PSSI, Tolong Lihat Cara India Mengurus Sepakbola
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
14 June 2018 15:30

Jakarta, CNBC Indonesia - India memang tidak masuk Piala Dunia, bahkan belum pernah lolos ke putaran final. Negeri Bollywood juga pada dasarnya bukan negara sepakbola, karena kriket (olahraga yang disebut-sebut punya aturan paling rumit di dunia) seolah menjadi olahraga nasional.
Namun, ada yang menarik dari persepakbolaan India. Di peringkat Asosiasi Sepakbola Dunia (FIFA) teranyar, India berada di posisi 97. Sudah masuk 100 besar.
Indonesia? 164.
Peringkat India pun terus naik. Pada 2014, mereka masih berada di ranking 171. Saat itu peringkat Indonesia bahkan lebih baik, yaitu 159.
Selepas 2014, peringkat India terus membaik dan akhirnya saat ini berhasil menembus 100 besar. India mulai meninggalkan Indonesia pada 2015 dan kini jurang pemisah itu kian lebar.
Apa yang membuat prestasi India begitu menanjak? Jawabannya adalah liga. Kini, India bisa dibilang punya kompetisi domestik terbaik di Asia.
Meski masih cukup jauh dari posisi elit, Asosiasi Sepakbola Asia (AFC) menempatkan liga domestik India di peringkat 15. Posisi pertama ditempati Liga China, disusul Liga Qatar dan Liga Korea Selatan. Peringkat Indonesia cukup jauh di bawah India yaitu nomor 27.
Pada 2013, Negeri Anak Benua memulai apa yang disebut Indian Super League (ISL, singkatan yang sering tertukar dengan Indonesian Super League). Awalnya ISL diikuti delapan tim, dan sekarang bertambah menjadi 10.
Tidak seperti liga sepakbola lain, ISL tidak mengenal sistem promosi-degradasi. ISL menganut prinsip seperti di Amerika Serikat, di mana ada babak playoff di setiap musim. Klub yang berada di peringkat buncit tak perlu khawatir degradasi karena memang tidak ada sistem piramida di kompetisi.
Dengan sponsor-sponsor kelas wahid, ISL berhasil menarik minat pemain-pemain top. Luis Garcia (Spanyol), eks pemain Liverpool dan Atletico Madrid, sempat mencicipi bermain di ISL bersama Atletico Kolkata pada 2014. Pada tahun yang sama, legenda Juventus Alessandro Del Piero (Italia) pun pernah memperkuat Delhi Dynamos. Selain itu ada pula nama-nama beken macam Roberto Carlos (Brasil), Nicolas Anelka (Prancis), David Trezeguet (Prancis), Robert Pires (Prancis), hingga Diego Forlan (Uruguay).
Sekarang, marquee player di ISL adalah Dimitar Berbatov (Bulgaria), Wes Brown (Inggris), sampai Robbie Keane (Irlandia). Bukan nama sembarangan tentunya.
Kehadiran para pemain top ini mampu menarik minat masyarakat terhadap sepakbola. Hasilnya, riset Nielsen Sport mencatat penggemar sepakbola di India kini mencapai 45% dari total populasi di perkotaan. Meningkat pesat dari angka 30% pada 2013.
Angka 45% untuk penduduk perkotaan India secara nominal adalah jumlah yang luar biasa. Kira-kira jumlahnya mencapai 125 juta orang.
Namun, ada yang menarik dari persepakbolaan India. Di peringkat Asosiasi Sepakbola Dunia (FIFA) teranyar, India berada di posisi 97. Sudah masuk 100 besar.
Indonesia? 164.
Selepas 2014, peringkat India terus membaik dan akhirnya saat ini berhasil menembus 100 besar. India mulai meninggalkan Indonesia pada 2015 dan kini jurang pemisah itu kian lebar.
![]() |
Apa yang membuat prestasi India begitu menanjak? Jawabannya adalah liga. Kini, India bisa dibilang punya kompetisi domestik terbaik di Asia.
Meski masih cukup jauh dari posisi elit, Asosiasi Sepakbola Asia (AFC) menempatkan liga domestik India di peringkat 15. Posisi pertama ditempati Liga China, disusul Liga Qatar dan Liga Korea Selatan. Peringkat Indonesia cukup jauh di bawah India yaitu nomor 27.
Pada 2013, Negeri Anak Benua memulai apa yang disebut Indian Super League (ISL, singkatan yang sering tertukar dengan Indonesian Super League). Awalnya ISL diikuti delapan tim, dan sekarang bertambah menjadi 10.
Tidak seperti liga sepakbola lain, ISL tidak mengenal sistem promosi-degradasi. ISL menganut prinsip seperti di Amerika Serikat, di mana ada babak playoff di setiap musim. Klub yang berada di peringkat buncit tak perlu khawatir degradasi karena memang tidak ada sistem piramida di kompetisi.
Dengan sponsor-sponsor kelas wahid, ISL berhasil menarik minat pemain-pemain top. Luis Garcia (Spanyol), eks pemain Liverpool dan Atletico Madrid, sempat mencicipi bermain di ISL bersama Atletico Kolkata pada 2014. Pada tahun yang sama, legenda Juventus Alessandro Del Piero (Italia) pun pernah memperkuat Delhi Dynamos. Selain itu ada pula nama-nama beken macam Roberto Carlos (Brasil), Nicolas Anelka (Prancis), David Trezeguet (Prancis), Robert Pires (Prancis), hingga Diego Forlan (Uruguay).
Sekarang, marquee player di ISL adalah Dimitar Berbatov (Bulgaria), Wes Brown (Inggris), sampai Robbie Keane (Irlandia). Bukan nama sembarangan tentunya.
Kehadiran para pemain top ini mampu menarik minat masyarakat terhadap sepakbola. Hasilnya, riset Nielsen Sport mencatat penggemar sepakbola di India kini mencapai 45% dari total populasi di perkotaan. Meningkat pesat dari angka 30% pada 2013.
Angka 45% untuk penduduk perkotaan India secara nominal adalah jumlah yang luar biasa. Kira-kira jumlahnya mencapai 125 juta orang.
Next Page
Sepakbola Mulai 'Ganggu' Kriket di India
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular