Anak Sulung Fidel Castro Tewas Bunuh Diri

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 February 2018 14:04
Media Kuba mengabarkan soal tewasnya putra sulung Fidel Castro, Fidel Caztro Diaz Balart
Foto: ist
Havana, CNBC Indonesia– Media pemerintah Kuba, Cubadebate, mengabarkan Fidel Castro Diaz-Balart, putra tertua dari pemimpin revolusioner Kuba terakhir, Fidel Castro, melakukan bunuh diri pada Kamis (1/2/2018) di usia 68 tahun setelah dirawat jalan selama beberapa bulan akibat depresi.

Dilansir dari Reuters, Castro Diaz-Balart biasa di sebut “Fidelito” atau Little Fidel karena sangat mirip dengan ayahnya. Ia lahir pada 1949 dari pernikahan singkat ayahnya dengan Mirta Diaz-Balart dan selama hidupnya dikenal karena pernah berjuang melawan diktator yang di dukung AS dan membangun sebuah negara yang dikelola komunis di ambang pintu Amerika Serikat selama Perang Dingin.



Dari pihak ibunya, ia merupakan sepupu dari musuh bebuyutan Castro di komunitas pengasingan Amerika Kuba, yaitu anggota Dewan AS, Mario Diaz-Balart dan mantan kongres AS, Lincoln Diaz-Balart.

Dia juga menjadi subyek perselisihan hak asuh yang dramatis antara kedua keluarga saat kecil. Cendekiawan Kuba mengatakan ibunya membawanya ke Amerika Serikat saat berusia lima tahun setelah meminta cerai dari Castro, saat Castro dipenjara karena menyerang barak militer Moncada di Santiago.

Castro membawa kembali Fidelito ke Kuba setelah revolusi tahun 1959.

Sebagai seorang fisikawan nuklir yang pernah belajar di bekas negara Uni Soviet, Castro Diaz-Balart bekerja sebagai penasihat ilmiah ke Dewan Negara Kuba dan Wakil Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Kuba sampai pada saat kematiannya.

Sebelumnya ia menjadi pemimpin program nuklir nasional Kuba pada tahun 1980 sampai 1992 dan melopori pengembangan pabrik nuklir di pulau terbesar di Karibia hingga ayahnya memecatnya.

Kuba menghentikan rencana pabriknya pada tahun yang sama karena kurangnya dana akibat runtuhnya hubungan perdagangan dan bantuan Kuba dengan bekas blok Soviet, dan Castro Diaz-Balart mulai menghilang dari pandangan publik dan hanya sesekali muncul pada konferensi ilmiah atau acara diplomatik.

Seorang mantan duta besar Inggris untuk Kuba, Paul Hare, yang kuliah di Pardee School of Global Studies di Boston University, mengatakan bahwa dia tampak "bijaksana, agak penasaran dengan dunia luar Kuba" saat makan malam di Boston dua tahun lalu.

"Tapi dia tampak sedikit lelah karena harus menjadi Castro, bukan dirinya sendiri," ujar Hare.
(gus/gus) Next Article Sederet Kesalahan Kelola Keuangan di Usia 20-an

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular