Ditekan Presiden, Raksasa Teknologi Makin Sempoyongan

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
Senin, 11/08/2025 19:10 WIB
Foto: Intel (REUTERS/Mike Blake)

Jakarta, CNBC Indonesia - Intel sedang menghadapi tekanan politik dari Pemerintahan Amerika Serikat (AS). Presiden Trump secara terbuka mendesak CEO Intel Lip-Bu Tan untuk mundur dari jabatannya, dengan alasan hubungan bisnis Tan dengan sejumlah perusahaan China.

Trump menilai Tan sangat memiliki konflik kepentingan karena koneksinya dengan China. Reuters pada April lalu melaporkan Tan berinvestasi di ratusan perusahaan China, beberapa di antaranya diduga terkait militer Negeri Tirai Bambu.


Situasi ini menjadi distraksi besar bagi Tan yang baru menjabat enam bulan lalu dan sedang berjuang mengembalikan kejayaan Intel. Alih-alih fokus pada efisiensi biaya dan restrukturisasi, kini ia harus menghadapi tekanan politik dari Gedung Putih.

"Ini mengganggu," kata Ryuta Makino, analis di Gabelli Funds, salah satu investor Intel, dikutip dari Reuters, Senin (11/8/2025).

Menurutnya, Trump kemungkinan akan menuntut Intel berinvestasi lebih besar di AS, padahal kemampuan perusahaan belum sebanding dengan raksasa seperti Apple atau Nvidia.

Sebelumnya, Nvidia dan Apple telah menggelontorkan ratusan miliar dolar untuk memperluas produksi chip di dalam negeri, sejalan dengan agenda Trump membawa kembali lapangan kerja ke AS.

Intel sempat menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari CHIPS Act 2022, ketika CEO sebelumnya, Pat Gelsinger, mengumumkan rencana membangun pabrik chip canggih.

Namun di bawah kepemimpinan Tan, Intel justru memangkas ambisi pembangunan pabrik chip canggih yang pernah dicanangkan CEO sebelumnya.

Tan bahkan menunda proyek pabrik baru di Ohio dan hanya akan membangun jika permintaan chip memadai, langkah yang berpotensi memicu ketegangan lebih lanjut dengan Trump.

Tan sendiri membantah tuduhan konflik kepentingan. "Amerika Serikat telah menjadi rumah saya selama lebih dari 40 tahun. Saya mencintai negara ini dan perusahaan ini," katanya. Ia juga menegaskan selalu bekerja dengan standar hukum dan etika tertinggi, serta mendapat dukungan penuh dari dewan direksi.

Veteran industri chip itu menjabat CEO Intel sekitar enam bulan lalu setelah dewan menggulingkan Pat Gelsinger karena serangkaian kesalahan dan kerugian besar. Saham perusahaan cenderung stagnan tahun ini setelah anjlok hampir dua pertiga nilainya tahun lalu.

Sebelumnya, Tan adalah CEO pembuat software desain chip Cadence Design dari 2008 hingga Desember 2021.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Hindari Tarif Tinggi, Apple Investasi USD 600 Miliar di AS