Internasional

Tanda Kiamat Baru Muncul Lagi di Antartika, Ilmuwan Teriak!

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
09 April 2024 11:30
An aerial view of the 200-foot-tall (60-meter-tall) front of the Getz Ice Shelf with cracks, in Antarctica, in this undated handout image. NASA/Handout via REUTERS  THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT
Foto: Foto udara bagian depan Lapisan Es Getz setinggi 200 kaki (60 meter) dengan retakan, di Antartika. (NASA/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ilmuwan di stasiun penelitian Concordia yang terletak di dataran tinggi Antartika timur mendokumentasikan peristiwa luar biasa pada 18 Maret 2022.

Mereka mencatat lonjakan suhu terbesar yang pernah diukur di pusat meteorologi di Bumi. Menurut instrumen yang digunakan wilayah tersebut pada hari itu, wilayah tersebut mengalami kenaikan suhu sebesar 38,5C di atas rata-rata musiman, sebuah rekor yang pernah terjadi di dunia.

Bahkan lonjakan yang terjadi di tempat terdingin di planet ini, membuat para peneliti kutub kesulitan menemukan kata-kata untuk menggambarkannya.

"Ini sungguh mencengangkan," kata Prof Michael Meredith, pemimpin sains di British Antarctic Survey, dikutip dari The Guardian, Selasa (9/4/2024).

"Pada suhu di bawah nol derajat, lompatan besar seperti itu masih bisa ditoleransi, namun jika kita mengalami kenaikan suhu sebesar 40 derajat Celsius di Inggris saat ini, maka suhu di musim semi akan mencapai lebih dari 50 derajat Celsius - dan hal ini akan berakibat fatal bagi penduduknya," jelasnya menambahkan.

Keheranan ini juga dirasakan oleh ahli glasiologi Martin Siegert, dari Universitas Exeter. Ia mengatakan, tak seorang pun dari mereka yang mengira hal seperti ini bisa terjadi. Ini sangat luar biasa dan memprihatinkan.

"Kita sekarang harus bergulat dengan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata dia.

Angin kutub yang sebelumnya hanya sedikit menembus atmosfer di atas Antartika, kini membawa semakin banyak udara hangat dan lembap dari garis lintang yang lebih rendah, termasuk Australia, jauh ke dalam benua tersebut.

Peneliti menilai hal ini dianggap sebagai penyebab terjadinya gelombang panas kutub yang menimpa Concordia. Namun, alasan pasti mengapa arus ini mampu terjun tajam ke benua ini masih belum jelas.

Para ilmuwan menemukan bahwa kenaikan suhu yang sangat besar ini bukan merupakan peristiwa yang terisolasi. Selama dua tahun terakhir, benua ini dibanjiri dengan meningkatnya jumlah laporan anomali meteorologi yang mengganggu.

Gletser yang berbatasan dengan lapisan es Antartika bagian barat semakin berkurang massanya ke lautan, sementara permukaan es laut yang mengapung di lautan di sekitar benua tersebut, telah menurun drastis dan tetap stabil selama lebih dari satu abad.

Peristiwa-peristiwa ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Antartika yang dahulu dianggap terlalu dingin untuk mengalami dampak awal pemanasan global, kini 'menyerah' terhadap meningkatnya rumah kaca yang terus dipompa manusia ke atmosfer.

Bahaya ini disoroti oleh tim ilmuwan yang dipimpin oleh Will Hobbs dari Universitas Tasmania, dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Journal of Climate.

Setelah mengkaji perubahan baru-baru ini pada tutupan es laut di Antartika, peneliti tersebut menyimpulkan telah terjadi transisi kritis mendadak dalam iklim benua yang dapat berdampak pada ekosistem lokal Antartika dan sistem iklim global.

"Es laut Antartika yang sangat rendah membuat para peneliti berpendapat bahwa pergeseran sedang terjadi di Samudra Selatan, dan kami menemukan banyak bukti yang mendukung peralihan ke keadaan es laut baru." kata Hobbs.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanda Malapetaka Bumi Muncul di Antartika, Umat Manusia Terancam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular