China Jajah Dunia, Amerika Makin Tersingkir

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
02 July 2025 21:10
Flags of U.S. and China are seen in this illustration picture taken August 2, 2022. REUTERS/Florence Lo/Illustration
Foto: REUTERS/FLORENCE LO

Jakarta, CNBC Indonesia - China terus menunjukkan dominasinya di dunia teknologi, bahkan ketika tekanan dan pembatasan dari Amerika Serikat (AS) terus terjadi. Terbaru, raksasa teknologi Huawei membuka akses terhadap dua model kecerdasan buatan (AI) miliknya. Hal ini dinilai sebagai langkah strategis yang akan mempercepat ekspansi AI Huawei di ranah global. 

Huawei mengumumkan bahwa dua model AI dari seri Pangu, serta teknologi reasoning terkait, kini tersedia secara terbuka (open-source).

Langkah ini dinilai sebagai senjata baru China untuk memperluas pengaruhnya di bidang AI global, yang selama ini banyak didominasi oleh perusahaan-perusahaan AS seperti Google, Microsoft, dan Nvidia.

Langkah Huawei ini juga dilakukan di tengah pembatasan keras ekspor chip AI oleh pemerintah AS. Meski dibatasi, Huawei justru memanfaatkan situasi tersebut untuk mengembangkan ekosistem Ascend, produk dan solusi AI yang dibangun di atas chip buatan sendiri, yang kini dianggap sebagai penantang serius produk Nvidia.

"Huawei telah berkembang menjadi raksasa teknologi yang menguasai seluruh rantai pasok AI, dari chip hingga software," ujar Paul Triolo, pakar DGA-Albright Stonebridge Group, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (2/7/2025).

Strategi open-source ini memungkinkan para pengembang dan perusahaan dari seluruh dunia untuk menggunakan, menguji, dan menyesuaikan model Pangu sesuai kebutuhan masing-masing. Huawei bahkan mengundang para mitra global untuk ikut terlibat dalam pengembangan model-model tersebut.

Ray Wang dari Constellation Research menilai strategi ini mirip dengan langkah Google yang membuka model Gemma mereka secara open-source untuk mendukung chip AI-nya sendiri.

Namun berbeda dengan model bisnis kebanyakan perusahaan AS yang berfokus pada software, Huawei justru menjadikan AI sebagai pintu masuk untuk mendorong penjualan perangkat keras mereka.

Ini menjadikan model bisnis Huawei lebih agresif dan komprehensif, serupa dengan strategi militer teknologi yang menguasai semua lini.

Bukan cuma Huawei yang menggenjot strategi open-source untuk model AI. Raksasa China lainnya seperti Baidu dan Zhipu AI juga melakukan hal serupa. Bahkan, DeepSeek sudah lebih dulu melakukannya ketika meluncurkan model AI R1.

Langkah perusahaan China yang kompak menghadirkan AI terbuka bisa mengikis dominasi teknologi AI dari AS. Apalagi, di kala China mulai terbuka, pemerintah AS justru menutup akses.

Misalnya soal akses chip Nvidia yang dibatasi untuk perusahaan-perusahaan China. Hal ini justru memberi ruang bagi Huawei untuk tumbuh sebagai pemain utama dalam negeri, dan kini ke luar negeri.

"Kalau AS tidak ikut bermain, Huawei sudah siap menguasai pasar China sepenuhnya," kata CEO Nvidia, Jensen Huang, dalam pernyataan sebelumnya.

Di negara-negara berkembang, strategi open-source Huawei juga bisa menjadi senjata utama. Dengan harga yang lebih kompetitif, serta keterbukaan dalam sistemnya, produk-produk AI Huawei dinilai akan sangat menarik bagi perusahaan dan pemerintah yang ingin mengadopsi teknologi tinggi tanpa biaya tinggi.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DeepSeek Hajar Raksasa AS, Startup Jelata Ketiban Berkah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular