Disebut Penyebab Banjir Semarang, Apa Itu Squall Line?

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
15 March 2024 15:35
Warga mendorong sepeda motor yang mogok akibat banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/3/2024). (Dok. BPBD Kota Semarang)
Foto: Warga mendorong sepeda motor yang mogok akibat banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/3/2024). (Dok. BPBD Kota Semarang)

Jakarta, CNBC Indonesia - Semarang direndam banjir sejak Rabu (13/3/2024) setelah diguyur hujan lebat seharian.

Menurut Pakar Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyebut banjir ini disebabkan fenomena squall line.

Dalam akun Twitter nya, Erna mengatakan, hujan lebat di Semarang ini tak lepas dari andil bibit siklon 18S yang bergerak lambat. Dikarenakan bergerak lambat, bibit siklon ini memicu banyaknya pembentukan badai squall line.

"Sejak awal (11 Maret) dari prediksi berbasis model skala meso yg kami kembangkan bahwa vorteks (091S) yg berubah jadi bibit siklon 18S akan cenderung bergerak lambat dengan orientasi dari barat menuju timur. Hal ini karena tekanan rendah di timur yg kini telah jadi dua vorteks (pusaran)," kata Erma di akun Twitter miliknya @EYulihastin, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (15/3/2024).

"Pergerakan yang lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia inilah yg telah memicu propagasi hujan yg kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari bahkan intensitas hujan pun bisa ekstrem, yg disertai angin kencang," tambahnya.

Lalu, apa itu squall line?

Menurut situs National Weather Service (NWS), yang merupakan BMKG-nya Amerika Serikat, squall line adalah sekelompok badai yang tersusun dalam satu garis. Fenomena ini sering kali disertai dengan badai angin kencang dan hujan lebat.

Squall line cenderung lewat dengan cepat dan panjangnya bisa ratusan mil tetapi biasanya lebarnya hanya 10 atau 20 mil.

"Terkadang badai petir akan terbentuk dalam garis yang dapat memanjang ke samping hingga ratusan mil. 'Garis badai' ini dapat bertahan selama berjam-jam dan menghasilkan angin dan hujan es yang merusak," menurut pernyataan NWS.

Aliran udara ke atas yang terjadi terus-menerus terbentuk kembali di depan sistem badai. Tak jarang hujan dan hujan es mengikutinya. Aliran naik dan turun badai di sepanjang garis badai ini bisa menjadi sangat kuat.

Meskipun bagian depan garis badai terkadang membentuk tornado, hal ini dapat menghasilkan kerusakan akibat angin "garis lurus", akibat kekuatan aliran udara ke bawah yang menyebar secara horizontal saat mencapai permukaan Bumi.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadwal Lengkap Hujan Meteor 2024 dari 'Gerimis' hingga Deras

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular