Sandi Uno Blak-blakan Soal Nasib Pariwisata RI Hingga Pilpres

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno menilai situasi Covid-19 masih menjadi penentu arah pariwisata tanah air ke depan. Penilaian itu disampaikan Sandi, sapaan akrab Sandiaga Salahuddin Uno, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia yang ditayangkan pada Kamis (23/12/2021).
"It's all about Covid-19," begitu katanya.
Kendati demikian, Sandi tetap optimistis terkait prospek pariwisata ke depan. Ia pun bilang kalau Kemenparekraf/Baparekraf terus mendorong tagar #DiIndonesiaSaja.
"Kalau dulu kita berwisata opsinya global sekarang fokus dalam negeri," ujar Sandi.
Dalam wawancara ini, dia juga bicara soal dampak masif pandemi terhadap pariwisata Bali hingga kontestasi pilpres 2024. Berikut petikan wawancara lengkapnya:
Ke mana destinasi favorit liburan seorang Sandiaga Salahuddin Uno?
Dengan pandemi Covid-19, kita lagi push tagar #DiIndonesiaSaja. Kalau dulu kita berwisata opsinya global, sekarang fokus dalam negeri.
Apakah ada destinasi favorit untuk domestik?
Saya dibilang lagi kerja, kerja, ada yang bilang wisata. Gak bisa jadi wisata karena pasti ada tugas. Semenjak menjabat di sini tanggalan saya hitam semua. Gak ada holiday. Sabtu, Minggu kebetulan di-squeeze waktu keluarga di destinasi desa wisata dan acara ekonomi kreatif di daerah.
Kasus Covid-19 mulai menurun di tanah air. Bagaimana dengan kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik?
Kita baru buka pertengahan Oktober untuk wisatawan mancanegara. Kita dari angka yang puncak di 2019 mencapai 16 juta, turun jadi hanya 4 juta tahun lalu. Tahun ini turun di bawah 2 juta. Jadi mancanegara adanya Covid-19 bukan jadi fokus kita. Fokus kita wisatawan nusantara dan memang meningkat 280 juta pergerakan, dan ini jadi dagingnya. Dulu gak jadi daging ketimbang wisatawan mancanegara.
Misalnya kunjungan ke Bali mencapai 10-12 ribu per hari untuk wisatawan domestik. Sebagian kecil wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia melalui Jakarta ini terus kita persiapkan. Melihat angka Covid melandai, relaksasi apa yang bisa kita lakukan. Ada antisipasi gelombang ketiga. So far so good.
Apakah aturan terkait Nataru berpengaruh ke pariwisata?
Tentunya berpengaruh. Ini demi kebaikan bersama, ada omicron. Setiap ada peningkatan pergerakan selalu diikuti kenaikan kasus baru. Saya selalu bilang kita selalu berbasis data karena data driven, Nataru tahun lalu, Lebaran semua kegiatan yang mobilitasnya naik diikuti peningkatan kasus. Untuk menyikapi dan mengantisipasi pemerintah menerapkan aturan khusus Nataru.
Bali selalu jadi prioritas pemerintah. Ada apa?
Top of mind dan big data kita menunjukan, apabila orang berpikir pariwisata dan Indonesia pasti Bali. Jadi, 50% revenue kita dari Bali. Dari devisa yang kita dapat sekitar 20 miliar dolar setahun. By the way, kita nomor dua pariwisata penyumbang devisa setelah migas. Jadi orang-orang pasti by default berpikir Bali.
Karena Bali terpuruk, pertumbuhan ekonomi tertekan. Dari segi potensi PHK terbesar maka butuh perhatian kita. Makanya Bali ini menjadi pusat perhatian pemerintah terutama keadaan ekonomi yang mengkhawatirkan.
Bagaimana dengan daerah-daerah lain?
Jadi saya bilang yang terdampak adalah Bali dan Kepulauan Riau. Dua daerah ini kita fokuskan. Kebijakan daerah lain ada program desa wisata di 34 provinsi di 50 desa wisata saya datengin diikuti setelah saya datengin terjadi peningkatan kunjungan terjadi di Sulawesi selatan, Yogyakarta, lima destinasi super prioritas seperti NTT, Bali, Ende, Aceh dan beberapa provinsi lain. Jadi selama satu tahun ini kita bagi rata, gak semua Bali. The first half tahun ini kita fokus isu utama Bali. Vaksinasi, prokes, dan aplikasi PeduliLindungi. Semua kebagian dan menghadirkan kebijakan yang merata.
Mengapa Anda suka membuat konten pribadi saat ini?
Itu mainstream alternatif media saat ini. Kita gunakan yang tidak terpikir yakni buat konten. Anggaran kita kecil, tapi kita bisa promosi dengan lebih leluasa. Kita harus beradaptasi, berinovasi. Kita buat konten dan itu disukai milenial, konten menghibur seperti ada desa, yang di Magelang namanya dusun Butuh tapi dikenal Nepal Van Java. Itu majestic. Dan ada gunung Sumbing kalo pagi sunrise itu epic, saya tinggal di sana satu dua hari touring kita buat konten yang nonton 7 juta orang. Ini kita antisipasi next week membludak sampai ditutup.
Menanggapi beberapa wilayah yang diutamakan wisatawan nusantara, namun ada tempat pariwisata berharap Bali berharap dari wisatawan asing? Itu bagaimana?
Saya meyakinkan teman-teman wisatawan mancanegara akan kembali tentunya ke Beli tapi perlu mengedepankan sisi kesehatan. Prioritaskan aspek pengendalian Covid-19 adanya varian omicron ini vaksin untuk traveling karena mayoritas yang ke Bali itu dari Australia itu harus kita tunda dulu karena omicron melonjak.
Wisatawan nusantara jadi andalan. Tingkat hunian hotel mencapai 50%-60% tapi room rate jadi masalah. Wisatawan nusantara kita bayar US$ 100 sementara mancanegara US$ 200 dengan penurunan biaya dari cost management yang baik dan peningkatannya, insentif pemerintah. Dukungan insentif bantuan sektor melalui insentif pemerintah untuk usaha pariwisata hal itu kita lakukan sehingga melalui masa sulit
Strategi pemerintah untuk bantu pariwisata?
Ada 13 sub sektor mulai dari hotel, restoran, kafe sampai biro perjalanan wisata pemandu wisata ini kita bantu dengan program turunan kita. Ekonomi kreatif ada 17 sub sektor ada yang perlu dibantu sektor yang terkontraksi seperti kuliner kita bantu kegiatan stimulus.
Bagaimana dengan tren pariwisata 2022?
Saya melihat wisatawan mancanegara itu meningkat Oktober itu 151 ribu dibanding data sebelumnya trennya meningkat meski belum mendekati sebelum pandemi 17 juta itu. Kita belum mengarah ke sana.
Tapi kita mengarah kepada pada quality based bukan quantity. Jadi fokus pada kualitas kunjungan wisata itu gimana length of stay diperpanjang, ada juga keinginan meningkatkan kualitas spending mereka itu naik bermanfaat bagi lokal.
Trennya meningkat targetnya 2022 itu memang masih di angka konservatif karena ini bagian dari penyesuaian prioritas Covid-19. Target kita tahun depan 1,5 juta - 2 juta. Itu target yang kita persiapkan karena 2023 sampai 4 juta dan 2024 kembali di belasan juta.
Tantangannya?
It's all about Covid-19. Jadi ini covidnomics. Ekonomi kita driven by Covid dan bergantung pada pandemi dan ekonomi kita bergerak sesuai dengan penanganan Covid-19 baik di Indonesia maupun global. Jadi bagi kami saya akan fokus pada hal yang bisa dikontrol yaitu situasi Covid-19 domestik dan domestik ekonomi itu harus maksimal
Bagaimana tanggapan anda dengan kontestasi pilpres 2024 mendatang?
Pertama kali saya ngomong di CNBC Indonesia. Ini saya jawab bukan normatif. Tugas saya di kementerian, saya menjalankan arahan pimpinan. Saya fokus di kerjaan saya.
Saya pernah kontestasi pilpres, demokrasi 2019 yang luar biasa hiruk pikuknya. Sekarang dua kontestan 2019 ini bergabung di pemerintahan. Pak Prabowo di Kemenhan dan saya di Kemenparekraf. Ini wujud demokrasi kita yang semakin matang. Kontestasi ini masih 3 tahun lagi atau 36 bulan ini terlalu dini masyarakat menentukan pilihan.
Mereka mau melihat hasil kerja masing masing. Jadi buat saya, saya tidak akan keluar dari tugas dan fungsi saya dalam pekerjaan. Dan saya berikan kesempatan masyarakat menilai dan nanti ujungnya yang menentukan itu parpol.
Satu tahun sudah Anda menjadi menteri. Suka dukanya apa?
Keprihatinan sektor ini masih banyak PR belum balik ke pasca pandemi. Kita masih di tengah varian omicron tapi yang membuat saya sedikit bersyukur. Sedikit lega tingkat mobilitas kita kembali ke base line tanpa terpicu lonjakan kasus baru dan tugas saya 2022 ini memastikan momentum ini berjalan dan tetap positif terutama parekraf. Membuka lapangan kerja seluasnya dan menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi.
[Gambas:Video CNBC]
Menkeu Tengku Zafrul & Jurus Malaysia Lolos Dari Jerat Utang
(miq/miq)