Warga Pindah Belanja di TikTok, Shopee-Lazada Kena Getahnya
Jakarta, CNBC Indonesia - TikTok Shop yang merupakan fitur belanja online di dalam aplikasi TikTok mulai bikin was-was pemain e-commerce besar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pasalnya, TikTok Shop berhasil mencatat transaksi (GMV) sebesar US$ 4,4 miliar sepanjang 2022. Capaian tersebut meningkat 4 kali lipat secara tahun-ke-tahun (YoY).
Angka ini tercantum dalam data internal perusahaan yang diketahui The Information.
Sebagai informasi, TikTok Shop diluncurkan pertama kali pada April 2021 di Amerika Serikat (AS) dan India.
Selanjutnya, fitur diekspansi ke negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
"TikTok terus bertumbuh positif di Asia Tenggara. Kami memprediksi GMV TikTok pada 2023 akan mencapai 20% dari GMV Shopee," kata analis firma Blue Lotus Research Institute, Shawn Yang.
Menurut laporan, TikTok menargetkan GMV sebesar US$ 12 miliar pada 2023 di pasar Asia Tenggara, dikutip dari CNBC International, Minggu (4/6/2023).
Saat ini, Shopee memang masih mendominasi pasar Asia Tenggara dengan total GMV US$ 73,5 miliar pada 2022. Sementara itu, Lazada meraup GMV US$ 21 miliar.
Kendati demikian, pertumbuhan tajam TikTok Shop tak bisa dianggap remeh. Apalagi, TikTok Shop punya keunikan yang tak dimiliki Shopee dan Lazada sebagai pemain e-commerce dominan di Asia Tenggara.
Daya Tarik TikTok Dibandingkan Shopee-Lazada
Keunikan itu terletak pada platform media sosial TikTok. Masyarakat membuka TikTok untuk menikmati konten di dalamnya. Lantas, dengan adanya fitur Shop, pengguna bisa secara impulsif membeli barang-barang murah.
Berbeda dengan Shopee dan Lazada yang sama-sama merupakan layanan khusus e-commerce. Ketika pengguna masuk ke platform tersebut, tujuannya memang untuk membeli barang yang dibutuhkan.
Jadi, kemungkinan untuk 'belanja impulsif' di Shopee dan Lazada akan lebih jarang ditemui ketimbang di TikTok.
Meski Shopee akhirnya juga mengembangkan fitur 'Live' supaya penjual atau influencer bisa jualan melalui video vertikal, namun tetap saja tak bisa menyaingi TikTok yang sedari awal lahir sebagai media sosial.
"Belanja impulsif dari menonton konten adalah daya tarik TikTok," kata Head of Telecom & Internet Sector Research DBS Bank, Sachin Mittal.
Warga RI Ramai di TikTok
Pada Q1 2023, jumlah pengguna aktif TikTok di Asia Tenggara mencapai 135 juta, berdasarkan laporan firma riset Insider Intelligence. Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang paling banyak menggunakan TikTok.
Bahkan, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah AS sebagai negara dengan pengguna TikTok terbesar secara global.
Jumlah pengguna TikTok di Indonesia sebesar 113 juta.
Menurut juru bicara TikTok Shop, pertumbuhan fitur belanja itu tumbuh signifikan sejak pertama kali diluncurkan.
"Fokus kami adalah terus mengembangkan pasar di Asia Tenggara," ujarnya kepada CNBC International.
Survei dari firma riset Cube Asia melaporkan, pengeluaran pengguna di TikTok Shop membuat mereka mengurangi pengeluaran di Shopee dan Lazada.
Di Indonesia, Thailand, dan Filipina, pengeluaran pengguna di Shopee turun 51%. Sementara di Lazada turun 45% dan di gerai offline anjlok 38%.
(fab/fab)