
Miris! Aplikasi Pesan-Antar Ogah Bayar Upah Minimum Kurir

Jakarta, CNBC Indonesia - Layanan pesan-antar makanan di Amerika Serikat (AS), Uber Technologies dan DoorDash melayangkan gugatan ke pemerintah daerah New York City. Gugatan itu menyusul ketetapan upah minimum bagi kurir.
Uber dan DoorDash mengajukan keberatan secara terpisah ke pengadilan negara bagian New York atas kebijakan yang berlaku mulai 12 Juli mendatang, dikutip dari Reuters, Jumat (7/7/2023).
Dalam aturan baru tersebut, perusahaan harus membayar kurir setidaknya US$ 17,96 (Rp 271.000) per jam. Perusahaan bisa memutuskan apakah ingin membayar per jam atau per pengiriman barang.
Namun, perhitungan disesuaikan dengan upah minimum per jam yang ditetapkan pemerintah setempat. Adapun hitungan waktunya mengacu pada durasi kurir log in di aplikasi setiap harinya.
Menurut Uber dan DoorDash, ketetapan upah minimum tersebut tidak masuk akal jika dilihat dari hitung-hitungan bisnis. Dalam satu jam, kurir harus menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus agar layak mendapat US$ 17,96 per jam.
Hal ini bisa berdampak buruk pada pelayanan ke pelanggan. Pasalnya, jika kurir terburu-buru melayani pengantaran demi menyelesaikan target, tentu sulit untuk mengejar kualitas pelayanan.
Selain Uber dan DoorDash, layanan pengantaran barang Relay Delivery juga mengeluhkan aturan baru pemerintah New York. Menurut perwakilan perusahaan, pebisnis bisa gulung tikar jika harus membayar upah minimum tersebut.
Namun, Kepala Departemen Perlindungan Buruh dan Konsumen New York City Vilda Vera Mayuga mengatakan aturan baru ini penting untuk membantu ribuan pekerja keluar dari garis kemiskinan.
"Kurir dan pekerja lainnya layak mendapatkan upah yang adil atas tenaga mereka. Kami kecewa Uber, DoorDash, Grubhub, dan Relay tak setuju dengan aturan ini," kata dia.
Sebagai catatan, kurir aplikasi online di AS rata-rata mendapat upah US$ 11 (Rp 166.000) per jam setelah pajak. Nominal itu di bawah ketentuan upah minimum buruh sebesar US$ 15.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gagal di RI, Startup Ojol Rp 1,2T Sukses Mau Kejar Apple