Kapan Dana Nasabah Rp 5,3 T Dibayar? Ini Kata Bos Bumiputera

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
29 July 2020 11:07
Direktur Utama AJBB, Faizal Karim/Syahrizal Sidik

Jakarta, CNBC Indonesia - Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera (AJBB) 1912 saat ini sedang berjibaku menyelesaikan tunggakan klaim tahun 2020 jumbo Rp 5,3 triliun dari sebanyak 365.000 pemegang polis di seluruh Indonesia.

Direktur Utama AJBB, Faizal Karim mengakui, kondisi yang mendera perseroan sangat, sangatlah berat. Sejumlah jurus sedang disiapkannya, mulai dengan mengoptimalisasi aset properti milik perseroan yang dikelola ke produk-produk pasar modal seperti Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (EBA), KIK DINFRA dari aset perseroan yang nilainya mencapai hampir Rp 7 triliun.

Selanjutnya melalui program dari internal Bumiputera dan kerja sama dengan perbankan.

"Insya Allah program internal dalam tempo dua bulan sudah jadi. Kalau Tuhan ijinkan akhir tahun ini masih ada 5 bulan kan, paling kurang 50%. Karena uang itu kan akan masuk dengan segera, internal dan pasar modal tadi, masuk itu," tutur Faizal, di kantor AJB Bumiputera, Sudirman Jakarta dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia di kantornya, akhir pekan lalu, Jumat (24/7/2020),

AJBB juga sedang merancang tiga strategi agar pembayaran klaim nasabah bisa mulai dibayarkan mulai di semester kedua di tahun ini.

Dalam usianya yang tak lagi muda itu, Faizal juga menyebut sejumlah tantangan berat memimpin asuransi mutual tertua di Republik ini. Simak selengkapnya:

Masalah likuiditas di AJBB ini cukup lama, bisa dijelaskan sejak kapan masalah ini terdeteksi?

Kalau kita bicara likuiditas, ini kan salah satu financial ratio. Di kita ini, di perusahaan life insurance yang harus dijaga, darah segarnya itu memang likuiditas.

Waktu saya menjabat di sini 2009-2013 akhir, itu likuidasi saya jaga minimal 225 persen. Nah, saya masuk, baru 24, likuiditas 2 financial ratio likuiditas kita tidak likuid, likuid sekarang. Dan juga solvabilitas insolven, artinya kalau likuiditas ilikuid kejaiban jangka pendek tidak seimbang dengan kita punya kekayaan jangka pendek.

Kenapa, karena di beban yang ada sekarang, bahwa AJB Bumiputera sedang menanggung masalah keuangan utang klaim atau klaim yang tidak terbayar jatuh tempo Rp 5,3 triliun. Jumlah polis 365.000, itu yang ada sekarang.

Dengan outstanding tersebut apa skema yang disiapkan untuk pemulihan AJBB?

Jadi skema pemulihan itu, ada tiga sumber pengembalian. Pertama, bersumber dari internal Bumiputera melalui skema reasuransi, hak kita menerima return dari perusahaan reasuransi secara perhitungan aktuaris masih ada sekitar Rp 40 miliar secara nett.

Kedua, melalui factoring. Dengan factoring itu kita punya tagihan, pinjaman polis yang sudah ada kriteria tertentu, dia mempunyai nilai tunai, kita memberikan pinjaman. Jumlah factoring ini ada sumber dana yang akan masuk kira-kira Rp 370 miliar outstanding-nya.

Ketiga, kita invest di produk pasar modal, ada sekarang setelah saya hitung, saya menemukan angka Rp 1,2 triliun macet, investasi macet. Kalau kawan kawan di OJK menyatakan RDPT [reksa dana penyertaan terbatas] bermasalah, atau saya langsung sebut saja investasi gagal.

Kita punya aset strategis, jumlah aset properti kalau diperhitungkan berjumlah sekitar Rp 6 triliun sampai Rp 7 triliun. Itu ada koridor, himbauan, larangan atau rambu-rambu dari OJK tidak boleh Bumiputera menjual aset, karena pertimbangan likuiditas dan solvabilitas.

Kita masih punya kesempatan hasil dari aset properti ini itu kita olah di produk pasar modal, pertama misalnya DIRE KEK, atau KEK EBA atau REIT atau RDPT. Kita melihat aturan mana yang membolehkan create raising fund yang diijinkan, ini kita memproses itu dan minta ijin ke OJK. Saya memperkirakan, dari Rp 5,3 triliun, hasil dari situ sekitar 35%.

Dengan dunia perbankan, saya akan kerja sama dengan BPD setempat, saya akan sampaikan ke BPD. Kita perlu modal, kami gak ada untuk bayar nasabah kami yang 5 ribu, dengan asumsi per wilayah 5 ribu pemegang polis, saya pinjam dulu dari BPD dengan persyaratan perbankan. Misalnya Rp 250 miliar, BPD kasih kita pinjaman AJBB, tidak ada satu rupiah pun yang dikirim ke rekening Bumiputera, tapi ini dananya masuk ke rekening nasabah masing-masing.

Dari skema ini mana yang jadi prioritas?

Bisa berbarengan mana yang duluan, buktinya dengan pasar modal saya undang di sini, ada Danareksa, Ciptadana, dan Samuel. Mana yang cepat saja. Mana yang cepat jadi duit, tidak ada masalah.

Dengan tiga skema ini bisa selesai kapan targetnya?

Saya berjanji ke BPA [Badan Perwakilan Anggota] saya selamabat-lambatnya 18 bulan selama ijin OJK cepat. Tidak bisa saya jalan tanpa ijin OJK.

Di Bumiputera ini kan ada dua pekerjaan besar. Pertama, penyelamatan, kita akan AJBB ini bentuk badannya mutual, mutual itu himbauan pemerintah melalui regulator adalah imbauan membentuk PT atau koperasi, kita sudah diberi PP 87, jadi tugas saya marilah kita selamatkan. Ini ranah BPA dan Komisaris.

Kedua perbaikan. Untuk perbaikan yang saya kerjakan dengan ketiga opsi tadi, memang kita harus seayun selangkah, tidak bisa normatif, ini extraordinary. Extra kerja keras.

Mudah-mudahan dalam waktu dekat, kalau sudah jalan program ini insya Allah pemegang poliskan saya klaster. Saya urai berdasarkan aging. Sejak tahun berapa ini barang numpuk sampai Rp 5 triliun.

Setelah itu, saya urai by product, klaim itu kan macam-macam, ada klaim meninggal, habis kontrak dan seterusnya. Terus saya urutkan dari nilainya, Rp 1 juta-Rp 10 juta, Rp 11-50 juta klaster kedua, Rp 50 juta sampai Rp 100 juta klaster ketiga, klaster keempat Rp 101 juta sampai Rp 500 juta, klaster keempat Rp 501 juta sampai miliaran, itu yang terakhir. Yang didahulukan klaster pertama, kita menganut prioritas.

Kalau bicara prioritas, dibayar klaim mulai kapan?

Insya Allah program internal dalam tempo dua bulan sudah jadi. Kalau Tuhan ijinkan akhir tahun ini masih ada 5 bulan kan, paling kurang 50%. Karena uang itu kan akan masuk dengan segera, internal dan pasar modal tadi, masuk itu.

Proses penyehatan apakah akan terganggu dengan fit and proper direksi sebelumnya yang dibatalkan OJK?

Saya bekerja saja, bagaimana OJK menilai saya silakan. Saya siapkan diri saya, saya tetap jalan saja terus sambil belajar untuk fit and proper test.

Produk yang sekarang jalan apa?

Produk yang sekarang bisa dijalankan hanya dua, tidak boleh tambah priduk baru kalau PP 87 tidak diikuti, kekunci dia. Produk kan harus ijin OJK. Kita juga kehabisan blanko polis, mencetak polis juga harus dicetak, tidak bisa selama kita tidak mengikuti rambu-rambu di PP tersebut.

Kapan akan merilis laporan keuangan tahun 2019?

Kita sudah terima dari KAP dan akan dipublish, disahkan dalam rapat BPA yang terakhir, itu kan sidang luar biasa itu sudah ketuk palu laporan keuangan 2019.

Dulu sempat ada wacana investor masuk melalui rights issue jumbo sampai Rp 30 triliun?

Saya no comment, waktu itu tidak di dalam, tapi kan akhirnya gagal.

