
Emiten Mau Private Placement Apa 'Kantongnya' Bermasalah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena penggalangan dana melalui private placement atau penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non-HMETD) merupakan hal yang cukup biasa di bursa. Aksi ini biasanya dijalankan emiten untuk menambah modal dari investor stratagis.
Dalam private placement, yang dibidik adalah investor-investor baru yang belum memiliki saham perusahaan tersebut. Hal ini dijalankan emiten melalui skema penerbitan saham baru tanpa HMETD.
Namun seringkali sentimen negatif selalu menyelimuti kegiatan penggalangan modal ini. Banyak investor mengira bahwasannya hal ini dilakukan emiten karena kinerja keuangannya bermasalah dan operasional perusahaan telah terancam.
Menanggapi hal ini, Head of Research PT RHB Sekuritas Indonesia, Andre Wijaya, mengatakan bahwa ia melihat bahwa kebanyakan perusahaan melakukan private placement ini dengan dilandasi dua penyebab.
Penyebab yang pertama adalah untuk mengembangkan usaha dan memperluas pasar-pasar baru yang potensial dalam menghasilkan keuntungan. Sementara penyebab kedua adalah untuk membayar utang sehingga bunga dari utang tersebut menjadi tidak terlalu tinggi.
Meski begitu, ia masih merasa kebanyakan perusahaan melakukan private placement untuk menambah modal guna mengeruk potensi bisnis di masa depan
"Mayoritas perusahaan melakukan private placement itu karena melihat potensi akan datang," pungkasnya dalam program Investime CNBC Indonesia, Rabu (14/4/2021).
Lebih lanjut, ia juga menyatakan bahwa perusahaan yang bertengger di indeks LQ45, indeks berisi 45 saham paling likuid, dengan kinerja bagus pun pernah beberapa kali melakukan private placement.
Maka itu, ia menyarankan agar investor lebih jeli dalam melihat tujuan diadakannya private placement.
Dia menyarankan agar investor melihat arah atau horizon investasi dari investor itu sendiri.
Bila arahnya baik dan investor berinvestasi dalam jangka panjang, ia menyarankan agar tetap menahan atau hold kepemilikan saham sementara atas emiten yang menggelar private placement tersebut kendati porsi sahamnya terdilusi guna berharap kinerja perusahaan meningkat sehingga ada prospek saham melesat.
"Saya sarankan ya jangan dijual karena nanti akan ada keuntungan yang besar dan harga sahamnya juga akan naik namun dibutuhkan waktu sekitar di atas setahun baru akan terasa keuntungannya," tambahnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live Now! Apa Benar Private Placement Rampok Investor Ritel?
