InvesTime
Teka-teki Terkuak, Ini Alasan Saham Farmasi Sempat Bangkit

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten-emiten farmasi sempat naik dalam sepekan terakhir setelah mengalami penurunan beberapa waktu lalu. Sejumlah saham tersebut mulai dari emiten farmasi BUMN hingga farmasi swasta.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) sesi I, Kamis ini (22/4/2021), terjadi penguatan saham-saham farmasi dalam sepekan terakhir perdagangan kendati hari ini sebagian besar turun.
Misalnya saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) hari ini turun 1,82% di posisi Rp 1.885/saham kendati sepekan naik 14%.
Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) hari ini juga ambles 3% di Rp 2.910/saham tapi sepekan menguat 16%.
Adapun saham PT Indofarma Tbk (INAF) juga anjlok 5,28% hari ini di Rp 2.330/saham tapi penguatan sepekan 6%.
Satu lagi saham PT Kalbe Farma Tb (KLBF) juga minus 0,33% di Rp 1.490/saham dan sepekan juga minus 2%.
Penguatan sempat terjadi bagi saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) yang hari ini naik 0,64% di Rp 790/saham dengan penguatan sepekan 0,64%.
Zabrina Raissa, analis PT Ciptadana Sekuritas, mengatakan kebangkitan saham sektor farmasi dan kesehatan dipicu oleh beberapa hal, salah satunya perbaikan kinerja keuangan perusahaan pada kuartal pertama (Q1-2021).
"Ini sebenarnya ada sentimen karena dari laporan keuangan yang baru saja dirilis ya. Tahun 2020 untuk volume saham farmasi, dari sisi revenue-nya [pendpatan] ini drop. Tapi tahun 2021, khususnya di first quarter ini terlihat banyak yang melaporkan kinerja yang lebih baik," kata Zabrina dalam program Investime CNBC Indonesia, Selasa (20/4/2021).
Zabrina menjelaskan respons para investor melihat kinerja dari fundamental perusahaan-perusahaan farmasi yang rupanya dapat membukukan kinerja yang cukup baik.
"Dibandingkan beberapa kuartal sebelumnya, beberapa [saham farmasi] memang cukup stagnan karena ada yang rugi bersih atau laba mengalami penurunan," tambahnya.
"Namun sekarang ada lonjakan kinerja yang baik, sehingga apresiasinya cukup positif direspons oleh masyarakat."
Selain perbaikan kinerja keuangan perusahaan, menurut Zabrina, juga akan ada optimisme vaksinasi ke pertumbuhan ekonomi RI, yang dampaknya akan cukup positif. Sehingga saham-saham sektor kesehatan juga akan kecipratan positif.
"Dari sisi industri farmasi, kalau nanti kita lihat GDP Indonesia ini akan membaik, kita lihat ini justru lebih disebabkan oleh economy recovery," ujarnya.
"[Dengan] adanya program vaksinasi yang tentunya saling memiliki hubungan yang cukup baik. Dengan adanya vaksinasi, seluruh industri, yang pada 2020 sempat turun atau ditinggalkan, bisa terlihat membaik pada 2021," paparnya.
Dengan banyaknya masyarakat yang ingin divaksinasi, juga berdampak pada kenaikan ekonomi RI. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi yang cukup besar ini jadi salah satu faktor lain.
"Jika dilihat manfaatnya lebih besar dibandingkan kekhawatiran masyarakat soal efek sampingnya. Selama ini juga belum terdengar kasus yang efek samping dari vaksin yang berbahaya, seperti kematian. Ini menjadi hal yang positif karena sekitar kita justru sudah banyak yang divaksinasi," jelas Zabrina.
[Gambas:Video CNBC]
Saham IRRA Dkk Tiba-tiba Bangkit, Spekulasi atau Peluang?
(tas/tas)