Jatuh Bangun Karir Lisa Namuri Jadi Instruktur Yoga Berhijab

Arina Yulistara, CNBC Indonesia
28 February 2018 13:22
Lisa Namuri  dikenal sebagai instruktur olahraga privat untuk selebriti. Selama 19 tahun mengudara, Ia punya pengalaman kurang menyenangkan terkait hijabnya
Foto: Arina Yulistara
Jakarta, CNBC Indonesia- Nama Lisa Namuri mungkin sudah tidak asing lagi di telinga para pecinta yoga dan pilates. Lisa dikenal sebagai instruktur olahraga privat untuk selebriti, khususnya yang berhijab. Selama 19 tahun mengudara, Lisa rupanya punya pengalaman kurang menyenangkan terkait profesi dan jilbabnya.

Wanita 38 tahun itu bercerita kepada CNBC Indonesia kalau di awal kariernya sebagai instruktur, ia sering ditolak kerja karena berhijab. Tidak hanya itu, ketika mengambil pendidikan olahraga serta sertifikat di luar negeri,Lisa juga pernah dipandang miring oleh sekelompok orang karena berhijab.

"Waktu awal ya, aku tuh dulu sudah pakai jilbab ya. Jilbab juga masih jarang orang masih aneh melihatnya. Pas ambil sekolah di luar negeri juga kayak sering dipandang 'Ini orang mau ngapain di sini', balik ke sini juga aku sempat ditolak di studio-studio besar karena berjilbab walaupun Indonesia negara muslim terbesar. Akhirnya aku mulai independen," jelas Lisa saat berbincang dengan CNBC Indonesia usai acara peluncuran kampanye 'Love Your Skin' dari Wardah di Union Yogan, Selasa (27/2/2018).

Meski demikian, wanita yang mengambil pendidikan di Fitness Institute Australia ini tak pernah menyerah dan tetap setia dengan jilbabnya. Ia menapaki karier mulai dari asisten instruktur olahraga di Bandung hingga akhirnya bisa membuat studio sendiri setelah dua tahun berpengalaman.



Lisa turut bercerita kalau penghasilan pertama menjadi instruktur olahraga hanya Rp 150 ribu sebulan. Pendapatan tersebut diperoleh saat wanita yang mengantongi berbagai sertifikasi internasional seperti STOTT Pilates, Kanada dan Red Cord, Norwegia itu masih menjadi asisten instruktur.

Dalam dua tahun, Lisa bisa menghasilkan uang jutaan rupiah dari menjadi instruktur privat. "Pertama kali memulai mah di Bandung ikut instruktur ke mana-mana, bayaranku cuma Rp 150 ribu per bulan. Aku punya dua studio di Bandung penghasilanku sudah Rp 4,5 juta sampai Rp 5 juta sebulan, di atas UMR. Tapi aku sambil kuliah sudah cukup menjanjikan sih 17 tahun lalu ya," ujar wanita lulusan ITB itu.

Menurut wanita yang membangun komunitas 'Lisa's Movement' itu, menjadi instruktur privat cukup menjanjikan. Meski tak menyebut angka, ia bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Dalam sehari, Lisa mengajar hanya tiga klien. Namun sebelumnya, ia biasa menerima hingga delapan klien dalam satu hari.

"Setiap hari paling nggak tiga ya, kalau dulu bisa delapan klien sehari karena anak-anak sudah mulai besar sekarang mereka nggak bisa ditinggal lama-lama di rumah. Dulu kalau mereka masih kecil masih bisa ditinggal sama nanny," katanya lagi.

Lisa yang baru saja mengambil pendidikan chef di London selama satu tahun menuturkan sebenarnya ingin beralih profesi. Maka dari itu, ia mencoba menekuni bidang memasak. Akan tetapi, Lisa mengaku masih memikirkan penghasilan yang didapatkan dari menjadi instruktur dan chef di hotel atau restoran tidaklah sebanding.

"Aku sebenarnya ingin memulai jadi chef sudah sempat melamar-lamar di hotel berbintang tapi penghasilan chef sama ngajar jomplang banget. Sementara dapur harus ngebul terus kan," tutup Lisa sambil terkekeh di akhir perbincangan.


(gus/gus) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular