CNBC Indonesia Economic Update

Sandi Uno Bicara Pemulihan Pariwisata Hingga Work From Bali

Yuni astutik, CNBC Indonesia
16 July 2021 14:10
Menteri Pariwisara Sandiaga Uno di acara Economic Update, CNBC Indonesia.
Foto: Sandiaga Uno (Tangkapan Layar CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah berdampak kepada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengungkapkan ada 34 juta masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidup ke dua sektor tersebut.

Lonjakan kasus Covid-19 yang belakangan terjadi telah memaksa pemerintah menutup sementara destinasi pariwisata dan sentra-sentra ekonomi kreatif. Tak ayal, kerugian ekonomi pun timbul.

Lalu, apa langkah Sandiaga untuk mengatasi sederet masalah itu? Bagaimana dengan kabar pengembangan 5 destinasi superprioritas? Seperti apa efektivitas program Work From Bali (WFB)?

Simak selengkapnya dalam wawancara Sandiaga dengan CNBC Indonesia dalam segmen Economic Update pada, Kamis (15/7/201):

Pandemi telah berdampak kepada sektor pariwisata. Upaya apa dan strategi terbaru apa untuk paling tidak mempercepat kebangkitan sektor tersebut di tanah air?
Tentunya dengan PPKM Darurat yang sekarang kita terapkan strateg inti dari parekraf adalah secara totalitas membantu untuk patuh dan disiplin terhadap PPKM Darurat di seluruh lini. Oleh karena itu, kami menutup seluruh destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif dan kami juga membantu langkah-langkah pemerintah untuk mempercepat vaksinasi di setiap destinasi wisata maupun juga di institusi pendidikan dan ekonomi kreatif.

Kedua, tentunya saat ini adalah saat yang tepat untuk mempersiapkan kembali beberapa langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi pariwisata era baru yang jauh lebih fleksibel, pariwisata yang lebih berkualitas dan kita harapkan lebih berkelanjutan ke depan. Langkah-langkah seperti penyiapan agar sektor-sektor ini bisa bertransformasi, termasuk transformasi pada saat sekarang adalah bantuan-bantuan yang kita berikan kepada para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif.

Di Bali maupun di destinasi-destinasi lain termasuk di lima destinasi superprioritas yang sekarang kami lagi siapkan sebagai bagian dari strategi besar kita pascapandemi untuk bisa bangkit kembali. Harapannya ini bisa memicu satu percepatan akselerasi dari persiapan kita membuka pariwisata kembali. Begitu PPKM ini menghasilkan hasil untuk menurunkan angka daripada penularan Covid-19, tentunya kami siap untuk menekan tombol lagi untuk melakukan restart terhadap pariwisata dan ekonomi kreatif.

Berapa jumlah pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdampak pandemi Covid-19?
Ya jika kita bicara angka, 34 juta masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Nah dengan PPKM Darurat, kami melihat ancaman itu kepada seluruh lini pariwisata dan juga ekonomi kreatif.

Karena dari segi ekonomi kreatif, 17 subsektor itu hanya sektor gaming aplikasi, tv, film, radio, dan termasuk beberapa sektor-sektor unggulan kita ini mengalami kontraksi. Oleh karena itu, saya mendorong harapan bagaimana kita segera bergerak untuk menyelematkan lapangan kerja ini.

Karena paling tidak per hari ini ada 2 juta lapangan kerja kita yang terancam kehilangan. Dan dari total devisa yang sudah turun lebih dari 80% ini bagaimana kita men-switch atau yang kita sebut pivot ke sektor-sektor yang masih bisa berkembang dan bertumbuh sekarang. Tentu dengan digitalisasi. Jadi kita lihat kuliner, fashion, dan kriya itu bisa diandalkan di tengah-tengah PPKM Darurat ini, dengan mempercepat transformasi mereka menuju digitalisasi. Bukan hanya berjualan konten-konten online, tapi kita bisa menciptakan konten-konten kreatif produk-produk online yang dihasilkan maupun produk dan jasa dari masing-masing pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif bisa dibantu dengan digitalisasi.



Fase pemulihan dari industri pariwisata dan ekonomi kreatif ada di mana? Benarkah masih jauh sekali perjalanan kita?
Ya tentunya dengan munculnya varian-varian baru, varian yang harus kita antisipasi dari Covid-19 ini, kita masuk ke dalam satu periode yang disebut VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), di mana kita melihat bahwa ada tantangan dari segi kebangkitan dari pariwisata kita.

Seperti sebelum PPKM Darurat ini, Yogyakarta sudah positif 6%, tapi Bali masih negatif 9%. Ini adalah tantangan pemerintah untuk menghadirkan kebijakan yang berkeadilan. Oleh karena itu, kita luncurkan program-program seperti pariwisata berbasis vaksin untuk Bali. Bagaimana juga kita mendorong dana hibah untuk kepulihan dari pada sektor ini.

Namun yang paling terpenting menurut saya adalah tetap membangkitkan optimisme di saat-saat yang teramat sulit. Kita tidak ingin sektor ini mengalami kerusakan permanen (permanent damage). Oleh karena itu, langkah-langkah extraordinary, inovatif, adaptif dan kolaboratif harus kita lakukan di saat-saat sekarang.

Seperti kita lihat pariwisata era baru adalah pariwisata yang clean (bersih), health (sehat), safety (aman) dan environmental sustainability (berkelanjutan). Jadi kalau kita lihat di pertunjukan nanti, kecak harus ada protokol kesehatan yang kita tampilka, baik dari sertifikasi destinasinya maupun juga dari segi testing, tracing, dan treatment (3T) dari para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif.

Ini adalah suatu realita baru dan saya yakin, seperti krisis-krisis sebelumnya, ini akan hasilkan terobosan-terobosan dan akan memperkuat lini-lini dari pada ekonomi kita nanti menyambut kebangkitan kita di tengah dan pasca pandemi.

Presiden sudah memperkenalkan kepada kita konsep gas dan rem di masa pandemi. Kalau kita berbicara industri pariwisata dan ekonomi kreatif, ini kan khas dan memiliki kekhususan tersendiri. Konsep gas dan rem untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini bagaimana?
Ya kuncinya adalah pendekatan dan sekitar enam bulan yang lalu kita memperkenalkan konsep zonasi dan konsep sandbox. Dan ini sekarang sudah diadopsi oleh tetangga kita di Phuket bahwa ada konsep sandbox di mana kita melakukan penyesuaian.

Waktu kita meluncurkan pembukaan kembali sektor pariwisata, terutama penyelenggara kegiatan pariwisata dan event itu bahwa jika zonanya merah dan oranye dilakukan melalui full online, termasuk pariwisata dengan virtual tour, virtual augmented reality.

Sementara jika zonanya itu ada di zona kuning, bisa dilakukan melalui hybrid dan full off line dengan protokol kesehatan jika zonanya hijau. Ini yang disebut sebagai sandbox dan terjemahan dari arahan pak presiden, yaitu konsep gas dan rem. Jadi begitu meningkat kasusnya, kita terapkan tentunya pengetatan. Tapi jika kasusnya melandai, kita akan melakukan penyesuaian dan pelonggaran. Ini yang selama ini menjadi andalan kita, menjadi cara kita untuk survive dalam bingkai protokol kesehatan.

Namun, dalam hal PPKM Darurat ini, tidak ada toleransi. Kita semua harus mematuhi karena kita melihat angka penularannya yang sangat tinggi ini harus kita tekan. Dan menekan ini harus dengan mengurangi dan menyetop mobilitas. Dan karena pariwisata yang fisik itu cukup identik dengan mobilitas, tentunya harus kami lakukan penutupan destinasi pariwisata dan sentra ekonomi kreatif.

Bisa diceritakan perkembangan program Work From Bali (WFB). Seperti apa efektivitasnya untuk membangkitkan pariwisata di Pulau Dewata?
WFB kami cetuskan saat awal kuartal I di mana kami melihat bahwa kunjungan wisatawan nusantara yang menjadi andalan selagi perbatasan masih ketat, waktu saat itu kunjungan wisatawan nusantara 2.000 per hari.

Kita melakukan bahwa bukan hanya kita berkunjung tapi kita harus berkegiatan, kita harus melakukan aktivitas di Bali dengan jangka waktu yang lebih panjang. Karena saya melihat begitu beratnya sentra-sentra ekonomi kreatif, UMKM-UMKM, masyarakat pramuwisata yang kehilangan pekerjaan.

Oleh karena itu, WFB kita canangkan oleh Kemenparekraf di awal kuartal I dan saya mulai berkantor di Bali. Alhamdulillah, sebelum PPKM Darurat ini, di bulan Juni-Juli sudah mencapai kunjungan wisatawan nusantara per hari itu ada di level 8.000-10.000, berarti naik 4-5 kali lipat.

Oleh karena itu, WFB menjadi satu kebijakan yang sangat efektif dalam meningkatkan wisatawan nusantara untuk menopang sementara wisatawan mancanegara belum datang dan kita juga mendapat sambutan yang baik dari Kemenko Marves yang mencanangkan WFB juga oleh beberapa K/L.

