PBB Kasih Peringatan Keras Buat AS dan China, Petaka di Depan Mata

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
Rabu, 23/07/2025 14:55 WIB
Foto: Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres di KTT ASEAN, Kamis, (7/9/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara di dunia, termasuk Amerika Serikat (AS) dan China, agar berhenti bergantung pada bahan bakar fosil dan segera beralih ke energi terbarukan. Pasalnya, perubahan iklim makin krusial untuk ditanggulangi sebelum terjadi petaka di Bumi.

Dalam pidatonya di markas besar PBB, Guterres menyoroti maraknya pembangunan pusat data (data center) berbasis gas dan batu bara, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan listrik akibat perkembangan kecerdasan buatan (AI). Ia menegaskan bahwa masa depan teknologi harus ditenagai oleh energi bersih.


Seperti diketahui, AS dan China adalah dua negara yang paling kencang mengembangkan teknologi AI dan berinvestasi pada data center sebagai penopangnya. Keduanya berlomba-lomba untuk mendominasi AI di dunia.

Peringatan ini disampaikan sebelum Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan Rencana Aksi AI dari pemerintahannya. Rencana ini diperkirakan akan mencakup sejumlah kebijakan eksekutif untuk melonggarkan pembatasan penggunaan lahan dan produksi energi demi mendorong pengembangan kecerdasan buatan (AI).

Trump sebelumnya telah menetapkan status darurat energi nasional untuk mengatasi tingginya kebutuhan listrik pusat data dalam menjalankan AI, serta untuk mempermudah pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar gas, batu bara, dan nuklir guna bersaing dengan China.

Sebagai dua rival ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat dan China kini terjebak dalam perlombaan teknologi untuk memperebutkan dominasi di bidang AI.

Namun, di saat yang sama, Trump juga telah mengeluarkan perintah eksekutif dan menandatangani undang-undang "One Big Beautiful Bill Act" yang membatasi insentif untuk energi angin dan surya, dua sumber energi terbarukan yang saat ini mendominasi daftar antrean pembangkit listrik baru yang akan tersambung ke jaringan listrik.

Guterres juga meminta pemerintah di seluruh dunia untuk menyiapkan rencana iklim nasional yang baru guna mencapai target Perjanjian Paris sebelum bulan September.

Ia menyatakan bahwa momen ini merupakan peluang besar bagi pemerintah untuk memenuhi seluruh permintaan listrik baru dengan energi terbarukan serta menggunakan air secara berkelanjutan dalam sistem pendingin.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Angkat Tangan, China Langsung Kuasai Teknologi AS