
Kendala Bikin Film versi Sheila Timothy: Sulit Cari Dana
Arina Yulistara, CNBC Indonesia
28 October 2018 19:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Sheila Timothy telah berkibar sebagai salah satu produser film terbaik di Indonesia. Kakak dari Marsha Timothy itu bercerita sedikit mengenai kendalanya bekerja di industri perfilman.
Wanita dengan sapaan akrab Lala ini mengatakan salah satu kesulitan mendirikan perusahaan film sendiri adalah mencari investor. Untuk mendapatkan investor, ia harus menciptakan karya terbaik demi meyakinkan pemilik dana.
"Mungkin karena saya sekarang perusahaan independen harus berjuang lebih untuk mendapatkan investasi. Dari awalnya ide harus sudah terbentuk supaya dipercaya investor. Itu challenge-nya," kata Lala saat berbincang dengan CNBC Indonesia di Milenial Fest, XXI Ballroom Djakarta Theater, Minggu (28/10).
Selain mencari investor, Lala menuturkan kalau menjalani proses produksi juga menjadi kendala yang signifikan. Saat syuting harus dilakukan di berbagai daerah yang infrastrukturnya tak seperti di Jakarta tentu tidak hanya melelahkan, biaya pun mahal.
Transportasi yang sulit memberikan tantangan tersendiri buat Lala. Produksi akhirnya menjadi bagian pengeluaran terbesar saat melakukan pembuatan film.
"Cost terbesar di produksi tapi kayak 'Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga 212' itu yang terlibat 977 orang termasuk aktrisnya, itu kan besar. Tapi terkadang sekarang ini kebutuhan promosi bisa lebih besar," jelasnya.
Produser film 'Tabula Rasa' itu menambahkan, sebagai produser sekaligus pengusaha film ia tak hanya turun tangan dalam pembuatan namun juga segala hal. Bahkan sampai urusan terkecil seperti pemilihan catering, ia turut terlibat.
Terakhir, bagaimana seorang Lala juga ikut andil dalam mengatasi pembajakan film.
"Pembajakan yang jadi momok sekarang ini, baik secara fisik atau online. Kita sudah bekerjasama dengan banyak pihak mulai dari penutupan situs sampai memberikan pendidikan.
(prm) Next Article Sheila Timothy: Layanan OTT, Sumber Income Baru Industri Film
Wanita dengan sapaan akrab Lala ini mengatakan salah satu kesulitan mendirikan perusahaan film sendiri adalah mencari investor. Untuk mendapatkan investor, ia harus menciptakan karya terbaik demi meyakinkan pemilik dana.
"Mungkin karena saya sekarang perusahaan independen harus berjuang lebih untuk mendapatkan investasi. Dari awalnya ide harus sudah terbentuk supaya dipercaya investor. Itu challenge-nya," kata Lala saat berbincang dengan CNBC Indonesia di Milenial Fest, XXI Ballroom Djakarta Theater, Minggu (28/10).
Transportasi yang sulit memberikan tantangan tersendiri buat Lala. Produksi akhirnya menjadi bagian pengeluaran terbesar saat melakukan pembuatan film.
"Cost terbesar di produksi tapi kayak 'Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga 212' itu yang terlibat 977 orang termasuk aktrisnya, itu kan besar. Tapi terkadang sekarang ini kebutuhan promosi bisa lebih besar," jelasnya.
Produser film 'Tabula Rasa' itu menambahkan, sebagai produser sekaligus pengusaha film ia tak hanya turun tangan dalam pembuatan namun juga segala hal. Bahkan sampai urusan terkecil seperti pemilihan catering, ia turut terlibat.
Terakhir, bagaimana seorang Lala juga ikut andil dalam mengatasi pembajakan film.
"Pembajakan yang jadi momok sekarang ini, baik secara fisik atau online. Kita sudah bekerjasama dengan banyak pihak mulai dari penutupan situs sampai memberikan pendidikan.
(prm) Next Article Sheila Timothy: Layanan OTT, Sumber Income Baru Industri Film
Most Popular