
Alasan Google Diam-Diam Bayar Samsung Rp 125 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Google diam-diam membayar Samsung US$ 8 miliar atau sekitar Rp 125 triliun agar produknya tetap menjadi default disetiap ponsel Samsung.
Uang yang dibayarkan, menjadi salah satu upaya dari Google untuk terus mendominasi dunia internet.
Adapun produk yang dimaksud antara lain Google Search, Google Assistant, dan juga Play Store.
Informasi ini diketahui saat sidang antara Google dengan Epic. Pengacara Epic menanyakan soal kesepakatan antara Google dengan Samsung kepada James Kolotouros selaku Wakil Presiden Partnership Google.
Kolotorouros juga menjelaskan setengah hingga lebih pendapatan Play Store berasal dari ponsel dan perangkat lain Samsung, demikian dikutip dari Android Authority, Senin (20/11/2023).
Pada 2019 laporan yang sama juga pernah terdengar. Google disebut melakukan Project Banyan untuk menginvestasikan sejumlah dana dengan tujuan mempertahankan Play Store berada dalam perangkat Samsung bersama dengan Galaxy Store.
Bahkan menurut laporan, Google menawarkan membayar US$200 juta (Rp 3,1 triliun) selama empat tahun untuk Galaxy Store ada di dalam Play Store. Bayaran juga termasuk untuk sistem penagihan aplikasinya.
Namun rencana akhirnya batal. Berdasarkan sebuah laporan, Google menandatangani tiga kesepakatan dengan Samsung senilai US$8 miliar.
Project Banyan akhirnya dihentikan. Berdasarkan email internal pada 2019, mantan pimpinan operasi Google Play, Jamie Rosenberg mengatakan penutupan proyek karena dirasa akan menimbulkan persaingan antar tim toko aplikasi.
Sementara itu, Epic berusaha membuktikan jika Google tidak pernah menyarankan adanya toko aplikasi pihak ketiga dalam perangkat Android.
Raksasa mesin pencarian itu, disebut mengeluarkan uang agar Google Play Store telah tersedia pra-instal dan menjadikannya sebagai aplikasi default dalam perangkat.
Kesepakatan yang dilakukan Google telah terjadi sejak lama. Praktik ini disebut tengah diawasi dalam gugatan anti monopoli terpisah.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Google Bisa Tamat Jadi Raja Internet, Begini Akar Masalahnya