Dan yang menarik bahwa bisa meningkatkan hunian hotel dan juga mulai mengurangi kontraksi ekonomi di Bali dari -12% di kuartal IV ke -9% di kuartal I tahun ini.

Nah tentunya sekarang dengan PPKM Darurat, WFB on stand by kita hentikan sementara, kita menunggu sampai PPKM Darurat selesai. Setelah PPKM Darurat selesai, kita akan lanjutkan lagi program WFB yang terbukti sangat efektif dan tidak menjadi pemicu penularan Covid-19. Karena peningkatan Covid-19 di Bali dipicu oleh varian delta dan juga tentunya setelah kita lihat datanya di Satgas Covid-19, banyak yang dimulai kasus-kasus ini dari komunitas.

Bisa disebutkan destinasi pariwisata yang menjadi prioritas pemulihan di mana saja?
Kita lihat bahwa destinasi-destinasi wisata yang kita hadirkan baik itu di Danau Toba maupun Borobodur, dan juga ada Mandalika yang akan menjadi host dari pada perhelatan World Super Bike dan MotoGP, juga ada Labuan Bajo yang kita targetkan untuk side event di G20 tahun depan dan pertemuan tingkat tinggi ASEAN di mana kita akan mengambil keketuaan dari G20 dan ASEAN di tahun depan dan juga Likupang.

Dan yang menarik, buat teman-teman di CNBC, dan ini lagi breaking sekarang, 1st time you hear dari kami di CNBC, yaitu kita baru saja mengikuti penandatanganan daripada konsorsium investor Indonesia yang dipimpin Pak Tiko (Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo) dengan Paramount Park and Resort. Di mana beberapa kegiatan pariwisata ini menunjukkan jika dilakukan dengan penuh fokus pada quality dan sustainability banyak investor yang masih tertarik.

Saya diundang pada penandatangan yang baru berlangsung di Los Angeles baru saja. Jadi ini adalah kesiapan-kesiapan kita. Saya juga mendorong agar destinasi wisata yang sekarang kita siapkan itu melakukan refocusing dan realokasi dari sumber daya yang selama ini menggunakan sumber daya fosil, menggunakan sumber daya baru dan terbarukan dan menerapkan carbon calculator. Sehingga mereka tidak menjadi penyumbang daripada emisi karbon.

Kedua, pengelolaan sampah. Kita ingin destinasi wisata ini akan menerapkan pengelolaan sampah yang net zero waste atau circular economy.

Ketiga, penggunaan air. Ini sekarang yang juga lagi kita dorong. Agar lokasi-lokasi pariwisata prioritas di tengah pandemi, yaitu Bali, Jakarta, dan 5 destinasi pariwisata superprioritas bisa menghasilkan satu pengalaman baru di mana kalau berwisata itu kita tidak menyumbangkan ke climate change isu atau global warming. Ini merupakan satu pendekatan yang menurut saya akan mengubah pendekatan pariwisata berbasis kuantitas dan angka-angka jutaan.

Karena ke depan pariwisata ini akan smaller in size tapi higher in quality. Jadi kualitasnya meningkat tapi memang jumlahnya yang lebih sedikit dan nilainya akan lebih terutama dari segi pengalaman untuk memastikan kita tidak menjadi kegiatan yang negatif terhadap keramahan lingkungan. Jadi lokasi-lokasi pariwisata ini akan kita dukung.

Capaian dan target kinerja dari Kemenparekraf di 2021. Ada gambaran juga mungkin lima tahun ke depan?
Pertama Covid-19 memaksa kita untuk meningkatkan kemampuan kita berinovasi, beradaptasi dan berkolaborasi. Kita harus mampu mentransformasikan 34 juta pelaku sektor parekraf ini masuk ke era digital economy dan juga mengakselerasi proses digitalisasinya. Jadi bukan hanya berjualan produk-produk online, tapi menciptakan konten-konten secara kreatif dan ada dalam ekosistem ekonomi digital termasuk 13 subsektor pariwisata.

Kami menargetkan kontribusi sektor pariwisata 5%-7% dalam 5 tahun ke depan dan sektor ekonomi kreatif 11%-12%
sehingga total kontribusi sektor parekraf dalam 5-10 tahun ke depan mencapai 20% dan kita menambah lapangan kerja sampai di angka 40 juta sampai 45 juta dengan lapangan kerja yang baru dan kualitas.

Target devisa yang kita kejar juga kita harapkan kita bisa ke nomor 2 setelah migas. Dan pada satu titik kami yakin pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi the biggest contributor to the Indonesian economy.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular