Tanda Kiamat Makin Dekat Ada di Balik Es

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
06 March 2024 07:35
Pemandangan udara dari gunung es, hampir seukuran London Raya, yang telah pecah dari Beting Es Brunt setebal 150m digambarkan di Coats Land, Antartika, 24 Januari 2023. (European Union/Copernicus Sentinel-2 Imagery/Processed by DG DEFIS/Handout via REUTERS)
Foto: Pemandangan udara dari gunung es, hampir seukuran London Raya, yang telah pecah dari Beting Es Brunt setebal 150m digambarkan di Coats Land, Antartika, 24 Januari 2023. (EUROPEAN UNION via REUTERS/EUROPEAN UNION, COPERNICUS SENTI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bongkahan es di Kutub Selatan tercatat mencair sejak 1970. Namun ternyata fenomena itu terjadi jauh lebih lama sekitar 80 tahun lalu.

Tim peneliti yang dipimpin oleh University of Houston mengungkapkan fenomena tersebut yang berasal dari penelitian di Gletser Thwaites dan Pine Island. Mereka mengumpulkan inti batuan sedimen dari tujuh lokasi di gletser tersebut.

Rachel Clark, peneliti dari University of Houston menyebutkan perubahan gletser yang mencair bukan hanya terjadi secara acak. Termasuk juga tidak hanya pada satu gletser saja.

"Terpenting adalah perubahan tidak terjadi secara acak atau spesifik pada satu gletser," kata Clark, dikutip dari Science Alert, Kamis (29/2/2024).

Dia menambahkan cairnya gletser jadi bagian dari "kiamat" perubahan iklim. "Anda tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi pada glester," ungkapnya.

Penelitian tersebut juga menunjukkan pola El Nino, yang membuat perairan Antartika Barat lebih hangat antara 1939 hingga 1942. Fenomena ini memang jadi penyebab banyak es mencair dan mengapung bebas.

Penelitian itu juga menunjukkan saat lapisan es menyusut secara bersamaan juga terjadi pencairan gletser. Ini terjadi juga berlanjut hingga beberapa dekade berikutnya.

Julia Wellner, peneliti lainnya mengatakan El Nino hanya berlangsung beberapa tahun. Namun Thwaites dan Pine Island masih mencair secara signifikan.

Es Thwaites diperkirakan telah menghilang lebih dari 1.000 miliar ton es sejak satu abad lalu.

Wellner mengatakan penting melakukan penelitian ini. Karena dampaknya begitu besar pada perairan di Antartika, termasuk kenaikan permukaan laut dan penahan di area tersebut.

"Jika Thwaites tidak stabil, maka seluruh es di Antartika Barat berpotensi menjadi tidak stabil," ungkapnya.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ahli Temukan Dunia Lain di Bawah Antartika Usia 14 Juta Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular