InvesTime

Sempat Melesat Lalu Nyusruk Lagi, Apa Saham Farmasi Digoreng?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 April 2021 13:25
Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada penerima vaksin di Senayan City, Jakarta, Rabu (7/4/2021). Senayan City memfasilitasi vaksinasi dosis pertama bagi lansia dan tenaga pengajar yang ditargetkan untuk 500 orang per hari dari tanggal 7-10 April 2021.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada penerima vaksin. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham farmasi kembali sempat naik dalam beberapa hari terakhir setelah mengalami penurunan beberapa waktu lalu. Kebangkitan saham sektor kesehatan dipicu oleh beberapa hal, salah satunya perbaikan kinerja keuangan perusahaan pada kuartal pertama (Q1-2021).

Namun tidak sedikit investor yang menganggap kenaikan saham farmasi berkat 'digoreng'. 'Goreng' adalah istilah di pasar saham ketika terjadi kenaikan dan penurunan harga saham tertentu tanpa fundamental yang jelas dan volume pedagangan yang rendah.

Namun Zabrina Raissa, analis dari PT Ciptadana Sekuritas, membantah hal tersebut.

"Kalau untuk saham farmasi kembali lagi kita lihat dari sisi perusahaannya ya. Selama perusahaan tersebut, secara value transaction tinggi dan secara kinerja juga cukup baik, meski mengalami kenaikan bukan berarti dikatakan saham gorengan," kata Zabrina dalam program Investime CNBC Indonesia, Selasa (20/4/2021).

Menurut Zabrina, memang banyak orang yang berasumsi dengan kenaikan saham farmasi yang cukup tinggi ini bisa dilakukan spekulasi.

"Yah memang sah-sah saja ya karena memang perspektif dan karakter tiap investor ini kan berbeda-beda. Tapi yang saya sampaikan saham IRRA (PT Itama Ranoraya Tbk), Kalbe Farma (KLBF) itu bukan saham gorengan," tegasnya.

Beberapa saham farmasi, seperti PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan IRRA memang tiba-tiba menguat secara signifikan. Hal ini dipicu atas kinerja perusahaan yang semakin baik, yang telah melalui masa pemulihan finansial saat sempat turun beberapa waktu lalu.

Selain perbaikan kinerja keuangan perusahaan, menurut Zabrina, juga akan ada optimisme vaksinasi ke pertumbuhan ekonomi RI, yang dampaknya akan cukup positif. Sehingga saham-saham sektor kesehatan juga akan kecipratan positif.

"Dari sisi industri farmasi, kalau nanti kita lihat GDP Indonesia ini akan membaik, kita lihat ini justru lebih disebabkan oleh economy recovery," ujarnya.

"[Dengan] adanya program vaksinasi yang tentunya saling memiliki hubungan yang cukup baik. Dengan adanya vaksinasi, seluruh industri, yang pada 2020 sempat turun atau ditinggalkan, bisa terlihat membaik pada 2021," paparnya.

Dengan banyaknya masyarakat yang ingin divaksinasi, juga berdampak pada kenaikan ekonomi RI. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi yang cukup besar ini jadi salah satu faktor lain.

"Jika dilihat manfaatnya lebih besar dibandingkan kekhawatiran masyarakat soal efek sampingnya. Selama ini juga belum terdengar kasus yang efek samping dari vaksin yang berbahaya, seperti kematian. Ini menjadi hal yang positif karena sekitar kita justru sudah banyak yang divaksinasi," jelas Zabrina.

Berdasarkan data sesi I, Kamis ini (22/4/2021), saham IRRA turun 1,82% di posisi Rp 1.885/saham kendati sepekan naik 14%, saham KAEF juga ambles 3% di Rp 2.910/saham dengan penguatan sepekan 16% dan saham PT Indofarma Tbk (INAF) juga anjlok 5,28% di Rp 2.330/saham dengan penguatan sepekan 6%.

Satu lagi saham KLBF juga minus 0,33% di Rp 1.490/saham. Penguatan sempat terjadi di beberapa emiten farmasi ini dalam beberapa hari terakhir. Misalnya saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) hari ini naik 0,64% di Rp 790/saham dengan penguatan sebulan hingga 3,27%.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Sobat Cuan, Ini Pemicu Naiknya Saham Bank 'Mini'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular