
Google Mau Jual Data Gedung dan Rumah dari Maps

Jakarta, CNBC Indonesia - Google berencana menjual data terkait informasi energi surya dan kualitas udara yang dikumpulkan oleh Google Maps. Lewat bisnis baru ini, Google bisa meraup US$ 100 juta dalam tahun pertama.
Menurut CNBC International, informasi surya dan kualitas udara akan dikemas Google dalam bentuk API (application programming interfaces). Lewat API ini, perusahaan lain bisa menghubungkan software milik mereka dengan Google Maps dan memanfaatkan data yang dihimpun di Google Maps.
Data yang tersedia lewat Sola API sebelumnya sudah dimanfaatkan untuk Project Sunroof, yaitu fitur di Google untuk menghitung penghematan dari pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap di rumah. Pengguna Google cukup memasukkan alamat rumah untuk mendapatkan estimasi biaya yang memperhitungkan penghematan tagihan listrik dan ukuran PLTS atap.
Google berencana menjual akses API data tiap bangunan atau dalam bentuk agregat data semua bangunan di suatu kota atau negara. Saat ini, Google memiliki data tentang 350 juta bangunan di seluruh dunia.
Dokumen perusahaan yang dikutip CNBC International, memperkirakan pendapatan Google dari Solar API bisa mencapai US$ 100 juta pada tahun pertama.
Seiring peluncuran Solar API, Google juga berencana mengumumkan Air Quality API yang menyediakan data kualitas udara seperti tingkat polusi dan rekomendasi berbasis data kesehatan untuk lokasi tertentu. Produk ini juga menyediakan peta kualitas udara setiap jam serta riwayat kualitas udara hingga 30 hari ke belakang.
Google sedang berupaya mencari peluang monetisasi baru untuk Google Maps. Saat ini, salah satu pendapatan terbesar Google Maps adalah API yang digunakan oleh perusahaan seperti Uber, Gojek, dan Grab untuk navigasi. Pada 2019, Uber menyatakan bahwa mereka membayar US$ 58 juta ke Google dalam 3 tahun untuk API Google Maps.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anies Kritik Mobil Listrik, Bos Startup Bandingkan RI-Korsel