
Mobil Bensin Bakal Tamat, Peneliti Korea Sudah Temukan Penggantinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian berhasil menghilangkan kekhawatiran soalĀ jarak tempuh kendaraan listrik dan waktu pengisian daya. Peneliti dari Korea Advance Institute of Science dan Technology (KAIST) dan LG Energy berhasil mengatasi masalah itu.
Kemajuan ini pun bisa menjadi titik balik besar dalam industri otomotif, menghapus ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) alias bensin, dan mempercepat peralihan ke kendaraan listrik.
Kolaborasi penelitian dapat mengembangkan teknologi baterai yang dapat mengisi 12 menit untuk menempuh 800 km. Hal ini melampaui jangkauan sebelumnya yang mencapai 600 km.
Teknologi terbaru itu dikembangkan para peneliti dengan mengembangkan teknologi asli elektrolit cair penghambat kohesi untuk meningkatkan kinerja baterai lithium-logam.
"Penelitian ini menjadi fondasi utama mengatasi tantangan teknis baterai litium-logam dengan memahami struktur antarmukanya. Penelitian mengatasi hambatan terbesar pada pengenalan baterai litium-logam untuk mobil listrik," kata profesor teknik kimia dan biomolekuler KAIST, Hee Tak Kim, dikutip dari laman KAIST, Selasa (23/9/2025).
Laman tersebut menjelaskan baterai logam lithoum menggantikan anoda grafit, yang merupakan komponen baterai ion litium dengan logam litium. Tantangan penelitian adalah kemunculan dendrit yang merupakan kristal litium yang terbentuk pada permukaan anoda selama pengecasan baterai.
Dendrit akan menyulitkan saat pengamanan masa pakai dan stabilitas baterai. Bahkan bisa menyebabkan arus pendek internal saat pengisian daya cepat diilakukan.
Penyebab utama masalah ini adalah adanya kohesi antarmuka yang tidak seragam pada permukaan logam litium. Para peneliti akhirnya mengembangkan elektrolit cair baru untuk menghambat kohesi sebagai cara mengatasi masalah.
Elektrolit cair akan memanfaatkan struktur anion dengan afinitas ikatan lemah pada ion litium (Li+). Jadi akan meminimalkan ketidakseragaman antarmuka litium dan menghambat pertumbuhan dendrit.
Teknologi itu akan mengatasi masalah kecepatan pengisian pada baterai litium logam. Selain itu dapat mempertahankan kepadatan energi yang tinggi.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mobil Bensin Bakal Tamat Gara-gara Temuan Peneliti Korea Selatan
