PBB Warning Petaka Baru, Negara Miskin-Kaya Kena Dampaknya
Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis baru mengancam dunia. Ketimpangan antara negara berkembang dan negara maju akan kian terlihat dan terasa gara-gara perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Setidaknya begitu menurut laporan terbaru PBB yang dirilis pada Selasa (2/12) waktu setempat. PBB meminta para pemangku kebijakan mengambil langkah-langkah konkrit untuk membatasi dampak ke depannya.
Laporan dari Program Pengembangan PBB (UNDP) memperingatkan kemungkinan adanya 'perbedaan besar' yang muncul antara negara-negara dalam hal kinerja ekonomi, keterampilan masyarakat, dan sistem pemerintahan.
"Kami yakin bahwa AI menandai era baru meningkatnya ketimpangan antarnegara, setelah mengalami konvergensi dalam 50 tahun terakhir," ujar Philip Schellekens, Kepala Ekonom Biro Regional Asia Pasifik UNDP, dalam jumpa pers di Jenewa, dikutip dari Reuters, Rabu (3/12/2025).
Laporan UNDP bertajuk 'The Next Great Divergence: Why AI May Widen Inequality Between Countries' (Ketimpangan Besar Berikutnya: Mengapa AI Dapat Memperlebar Ketimpangan Antar Negara).
Laporan UNDP menyebut kemajuan ini kini berisiko terkikis. Pada akhirnya, bahkan negara-negara kaya pun akan menderita jika negara-negara miskin tertinggal oleh AI, kata Schellekens.
"Jika ketimpangan terus meningkat, dampak limpahannya dalam hal agenda keamanan, dalam hal bentuk-bentuk migrasi ilegal, juga akan makin menakutkan," ia memperingatkan.
Selain soal ketimpangan, ada banyak risiko yang selama ini kerap digembar-gemborkan terkait perkembangan AI. Misalnya, penyebaran disinformasi yang kian mudah, sehingga memicu polarisasi yang makin parah.
Selain itu juga potensi meningkatnya jumlah pengangguran karena banyak pekerjaan yang bisa digantikan oleh sistem AI. Tak cuma itu, AI juga memudahkan penjahat siber untuk melakukan serangan berbahaya yang dapat merugikan individu, institusi, dan negara.
(fab/fab)[Gambas:Video CNBC]