
Perkembangan Teknologi
Kenapa Peluncuran Roket SpaceX Bisa Sangat Murah?
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
22 February 2019 17:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan teknologi luar angkasa asal Amerika Serikat (AS), SpaceX, mampu menawarkan biaya peluncuran roket dengan harga yang jauh lebih murah.
Dalam keterangannya Februari tahun lalu, CEO Elon Musk mengklaim roket Falcon Heavy yang dapat diperluas milik perusahaan akan menelan biaya hanya US$150 juta (Rp 2,1 triliun). Angka ini sekitar US$250 juta lebih murah daripada kompetitor terdekatnya, Delta IV Heavy milik ULA, joint venture dari Boeing dan Lockheed Martin.
SpaceX mengatakan biaya setiap peluncuran Falcon Heavy dimulai dari US$90 juta. Harga itu hanyalah sebagian kecil dari biaya roket terbesar kedua milik pesaing SpaceX, United Launch Alliance (ULA) dan Arianespace, dilansir dari CNBC International.
Ini membuat berbagai institusi, mulai dari NASA, militer AS, hingga PT Telekomunikasi Indonesia, memilih untuk meluncurkan fasilitas luar angkasanya menggunakan roket SpaceX.
Murahnya biaya yang ditawarkan startup decacorn ini ternyata disebabkan oleh strategi dan inovasinya yang membuat roketnya mampu kembali lagi ke Bumi setelah diluncurkan ke luar angkasa. Ini membuat roket tersebut bisa dipergunakan lagi untuk peluncuran selanjutnya.
Apa yang biasanya terjadi di industri ini adalah roket-roket dibiarkan terbakar saat memasuki atmosfer bumi atau dibuang setelah peluncuran.
Penggunaan kembali roket ini membuat biaya peluncuran dengan SpaceX bisa jauh lebih rendah dibanding para pesaingnya.
"SpaceX percaya roket yang dapat digunakan kembali sepenuhnya dengan cepat adalah terobosan penting yang dibutuhkan untuk menurunkan biaya akses menuju luar angkasa dengan substansial," tulis perusahaan dalam situs webnya, dilansir Jumat (22/2/2019).
"Sebagian besar biaya peluncuran muncul dari pembuatan roket yang terbang hanya sekali," tambahnya.
SpaceX pun menganalogikan roketnya dengan pesawat terbang yang dapat bolak-balik mengantarkan penumpang menggunakan armada yang harganya setara dengan satu roket buatan perusahaan.
SpaceX telah beberapa kali berhasil mendaratkan kembali roket Falcon Heavy tahun lalu. Falcon Heavy adalah serangkaian roket yang terdiri dari tiga roket Falcon 9.
Perusahaan milik Elon Musk itu meluncurkan roket Falcon 9 Kamis malam (21/2/2019) waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia dari Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Florida. Ini adalah misi ketiga yang berhasil dilakukan dengan menggunakan pendorong roket milik perusahaan, yang telah meluncurkan dua misi dengan sukses tahun lalu sebelum kembali ke darat dengan selamat.
Saksikan video peluncuran satelit Telkom berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm/prm) Next Article SpaceX Milik Elon Musk Luncurkan Satelit Indonesia
Dalam keterangannya Februari tahun lalu, CEO Elon Musk mengklaim roket Falcon Heavy yang dapat diperluas milik perusahaan akan menelan biaya hanya US$150 juta (Rp 2,1 triliun). Angka ini sekitar US$250 juta lebih murah daripada kompetitor terdekatnya, Delta IV Heavy milik ULA, joint venture dari Boeing dan Lockheed Martin.
SpaceX mengatakan biaya setiap peluncuran Falcon Heavy dimulai dari US$90 juta. Harga itu hanyalah sebagian kecil dari biaya roket terbesar kedua milik pesaing SpaceX, United Launch Alliance (ULA) dan Arianespace, dilansir dari CNBC International.
Murahnya biaya yang ditawarkan startup decacorn ini ternyata disebabkan oleh strategi dan inovasinya yang membuat roketnya mampu kembali lagi ke Bumi setelah diluncurkan ke luar angkasa. Ini membuat roket tersebut bisa dipergunakan lagi untuk peluncuran selanjutnya.
Apa yang biasanya terjadi di industri ini adalah roket-roket dibiarkan terbakar saat memasuki atmosfer bumi atau dibuang setelah peluncuran.
Penggunaan kembali roket ini membuat biaya peluncuran dengan SpaceX bisa jauh lebih rendah dibanding para pesaingnya.
"SpaceX percaya roket yang dapat digunakan kembali sepenuhnya dengan cepat adalah terobosan penting yang dibutuhkan untuk menurunkan biaya akses menuju luar angkasa dengan substansial," tulis perusahaan dalam situs webnya, dilansir Jumat (22/2/2019).
"Sebagian besar biaya peluncuran muncul dari pembuatan roket yang terbang hanya sekali," tambahnya.
![]() |
SpaceX pun menganalogikan roketnya dengan pesawat terbang yang dapat bolak-balik mengantarkan penumpang menggunakan armada yang harganya setara dengan satu roket buatan perusahaan.
SpaceX telah beberapa kali berhasil mendaratkan kembali roket Falcon Heavy tahun lalu. Falcon Heavy adalah serangkaian roket yang terdiri dari tiga roket Falcon 9.
Perusahaan milik Elon Musk itu meluncurkan roket Falcon 9 Kamis malam (21/2/2019) waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia dari Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Florida. Ini adalah misi ketiga yang berhasil dilakukan dengan menggunakan pendorong roket milik perusahaan, yang telah meluncurkan dua misi dengan sukses tahun lalu sebelum kembali ke darat dengan selamat.
Saksikan video peluncuran satelit Telkom berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm/prm) Next Article SpaceX Milik Elon Musk Luncurkan Satelit Indonesia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular