kredit untuk titel NBA pertama yang diraih Raptors dan masyarakat Kanada harus juga diberikan kepada Masai Ujiri selaku President of Basketball Operations. Kalau Ujiri tak bersikap ‘gila’, bisa jadi Raptors harus menunggu belasan tahun lamanya untuk meminang trofi Larry O'Brien.
Selamat bagi Raptors dan seluruh masyarakat Kanada! #WeTheNorth
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm)
Namun, selepas memecat sang Head Coach, Ujiri justru mentransfer DeRozan ke Spurs untuk ditukarkan dengan Kawhi Leonard dan Danny Green.
![]() |
Transfer ini awalnya banyak diprotes sendiri oleh pendukung Raptors. Memang, sewaktu bermain di Spurs, seperti sudah disebutkan di atas, Leonard berhasil membawanya memenangkan titel pada tahun 2013-2014 sekaligus menjadi Finals MVP.
Masalah yang lebih ribet lagi, ketika didatangkan dari Spurs, kontrak Leonard tinggal tersisa satu tahun. Pada musim depan, Leonard akan menjadi seorang free agent yang bisa bergabung dengan tim manapun yang ia inginkan di NBA.
Hal ini berarti satu hal bagi Ujiri: Raptors harus juara tahun ini! Ya, kalau tidak, besar kemungkinan Leonard akan memilih hijrah ke tim lain dan meninggalkan Raptors tanpa seorang mega bintang.
Ketika musim reguler 2018-2019 dimulai dan Leonard sudah pulih, Ujiri dan tim medis dari Raptors mengambil langkah yang lagi-lagi mencengangkan, dirinya tak memberikan jatah bermain banyak-banyak bagi sang mega bintang.
Alih-alih menggeber Leonard guna membantunya menemukan ritme permainan terbaik, Ujiri justru menyiapkan Leonard untuk ‘meledak’ di babak playoffs. Hal ini dilakukan dengan melarang Leonard bermain dalam dua hari berturut-turut.
Kalau masalah jadwal, NBA memang dikenal ‘kejam’. Malam ini bermain, besok malam sudah bisa ada lagi pertandingan yang harus dijalani, di kota yang berbeda pula. Jadwal macam ini dikenal dengan istilah back-to-back. Bahkan, setiap tim NBA akan merasakan yang namanya bermain selama 3 hari beruntun.
Alhasil, di musim reguler tahun 2018-2019, Leonard hanya bermain sebanyak 60 kali. Jika musim reguler tahun 2017-2018 kala dirinya hanya bermain sebanyak 9 kali dikecualikan, maka 60 laga yang dimainkan Leonard di Raptors menjadi yang paling sedikit sejak musim reguler tahun 2012-2013 (bersama Spurs, 58 laga).
Tapi, pertaruhan ini kembali berbuah manis. Leonard benar-benar meledak di babak playoffs dan menjadi go-to player dari Raptors. Kapanpun Raptors perlu poin, Leonard akan memberikan jawaban.
Jadi, kredit untuk titel NBA pertama yang diraih Raptors dan masyarakat Kanada harus juga diberikan kepada Masai Ujiri selaku President of Basketball Operations. Kalau Ujiri tak bersikap ‘gila’, bisa jadi Raptors harus menunggu belasan tahun lamanya untuk meminang trofi Larry O'Brien.
Selamat bagi Raptors dan seluruh masyarakat Kanada! #WeTheNorth
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular