Jawaban Lugas Bos Startup soal Kritik Anies, Datanya Lengkap

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
03 July 2023 14:15
Suasana gedung bertingkat tertutup kabut polusi usai hujan di Jakarta, Kamis (16/6/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Suasana gedung bertingkat tertutup kabut polusi usai hujan di Jakarta, Kamis (16/6/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum lama ini, bakal calon presiden Anies Baswedan mengkritik kebijakan pemerintah terkait mobil listrik. Bos startup yang berfokus di bidang polusi udara Nafas, Piotr Jakubowski buka suara terkait hal tersebut.

Dalam akun Twitternya beberapa waktu lalu, dia menjawab tiga pertanyaan yang muncul dari ucapan Anies. Salah satunya terkait kontribusi kendaraan bermotor pada polusi udara baik yang menggunakan BBM dan listrik.

Data tersebut berdasarkan yang telah dihimpun Nafas. Piotr menjelaskan perusahaannya memiliki data real time lebih dari 180 sensor di sejumlah kota termasuk Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, hingga Bali.

Dia menjelaskan salah satu tipe polusi paling berbahaya di Indoensia dalah Particulate Matter 2.5 (PM 2.5). Debunya disebut sangat kecil dan bisa masuk ke paru-paru.

Dari laporan Air Quality Life Index tahun 2021 menyebutkan polusi udara menurunkan harapan hidup di Indonesia 7 tahun lebih rendah. "Semua yang bisa dibakar dan yang mempunyai asap, memproduksi polusi PM2.5," tegasnya.

Sumber polusi udara di Indonesia, bukan hanya terletak pada alat transportasi. Namun ada juga pembangkit listrik, pabrik industri berta, hingga pembakaran sampah di area perumahan. Strukturnya yang berupa partikel membuat sangat sulit dan mahal mencari tahu soal sumber polusi udara.

Piotr menegaskan cara satu-satunya mengurangi polusi udara dengan mengurangi semua aktivitas penghasil polusi udara.

Berikutnya yang dia bahas adalah kebenaran ucapan Anies, yaitu "solusi menghadapi masalah lingkungan hidup apalagi soal polusi udara bukanlah terletak di dalam subsidi untuk mobil listrik". Dia mengatakan kendaraan listrik punya emisi lebih rendah dari bermesin cetus api, termasuk juga memaparkan hasil perhitungan perbandingan emisi kendaraan yang dijual di Indonesia.

Misalnya Hyundai Ioniq mengeluarkan 6-60 persen emisi lebih rendah, Mercedes EQS lebih rendah emisi 27-70 persen, sedangkan motor Alva One 51-80 persen lebih rendah emisi. "Dengan transisi sumber daya kepada yang lebih ramah lingkungan, mobil listrik dengan cara otomatis jadi lebih ramah lingkungan juga. Intinya tidak harus upgrade lagi," kata Piotr.

Berikutnya dia membandingkan emisi kendaraan pribadi dan kendaraan umum di Jakarta. Data mengungkapkan jumlah bus Transjakarta sebanyak 5.843 unit dibandingkan 3,7 juta unit mobil dan 17 juta unit sepeda motor.

"Kontribusi emisi polusi udara dari mobil sama motor JAUH lebih tinggi daripada bus TransJakarta. Subsidi EV untuk kendaraan pribadi - motor dan mobil - bisa jauh lebih berpengaruh kepada pengurangan polusi udara dari sektor transportasi dibandingkan dengan [subsidi] kendaraan publik. It's just a numbers game," katanya.

Pernyataan Anies, dia mengungkapkan juga membuat bingung. Khususnya terkait ucapan emisi karbon mobil lisrik per kapita per kilometerlebih tinggi dari bus berbahan bakar minyak.

"Untuk menjawab pertanyaan 'UNTUK MENGURANGI POLUSI UDARA, apakah lebih baik kasih subsidi ke EV kendaraan publik atau EV kendaraan pribadi?' Jelas. Jumlah kendaraan pribadi jauh lebih banyak dan jauh lebih berkontribusi kepada polusi udara," kata Jakubowski. "Sudah terbukti bahwa hampir SEMUA daerah dekat kota besar terpapar polusi yang tinggi. Artinya, harus kita mendorong elektrifikasi kendaraan secepat mungkin."


(npb/npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Beda sama Anies, Bos Startup: Mobil Listrik Harus Banyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular