Menyerah Jualan HP, Nasib Nokia Sekarang Berubah Drastis

Redaksi, CNBC Indonesia
Kamis, 20/11/2025 21:00 WIB
Foto: Logo Nokia Oyj yang didesain ulang pada stan perusahaan pada hari pembukaan Mobile World Congress di venue Fira de Barcelona di Barcelona, Spanyol, pada Senin, 27 Februari 2023. (Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)

Jakarta, CNBC Indonesia - Arah bisnis Nokia berubah drastis pasca berhenti menjual HP. Dulunya, Nokia dikenal sebagai 'raja' HP di era 90-an hingga 2000-an awal.

Produk-produk Nokia kerap mendapat julukan 'HP sejuta umat'. Namun, perkembangan smartphone yang kian masif menciptakan kompetisi yang sengit.


Fokus Nokia akhirnya bergeser dari produsen HP menjadi penyedia infrastruktur telekomunikasi. Seiring perkembangan zaman, Nokia kembali mencoba peruntungan di sektor kecerdasan buatan (AI) yang tengah populer.

Dikutip dari Reuters, Kamis (20/11/2025), Nokia mengumumkan strategi baru untuk menyederhanakan bisnisnya ke sektor AI, demi menggenjot pertumbuhan laba tahunan sebesar 60% dalam 3 tahun ke depan.

Mulai 2026 mendatang, raksasa teknologi asal Finlandia tersebut berencana melakukan reorganisasi menjadi dua bisnis utama. Pertama, infrastruktur jaringan,yang didedikasikan untuk AI dan data center. Kedua, infrastruktur seluler yang berfokus pada aktivitas telekomunikasi inti.

Nokia kini menargetkan laba operasi tahunan sebesar 2,7 miliar euro hingga 3,2 miliar euro pada tahun 2028 mendatang, dibandingkan dengan 2 miliar pada tahun lalu.

Rencana ini diumumkan saat investasi jaringan 5G menunjukkan penurunan. Awal tahun ini, Nokia mengakuisisi firma jaringan optik Infinera, seiring dengan popularitas AI yang kian moncer.

Akuisisi tersebut telah meningkatkan penjualan perusahaan dan diikuti oleh investasi ekuitas sebesar US$1 miliar dari raja chip Nvidia yang membeli 2,9% saham di Nokia.

Berbicara pada acara pasar modal perusahaan di New York, CEO Justin Hotard menyoroti meningkatnya permintaan dari penyedia cloud besar.

"Hyperscaler terbesar kini berinvestasi lebih banyak setiap kuartal dibandingkan investasi perusahaan telekomunikasi terbesar dalam setahun," ujarnya. Ia menambahkan bahwa 9 dari 10 penyedia cloud terbesar telah beralih ke teknologi Nokia.

Nokia juga mengumumkan rencana untuk mendirikan unit inkubasi pertahanan baru guna menyediakan konektivitas aman ke negara-negara Barat, sekaligus menargetkan pengurangan biaya operasional grup menjadi 150 juta euro pada tahun 2028, turun dari 350 juta euro.

Namun, pengumuman strategi tersebut membebani sentimen investor. Saham Nokia anjlok hingga 6%, termasuk di antara saham dengan kinerja terburuk di indeks Stoxx 600 pan-Eropa, meskipun masih naik 25% dari tahun-ke-tahun (YoY).

"Ekspektasi pasar lebih tinggi setelah kenaikan harga saham yang kuat," kata Atte Riikola, analis di Inderes.

Analis PP Foresight, Paolo Pescatore, mengatakan bahwa strategi baru ini tidak menyimpang secara radikal dari fokusnya saat ini, tetapi menambahkan bahwa terdapat pula kekhawatiran signifikan seputar AI, mengingat investasi yang substansial dan imbal hasil yang tidak pasti.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Fintech di Era AI, Dorong Efisiensi-Kurangi Risiko Gagal Bayar