
AS di Ambang Kekalahan Mutlak, Terungkap Taktik China Jajah Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) asal China makin pesat dan membuat Amerika Serikat (AS) bereaksi. Bahkan, OpenAI yang merupakan salah satu raksasa AI kawakan dari AS mewanti-wanti bahwa China bisa mendominasi teknologi canggih tersebut.
OpenAI mengatakan para analisnya mencatat perkembangan signifikan dari startup Zhipu AI asal China dalam mengamankan kontrak-kotrak pemerintah di berbagai negara.
Hal ini bisa dilihat sebagai penanda China makin dekat dalam mencapai ambisinya untuk memimpin AI global, dikutip dari Reuters, Kamis (26/6/2025).
"Zhipu AI yang dibekingi Partai Komunis China bertujuan untuk mengunci sistem dan standar China ke pasar negara-negara berkembang sebelum pesaing dari AS atau Eropa dapat melakukannya," kata perusahaan pencipta ChatGPT dalam unggahannya.
OpenAI juga menekankan upaya China dalam menggembar-gemborkan sistem AI yang bertanggung jawab, transparan, dan siap audit.
Zhipu AI menyediakan solusi AI, termasuk infrastruktur model bahasa besar yang berdaulat dan perangkat keras pribadi dalam kemitraan dengan Huawei, kepada pemerintah dan perusahaan milik negara di Malaysia, Singapura, UEA, Arab Saudi, dan Kenya.
Startup tersebut dinilai sebagai bagian upaya pemerintah China yang lebih luas untuk membangun sistem AI yang mandiri dan kompetitif di skala global. Pada akhirnya, China bertujuan untuk mengalahkan AS dan mengurangi ketergantungan dengan teknologi buatan AS secara keseluruhan.
Zhipu AI tidak segera menanggapi permintaan komentar. Startup tersebut didukung oleh pendanaan dalam skema investasi negara senilai lebih dari US$1,4 miliar.
OpenAI juga mengatakan Zhipu AI memelihara hubungan yang kuat dengan pemerintah China dan badan-badan milik negara.
Pada Januari 2025 lalu, Zhipu AI dimasukkan dalam daftar entitas yang mengalami pembatasan ekspor teknologi AS oleh Kementerian Perdagangan AS. Artinya, Zhipu AI dilarang untuk membeli komponen-komponen teknologi dari AS.
Zhipu AI telah memposisikan dirinya sebagai salah satu perusahaan AI kawakan di China, berdampingan dengan DeepSeek, Moonshot AI, Minimax, serta raksasa teknologi seperti ByteDance dan Alibaba.
OpenAI juga telah membangun kemitraan dan menarik investasi di Timur Tengah dan Asia melalui inisiatif bernama 'OpenAI for Countries. Inisiatif ini membantu pemerintah di berbagai negara yang berminat mengembangkan kemampuan AI berdaulat untuk memanfaatkan teknologi OpenAI dan berkoordinasi dengan pemerintah AS.
Laporan dari OpenAI ini muncul saat hubungan geopolitik AS dan China masih panas. Keduanya terlibat perang dagang yang berlarut-larut. Saling blokir teknologi dan komoditas penting lainnya juga berkali-kali digencarkan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Petaka Sanksi AS Mulai Terasa, China Sempoyongan
