CNBC Insight
Benar-Benar 'Sultan', Orang Ini Cari Batu Bara Nemu Minyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Jacobus Hubertus Menten (1832-1920) terlahir sebagai anak pedagang jagung di negeri Belanda. Namun belajar di sekolah teknik Delft kemudian membuatnya menjadi seorang insinyur tambang. Keahliannya membuatnya bekerja di jawatan pertambangan di Hindia Belanda. Selain di Kalimantan dia pernah pula bekerja di Bangka.
"Pada tanggal 2 Desember 1882, ia memperoleh dari Sultan, yang telah lama bersahabat dengan sejak masa mudanya, atas hak penggalian (konsesi) batubara untuk daerah yang meliputi kedua tepi sungai," tulis F. C. Gerretson dalam History of the Royal Dutch, Volume 3 (1958:156). Menten berkali-kali dapat konsesi batu bara dari Sultan Kutai Aji Muhammad Sulaiman.
Batu bara saja sudah membuat Sultan Kutai menjadi kaya berkat keterbukaannya terhadap pertambangan batu bara di Kutai. Menurut Burhan Djabier Magenda dalam East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy (2010:24), pada 1888 Steenkolen Maatschappij Oost Borneo (SMO) memegang hak menambang batu bara. Menten terkait dengan kerja perusahaan itu.
Menten kemudian mengajukan konsesi batu bara pada 1890 di daerah Kutai. Namun sesuatu yang tidak terduga terjadi. "Jacobus Henricus Menten, menemukan cadangan minyak secara tidak sengaja di Kutai pada tahun 1897. Ketika itu ia sedang menggarap konsesinya mencari tambang batu bara," tulis Marwati Djoened Poesponegoro dkk dalam Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan masa Republik Indonesia (2008:197).
Setelah menemukan cadangan minyak itu, Menten tidak langsung menjadi penambang minyak. Bank di Amsterdam tidak tertarik membiayai operasional tambangnya. Dia beruntung bertemu Marcus Samuel di London pemilik Shell Transport and Trading, yang bersedia menjadi penyandang dananya. Perusahaan Nederlandsch Indische Industrie en Handel Maatschappij kemudian berdiri.
Setelah minyak benar-benar terlihat, pada tahun 1903 perusahaan Royal Dutch mulai berhubungan dengan Shell. Setelah 1907, Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) menguasai aset minyak tersebut. Menten terkait penemuan sumur Louise dan sumur Mathilda. Setelah abad ke-20, daerah di sekitar kedua sumur itu kemudian melahirkan dua kota baru di Kalimantan Timur.
Para pekerja kasar dari berbagai daerah di Indonesia kemudian berdatangan mengadu nasib di kedua sumur itu. Di dekat sumur Louis melahirkan kota kecamatan Sanga-sanga dan sekitar sumur Mathilda menjadi kota Balikpapan. Di era Perang Dunia II, keduanya adalah kota minyak yang cukup penting di Kalimantan.
Baik batu bara dan minyak bumi kemudian menjadi primadona daerah Kalimantan Timur selama lebih dari satu abad, baik di zaman Hindia Belanda maupun di zaman Indonesia merdeka. Meski secara politis tak dianggap daerah penting di zaman orde baru, namun daerah yang di zaman orde baru pernah berada di bawah KODAM Mulawarman dan KODAM Tanjungpura ini adalah daerah penghasil uang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Raja Batu Bara RI: Edwin Soeryadjaya Besar Bersama Batu Bara!
(pmt/pmt)