
Sandi Uno Bicara Pemulihan Pariwisata Hingga Work From Bali

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah berdampak kepada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengungkapkan ada 34 juta masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidup ke dua sektor tersebut.
Lonjakan kasus Covid-19 yang belakangan terjadi telah memaksa pemerintah menutup sementara destinasi pariwisata dan sentra-sentra ekonomi kreatif. Tak ayal, kerugian ekonomi pun timbul.
Lalu, apa langkah Sandiaga untuk mengatasi sederet masalah itu? Bagaimana dengan kabar pengembangan 5 destinasi superprioritas? Seperti apa efektivitas program Work From Bali (WFB)?
Simak selengkapnya dalam wawancara Sandiaga dengan CNBC Indonesia dalam segmen Economic Update pada, Kamis (15/7/201):
Pandemi telah berdampak kepada sektor pariwisata. Upaya apa dan strategi terbaru apa untuk paling tidak mempercepat kebangkitan sektor tersebut di tanah air?
Tentunya dengan PPKM Darurat yang sekarang kita terapkan strateg inti dari parekraf adalah secara totalitas membantu untuk patuh dan disiplin terhadap PPKM Darurat di seluruh lini. Oleh karena itu, kami menutup seluruh destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif dan kami juga membantu langkah-langkah pemerintah untuk mempercepat vaksinasi di setiap destinasi wisata maupun juga di institusi pendidikan dan ekonomi kreatif.
Kedua, tentunya saat ini adalah saat yang tepat untuk mempersiapkan kembali beberapa langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi pariwisata era baru yang jauh lebih fleksibel, pariwisata yang lebih berkualitas dan kita harapkan lebih berkelanjutan ke depan. Langkah-langkah seperti penyiapan agar sektor-sektor ini bisa bertransformasi, termasuk transformasi pada saat sekarang adalah bantuan-bantuan yang kita berikan kepada para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif.
Di Bali maupun di destinasi-destinasi lain termasuk di lima destinasi superprioritas yang sekarang kami lagi siapkan sebagai bagian dari strategi besar kita pascapandemi untuk bisa bangkit kembali. Harapannya ini bisa memicu satu percepatan akselerasi dari persiapan kita membuka pariwisata kembali. Begitu PPKM ini menghasilkan hasil untuk menurunkan angka daripada penularan Covid-19, tentunya kami siap untuk menekan tombol lagi untuk melakukan restart terhadap pariwisata dan ekonomi kreatif.
Berapa jumlah pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdampak pandemi Covid-19?
Ya jika kita bicara angka, 34 juta masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Nah dengan PPKM Darurat, kami melihat ancaman itu kepada seluruh lini pariwisata dan juga ekonomi kreatif.
Karena dari segi ekonomi kreatif, 17 subsektor itu hanya sektor gaming aplikasi, tv, film, radio, dan termasuk beberapa sektor-sektor unggulan kita ini mengalami kontraksi. Oleh karena itu, saya mendorong harapan bagaimana kita segera bergerak untuk menyelematkan lapangan kerja ini.
Karena paling tidak per hari ini ada 2 juta lapangan kerja kita yang terancam kehilangan. Dan dari total devisa yang sudah turun lebih dari 80% ini bagaimana kita men-switch atau yang kita sebut pivot ke sektor-sektor yang masih bisa berkembang dan bertumbuh sekarang. Tentu dengan digitalisasi. Jadi kita lihat kuliner, fashion, dan kriya itu bisa diandalkan di tengah-tengah PPKM Darurat ini, dengan mempercepat transformasi mereka menuju digitalisasi. Bukan hanya berjualan konten-konten online, tapi kita bisa menciptakan konten-konten kreatif produk-produk online yang dihasilkan maupun produk dan jasa dari masing-masing pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif bisa dibantu dengan digitalisasi.
Fase pemulihan dari industri pariwisata dan ekonomi kreatif ada di mana? Benarkah masih jauh sekali perjalanan kita?
Ya tentunya dengan munculnya varian-varian baru, varian yang harus kita antisipasi dari Covid-19 ini, kita masuk ke dalam satu periode yang disebut VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), di mana kita melihat bahwa ada tantangan dari segi kebangkitan dari pariwisata kita.
Seperti sebelum PPKM Darurat ini, Yogyakarta sudah positif 6%, tapi Bali masih negatif 9%. Ini adalah tantangan pemerintah untuk menghadirkan kebijakan yang berkeadilan. Oleh karena itu, kita luncurkan program-program seperti pariwisata berbasis vaksin untuk Bali. Bagaimana juga kita mendorong dana hibah untuk kepulihan dari pada sektor ini.
Namun yang paling terpenting menurut saya adalah tetap membangkitkan optimisme di saat-saat yang teramat sulit. Kita tidak ingin sektor ini mengalami kerusakan permanen (permanent damage). Oleh karena itu, langkah-langkah extraordinary, inovatif, adaptif dan kolaboratif harus kita lakukan di saat-saat sekarang.
Seperti kita lihat pariwisata era baru adalah pariwisata yang clean (bersih), health (sehat), safety (aman) dan environmental sustainability (berkelanjutan). Jadi kalau kita lihat di pertunjukan nanti, kecak harus ada protokol kesehatan yang kita tampilka, baik dari sertifikasi destinasinya maupun juga dari segi testing, tracing, dan treatment (3T) dari para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif.
Ini adalah suatu realita baru dan saya yakin, seperti krisis-krisis sebelumnya, ini akan hasilkan terobosan-terobosan dan akan memperkuat lini-lini dari pada ekonomi kita nanti menyambut kebangkitan kita di tengah dan pasca pandemi.
Presiden sudah memperkenalkan kepada kita konsep gas dan rem di masa pandemi. Kalau kita berbicara industri pariwisata dan ekonomi kreatif, ini kan khas dan memiliki kekhususan tersendiri. Konsep gas dan rem untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini bagaimana?
Ya kuncinya adalah pendekatan dan sekitar enam bulan yang lalu kita memperkenalkan konsep zonasi dan konsep sandbox. Dan ini sekarang sudah diadopsi oleh tetangga kita di Phuket bahwa ada konsep sandbox di mana kita melakukan penyesuaian.
Waktu kita meluncurkan pembukaan kembali sektor pariwisata, terutama penyelenggara kegiatan pariwisata dan event itu bahwa jika zonanya merah dan oranye dilakukan melalui full online, termasuk pariwisata dengan virtual tour, virtual augmented reality.
Sementara jika zonanya itu ada di zona kuning, bisa dilakukan melalui hybrid dan full off line dengan protokol kesehatan jika zonanya hijau. Ini yang disebut sebagai sandbox dan terjemahan dari arahan pak presiden, yaitu konsep gas dan rem. Jadi begitu meningkat kasusnya, kita terapkan tentunya pengetatan. Tapi jika kasusnya melandai, kita akan melakukan penyesuaian dan pelonggaran. Ini yang selama ini menjadi andalan kita, menjadi cara kita untuk survive dalam bingkai protokol kesehatan.
Namun, dalam hal PPKM Darurat ini, tidak ada toleransi. Kita semua harus mematuhi karena kita melihat angka penularannya yang sangat tinggi ini harus kita tekan. Dan menekan ini harus dengan mengurangi dan menyetop mobilitas. Dan karena pariwisata yang fisik itu cukup identik dengan mobilitas, tentunya harus kami lakukan penutupan destinasi pariwisata dan sentra ekonomi kreatif.