Sekarang ada upaya ke sana?

Saya lagi usaha juga, saya gak bisa bicara konkret, tapi ada dari Eropa, Singapura, Korea Selatan dan Jepang. Kalau Jepang sudah masuk ke dunia asuransi di Indonesia. Korea Selatan sudah masuk di perbankan.

Bentuknya private placement atau rights issue?

Belum sampai ke sana, yang penting apa maunya private placement itu kan harus jadi PT dulu, pada waktunya perusahaan akan kita jadikan PT. Exit strategynya kalau sudah berbentuk PT kita mau IPO 3-4 tahun ke depan.

Tantangan paling berat memimpin AJBB?

Kalau boleh saya menyampaikan, kondisi AJBB sangat berat, saya akui sangat berat, malah kalau guyon, kawan kawan mengatakan, ya, saya termasuk orang tidak normal karena mau duduk di BOD [Board of Director] AJBB, itu sudah orang gila. Kerjaan di depan mata berat, bayangkan saja, belum duduk kerjaan sudah jelas 365 orang yang mau, uangnya Rp 5 triliun, berat banget, kan.

Jumlah karyawan 1.500 - 1700, kali dua saja sudah 3.400, yang tidak kurang juga pentingnya adalah betapa pusingnya OJK memikirkan Bumiputera. Saya membantu pemerintah menyelesaikan masalah Bumiputera, apalagi sudah dihimpit dengan kasus Jiwasraya, Asabri. Jangan lihat beratnya saja, lihat aja sebagai ladang amal, kalau dilihat dari bisnis sudah tidak rasional lagi.

Banyak karyawan yang terintimidasi dan diteror Pak...

Saya juga pernah, datang kemari dan saya hadapi. Waktu itu mereka berempat ada dari Medan, Bekasi, Bogor, dari polisi, lagi meeting gedor-gedor. Saya temuin, saya duduk baik-baik. Kuncinya, mereka itu sudah dilempar ke sana ke sini, gak puas, kesal dia seperti dipermainkan. Pas ketemu saya, saya jelasin saya minta dokumen yang dibawa, fotokopi, ini saya uruskan, saya kasih kontak saya, gak perlu kita kasar-kasar, mau ngapain lagi.

Bagaimana confidence investor melihat kondisi industri asuransi nasional saat ini?

Saya berpikir terbaik, ini kesempatan terbaik bagi investor untuk masuk, kenapa yakinlah bahwa Bumiputera ini sudah selesai dengan yang Rp 5 triliun ini akan berkembang luar biasa. Jaman saya 2009-2013, kita setahun Rp 6-7 triliun revenue kita. Kalau ini diselesaikan 50 persen saja, angka itu akan dapat lagi, saya yakin.

Tapi secara umum dengan adanya kasus Jiwasraya bagaimana?

Secara umum kalau saya mengambil kesimpulan, ini tugas negara tambah berat, dalam hal ini OJK. Kenapa secara umum, kepercayaan masyarakat Indonesia berasuransi khususnya life insurance itu relatif tipis, karena menurut asosiasi, 270 juta penduduk Indonesia yang baru berasuransi 14 persen.

Artinya, pada saat kepercayaan ke asuransi tipis dihantam dengan kejadian-kejadian ini, kepercayaan ke asuransi saya pastikan turun. Ini kerjaan kita bersama, bagaimana mengedukasi lagi, agar trust masyarakat ke asuransi jiwa bisa hidup kembali.

Akankah ada sinyal rebound bagi industri asuransi jiwa kalau kasus Jiwasraya selesai?

Tidak bisa, edukasinya harus dimulai dari bawah. Saya yakin tidak bisa. Kalau diharapkan rebound kembali, itu kan pemerintah yang menyelesaikan, orang kita kan sudah pintar-pintar. Kembali lagi ke literasinya. Kita harus bekerja super berat, kita harus melakukan transformasi luar biasa, baik di bidang marketing, IT, di semua bidang.

OJK sekarang sudah memberikan stimulus ke industri asuransi, perlu tambahan stimulus?

Saya rasa kita main di daring saja dulu, mudah mudahan masyarakat menengah ke bawah bisa mengikuti perkembangan dari ini. Selama ini kan face to face, pelan pelan akan kita geser ke daring.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular